Tiga peneliti memenangi Hadiah Nobel dalam bidang kesehatan atas karya mereka yang berhasil menemukan cara memerangi malaria dan infeksi parasit cacing.
Salah satu pemenang, Youyou Tu dari Tiongkok, telah dikenal sebagai penemu Artemisinin, obat yang berhasil menurunkan tingkat kematian akibat malaria, dengan menggunakan ramuan Tiongkok yang sudah digunakan selama berabad-abad.
Dulu orang menggunakan klorokina atau kina sebagai obat malaria. Mulai 1950-an, klorokina mulai tersedia secara luas dan tingkat kematian akibat Malaria mulai menurun secara drastis di Afrika.
Namun, penggunaan obat jenis ini yang berlebihan menyebabkan malaria menjadi kebal.
"Sampai akhir 1960-an, berbagai usaha telah dilakukan untuk mengenyahkan malaria namun gagal dan penyakit ini kembali menyebar," kata Dewan Nobel dalam pernyataan tertulis (PDF). Komunitas kesehatan membutuhkan obat untuk mengobati malaria.
Ternyata Tu berhasi menggunakan ramuan herbal Tiongkok sebagai obat untuk menghadapi serangan malaria.
Artemisia annua yang diteliti Yu telah lama digunakan sebagai obat demam, demikian dilaporkan New York Times.
Hasilnya sebenarnya tidak konsisten pada awalnya, sehingga Yu berpaling kepada literatur obat Tiongkok dan menggunakan pengetahuan itu untuk menentukan bagaimana komponen aktif Artemisia annua bisa disarikan. Komponen penting itu kemudian disebut Artemisinin, dan terbukti secara efektif mampu melawan paraist malaria pada hewan dan manusia.
"Artemisinin menjadi agen antimalaria yang baru yang dengan cepat mampu membunuh parasit Malaria pada awal perkembangan parasit itu, sehingga menunjukkan potensi yang sangat besar dalam pengobatan malaria yang akut," ujar Panitia Nobel seperti dikutip The Guardian.
Saat ini malaria menginfeksi sekitar 200 juta orang setiap tahun dan Artemisinin digunakan di tempat malaria menjadi masalah bagi manusia. Saat dipadukan dengan perawatan lainnya, Artemisinin berhasil menurunkan tingkat kematian akibat malaria lebih dari 20 persen pada orang dewasa, dan lebih dari 30 persen pada anak-anak.
Di Afrika obat ini diperkirakan berhasil menolong lebih dari 100.000 jiwa dari kematian per tahun.
Terapi kombinasi berdasar Artemisinin sekarang menjadi andalan melawan malaria dan komunitas kesehatan dunia terus menggunakannya karena ketiadaan vaksin malaria.
William C Campbell dan Satoshi Omura mengembangkan obat baru untuk mengatasi infeksi yang disebabkan parasit cacing gelang.
Cacing parasit mempengaruhi sepertiga penduduk dunia dan menyebabkan sejumlah penyakit, termasuk jenis kebutaan River Blindness dan Lymphatic Filariasis atau atau cacing dalam sistem limpa.
Setelah selama puluhan tahun dengan kemajuan yang terbatas, penemuan dua obat baru -Avermectin untuk River Blindness dan Lymphatic Filariasis, serta Artemisinin untuk malaria- dipandang telah menyebabkan perubahan besar.
Announcement of the Nobel Prize in Physiology or Medicine 2015
Serangkaian perawatan intensif masih terus dilakukan terhadap Julia Perez karena penyakit kanker yang dideritanya. (Nurwahyunan/Bintang.com)
Bin...Read more »
Wisbenbae.blogspot.com - Kabar terkuaknya grup media sosial berisikan para pedofil, "Official Candy's Groups" menimbulkan keresahan di hati b...Read more »
Kanker mulut rahim menggerogoti tubuh artis cantik ini sejak tahun 2014 dan sekarang telah mencapai stadium 4.
Aktris, komedian dan juga p...Read more »
Akhir-akhir ini, seringkali kita mendengar berita menyedihkan yang datang dari para penikmat vape. Rokok elektrik yang dipercaya lebih aman k...Read more »
Pengobatan hipertensi sangat akrab dengan konsumsi beragam jenis obat-obatan. Selain mengkonsumsi serat, ada beberapa cara mudah untuk mengobat...Read more »
Wisbenbae.blogspot.com – Para penduduk di dunia maya belakangan dibuat prihatin dan trenyuh melihat kondisi Loly. Gadis cantik berakun @lolyt...Read more »
Post a Comment Blogger Facebook
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.