Pagi itu masih terasa begitu dingin dan sunyi. Ende masih terlelap dengan mimpi indahnya. Namun ada sesosok anak manusia sudah asik duduk si belakang jok tukang ojek dengan sedikit menggigil dan menahan kantuk. Sayalah sesosok anak manusia yang sok petualang itu. Menembus pagi yang dingin ini harus saya lakukan, karena jika telat sedikit saja saya harus menunggu keesokan harinya untuk bisa menikmati indahnya taman wisata laut 17 pulau di Riung.
pagi di Ende:
Ojek melaju membelah kota Ende, saya hanya bisa menahan beban carrier segede gaban di gendongan dan sebuah tas kamera di depan saya. Sudah seperti anak durhaka yang di usir ibunya dah kalau melihat saya kala itu ha ha. Tujuan saya kali ini adalah sebuah terminal Ndao. Karena dari terminal inilah biasanya bis-bis yang melayani rute antar kota di pulau Flores ini bertolak.
"kalau bisa jam 6 pagi sudah ada di terminal Ndao bang, soalnya biar bisa milih tempat duduk di depan, supaya bisa sambil motret sepanjang perjalanan"
Yess, karena petuah dari encim aka Tuteh inilah saya dan Echi rela check out dari hotel Flores ketika matahari aja masih terlelap dalam tidurnya. Dan demi mendapatkan kursi depan dari bis Damri saya harus rela bangun pagi-pagi sekali.
Hanya ada dua bis yang terparkir di tepi jalan ketika tukang ojek menurunkan saya pagi itu. Saya sedikit bingung ini terminal kok di pinggir jalan ya, Apakah saya sedang di jebak ke dalam sindikat penjualan manusia? ha ha kenapa pikiran saya jadi suka lebay seperti ini ya sekarang.
Setelah bertanya ke seorang bapak dengan seragam Damri disamping bis, barulah saya mendapatkan keterangan, ternyata terminalnya sendiri ada di samping SPBU yang ada di seberang jalan, dan dari beliau pula saya mendapatkan sebuah berita buruk, ternyata bis Damri yang biasanya melayani rute Ende-Riung hari ini tidak beroperasi karena sedang menunggu spare part ban yang sedang rusak. "Oh Tuhann derita apalagi ini" upsss kelebayan lagi ya ha ha.
"Naik bis ini saja dek, nanti dari mbay kamu nyambung pakai bemo"
Solusi yang masuk akal saya pikir. Saya hanya bisa menikmati semua yang ada di depan saya saja kali itu. Bukankah ini sebenarnya yang saya cari, esensi dari sebuah perjalanan adalah proses perjalanan nya itu sendiri.
Segelas kopi dan se cangkir Pop mi saya nikmati sambil memandang laut yang ada di depan saya. Semburat cahaya dari pantulan matahari terbit sudah mulai nampak. Laut terlihat tenang sekali pagi itu. Bukit-bukit dan liukan pantai pasir hitamnya seolah bercerita dan menghibur saya dengan apa yang sedang saya alami saat ini.
Bis Damri Ende-Mbay:
Perjalanan ke Flores ini sejatinya tidak ada dalam list perjalanan saya kali ini. Muncul dengan sepontan saja sewaktu saya masih ada di pulau Sumba. Tapi kembali lagi, saya selalu suka dengan hal-hal yang Unpredictable seperti ini. Bertemu dengan orang-orang baru selama perjalanan, menyesapi nilai budaya dan kebiasaan mereka, belajar dari setiap perjalanan, itu adalah tujuan saya melakukan perjalanan. Karena menurut kakek ilmu ini tidak mungkin saya dapatkan di bangku sekolah sampai setrata banyak pun.
Tak selang beberapa saat setelah matahari mulai menampak kan dirinya, pak supir sudah memanggil saya untuk segera naik ke dalam bis. Tidak terlalu banyak penumpang pagi itu. Hanya ada beberapa guru dan para ibu yang hendak pergi ke pasar. Saya berkoordinasi dengan echi tentang pembagian tempat duduk. Bis Damri ini adalah bis kecil, jadi jangan membayangkan seperti bis Damri yang melayani rute ke Bandara ya sobat, sebesar Kopaja lah mungkin. Jadi bangku disamping supir hanya satu, dan saya berniat untuk duduk disana sambil memotret sepanjang perjalanan, dan Echi menyetujuinya. Perjanjian kami adalah bergantian tempat duduk nantinya supaya sama-sama merasakan duduk di samping pak supir yang sedang bekerja ha ha.
Berangkat ke Sekolah:
Sepanjang perjalanan saya hanya dibuat takjub denga keindahan nya. Sebelah kiri kami adalah jurang yang bawahnya laut, sementara di samping kanan adalah tebing-tebing terjal. Keluar dari Ende saya di sambut oleh riuhnya anak-anak yang hendak pergi ke sekolah. Yang menarik buat saya adalah kendaraan yang mereka gunakan. Sebuah truk pick up yang kalau di Jakarta itu adalah angkutan buat hewan ternak dan truk barang. Namun di sini dijadikan sebagai pengganti bis sekolah buat mereka. Yang membuat saya terharu adalah semangat belajar mereka.
Angkutan Masal:
Angkutan antar kota di Flores:
Ketika sedang asik menikmati pemadangan di sepanjang perjalanan, tiba-tiba dari bangku belakang ada kegaduhan. Ternyata ada seorang nenek yang hendak turun di pasar yang sudah kami lewati tadi, artinya dia terlewat dari tujuan semulanya ke pasar tersebut. Tanpa pikir panjang sang supir memutar bis kembali kearah pasar mengantarkan sang nenek, dan semua penumpang di dalam bis terlihat asik-asik aja, artinya rasa tenggang rasa dan saling membantu di daerah ini masih di pelihara dengan baik. Saya mendapatkan pelajaran berharga lagi dari perjalanan kali ini.
Mereka terlihat asik bersendau gurau di atas truk, ada yang terlihat sedang membicarakan sesuatu, dan ada pula seorang perayu yang sedang melancarkan jurusnya untuk menakluk kan sang pujaan hati #eaaa. Mereka terlihat gembira ketika saya mengarahkan kamera poket untuk memotret mereka. Kebetulan posisi bis berada tepat di belakang truk ini.
Perbaikan Jalan sedang dilakukan:
Perjalanan menuju mbay kali ini memang benar-benar penuh tantangan. Selain jalanan yang rusak parah juga kondisi medan jalan yang meliuk-liuk. Namun berita baiknya adalah sedang ada proses perbaikan jalan di beberapa titik. Syukurlah, semoga dengan bagus nya jalan akan memperbaiki perekonomian di daerah ini, Caelahhhh ngomongnya perekonomian ha ha.
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !