wisbenbae

Only God Can Judge Me, You're A Whore

<div class="entryBody" id="71WbM37VAToChz516jtfTC5E3aVC5pTlTSsP5cwgwzw=_140593fb17c:51e72a0:e4b08b2f_entryBody" title="">
 
 
 
<div class="content" id="71WbM37VAToChz516jtfTC5E3aVC5pTlTSsP5cwgwzw=_140593fb17c:51e72a0:e4b08b2f_entryContent" itemprop="description">
<br /><div style="text-align: center;">
<br /><img src="http://media.ifunny.com/results/2013/08/06/a1gghrllfg.jpg" /></div>
<div style="text-align: center;">
<strong>Only God Can Judge Me, You're A Whore</strong></div>
<div style="text-align: center;">
<strong> </strong> 
</div>
</div>
</div>
<center>

<a href="http://www.appsgeyser.com/getwidget/Wisbenbae/">Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI !</a><a href="https://twitter.com/wisbenbae">Lihat yg lebih 'seru' di sini !</a><br />
<a class="twitter-follow-button" data-show-count="false" data-size="large" href="https://twitter.com/wisbenbae">Follow @wisbenbae</a>
<script>!function(d,s,id){var js,fjs=d.getElementsByTagName(s)[0];if(!d.getElementById(id)){js=d.createElement(s);js.id=id;js.src="//platform.twitter.com/widgets.js";fjs.parentNode.insertBefore(js,fjs);}}(document,"script","twitter-wjs");</script>
<br />
</center>

Only God Can Judge Me, You're A Whore

Only God Can Judge Me, You're A Whore Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI ! Lihat yg lebih ...

You Guys Should Stop Fighting And...

x Humor 11:00 PM

You Guys Should Stop Fighting And...

You Guys Should Stop Fighting And... Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI ! Lihat yg lebih 'seru' di sini ! Foll...

The Secret Of Enjoying A Good Wine...

x Humor, Kuliner 10:30 PM

The Secret Of Enjoying A Good Wine...

The Secret Of Enjoying A Good Wine... Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI ! Lihat yg lebih 'seru' di sini ! ...

Hukum Wanita Haid Menghadiri Shalat Id

x Tombo Ati 4:56 PM

<div style="text-align: center;">
<a href="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRjD5cQujTD81BFQwELLfL4_YamKFHHvvLjPD1EhuJmzN_taDz-" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRjD5cQujTD81BFQwELLfL4_YamKFHHvvLjPD1EhuJmzN_taDz-" width="353" /></a><strong> </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Tanya:</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Apakah wanita haid boleh ikut ke tempat shalat id, meskipun nanti dia tidak shalat?</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<em> </em>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Jawab:</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<em> </em>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat satu riwayat yang bisa kita gunakan untuk menjawab ini. Riwayat itu adalah hadis dari Ummu Athiyah <em>radhiyallahu ‘anha</em>, beliau menceritakan, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أُمِرْنَا أَنْ نَخْرُجَ فَنُخْرِجَ الحُيَّضَ، وَالعَوَاتِقَ، 
وَذَوَاتِ الخُدُورِ فَأَمَّا الحُيَّضُ؛ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ 
المُسْلِمِينَ، وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلْنَ مُصَلَّاهُمْ
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Kami diperintahkan untuk keluar (ketika hari raya), maka 
kamipun mengajak keluar para wanita haid, para gadis, dan wanita 
pingitan. Adapun para wanita haid, mereka menyaksikan kegiatan kaum 
muslimin dan khutbah mereka, dan menjauhi tempat shalat.</em> (HR. Bukhari 981, Muslim 890). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan hadis di atas, wanita haid disyariatkan untuk tetap menghadiri shalat id, hanya saja:
</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Dia tidak boleh berada di daerah yang digunakan untuk shalat
</li>
<li>Dia berada di belakang, yang memungkinkan baginya untuk mendengarkan khutbah id
</li>
<li>Jika shalat ‘id-nya di masjid maka dia tidak boleh masuk masjid, menurut sebagian ulama.
</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Demikian, Allahu a’lam </div>
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i><strong>Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina<a href="http://konsultasisyariah.com/" rel="nofollow" target="_blank" title="konsultasi keluarga dan rubrik kesehatan">www.KonsultasiSyariah.com</a>)</strong></i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i><strong> </strong></i></span>
<br />
<center>

Hukum Wanita Haid Menghadiri Shalat Id

Tanya: Apakah wanita haid boleh ikut ke tempat shalat id, meskipun nanti dia tidak shalat? Jawab: Bismillah was shalatu w...

Bagaimana Jika Ketinggalan Takbir Shalat Id?

x Tombo Ati 4:50 PM

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQKMbDlchXxqgbTv_jPaK13M2BG213mgkw5Cgk4YzrXZZ1kKxTH" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQKMbDlchXxqgbTv_jPaK13M2BG213mgkw5Cgk4YzrXZZ1kKxTH" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Orang yang ketinggalan takbir shalat id</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Pengantar</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam <strong>shalat id</strong> ada dua takbir:
</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Takbir wajib: takbiratul ihram dan takbir intiqal (perpindahan dari rakaat pertama ke rakaat kedua).
</li>
<li>Takbir<em> zawaid</em>: takbir tambahan, yaitu beberapa takbir yang dilakukan sebelum membaca Al-Fatihah. Takbir zawaid hukumnya sunah.
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Pertanyaan:</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat shalat id, saya telat, sehingga ketika saya datang, imam sudah melakukan 5 kali takbir<em> zawaid</em>. Apa yang harus saya lakukan? Apakah saya harus mengganti takbir <em>zawaid</em> yang ketinggalan? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Jawaban:</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Alhamdulillah wash-shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du ….</em>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tentang orang yang ketinggalan takbir zawaid bersama imam ketika shalat id, ketika dia  datang dan imam sudah membaca Al-Fatihah, maka hendaknya dia melakukan takbiratul ihram kemudian melakukan takbir <em>zawaid</em> (sendirian). Ini adalah pendapat Mazhab Hanafiyah, Malikiyah, dan pendapat awal Imam Syafi’i (<em>qaul qadim</em>: pendapat beliau ketika masih tinggal di Baghdad). Keterangan tentang hal ini bisa dilihat di <em>Al-Majmu’</em>, karya An-Nawawi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara pendapat Imam Syafi’i yang baru dan pendapat yang 
dipegangi Mazhab Hanbali, tentang makmum yang ketinggalan, sementara 
imam sudah melakukan beberapa takbir <em>zawaid</em>, maka makmum tidak 
perlu mengganti takbir yang ketinggalan karena takbir ini hanya 
dilakukan di waktu tertentu yang sudah dia lewatkan …. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Qudamah mengatakan, “Takbir <em>zawaid</em> dan bacaan 
antar-takbir –hukumnya– sunah dan tidak wajib. Shalat hari raya tidak 
batal disebabkan tidak melakukan takbir tersebut, baik disengaja maupun 
karena lupa. Saya tidak mengetahui adanya perselisihan dalam masalah 
ini.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Allahu a’lam. </em>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Diambil dari <em>Fatwa Syabakah Islamiyah</em>, di bawah bimbingan Dr. Abdullah al-Faqih, fatwa no. 56299.
</div>
<div style="text-align: justify;">
*
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kesempatan tanya jawab bersama muridnya, Syekh Muhammad bin
 Al-Utsaimin ditanya tentang hukum orang yang ketinggalan takbir zawaid 
ketika shalat id. Beliau menjelaskan, “Terkait dengan takbir setelah 
takbiratul ihram (takbir <em>zawaid</em>), jika engkau baru mengikuti jemaah setelah imam selesai melakukan takbir<em> zawaid</em>, maka engkau tidak perlu mengulangi takbir<em> zawaid</em>
 yang ketinggalan, karena takbir ini hukumnya sunah, sementara waktunya 
sudah terlewatkan. Jika waktunya sudah lewat maka gugur anjuran untuk 
melakukannya. Adapun di rakaat kedua, engkau bisa mengikuti takbir 
zawaid bersama imam dengan sempurna. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian, jika engkau ketinggalan satu rakaat bersama imam, maka 
di rakaat bersama imam, engkau ikut melakukan takbir zawaid bersama 
imam. Kemudian untuk mengganti rakaat yang ketinggalan, engkau 
disyariatkan untuk melakukan takbir <em>zawaid</em>.” (<em>Silsilah Liqa’at Bab Al-Maftuh</em>, 7:46) </div>
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i><strong>Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina<a href="http://konsultasisyariah.com/" rel="nofollow" target="_blank" title="konsultasi keluarga dan rubrik kesehatan">www.KonsultasiSyariah.com</a>)</strong></i></span><br />
<strong> </strong>
<br />
<center>

Bagaimana Jika Ketinggalan Takbir Shalat Id?

Orang yang ketinggalan takbir shalat id Pengantar Dalam shalat id ada dua takbir: Takbir wajib: takbiratul ihram dan takbir ...

ADAB-ADAB DI HARI ‘IEDUL FITHRI

x Tombo Ati 4:40 PM

<h4 style="text-align: justify;">
<strong>HUKUM SHALAT IED</strong></h4>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Al-Albani berkata:
</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
“Yang benar, hukum shalat ‘Ied (Hari Raya) adalah wajib, bukan 
sunnah. Di antara dalilnya, bahwa shalat ‘Ied dapat menggugurkan shalat 
Jum’at jika bertepatan di hari yang sama. Sesuatu yang bukan wajib tidak
 bisa menggugurkan sesuatu yang wajib, sebagaimana dikatakan oleh 
Shiddiq Hasan Khan dalam <em>ar-Raudhatun Nadiyyah</em>. Dan silahkan merujuk pembahasan lengkapnya dalam kitab <em>as-Sailul Jarrar.</em>” [1]
</div>
</blockquote>
<br /><br /><div style="text-align: center;">
<img src="http://jilbab.or.id/wp-content/uploads/2013/08/4986973710_087d12e1ab.jpg" /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<strong>ADAB-ADAB DI HARI ‘IEDUL FITHRI</strong></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span></span>
<strong>1. Memakai Pakaian yang Bagus</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan, “Rasulullah mengenakan <em>burdah</em> (jubah) berwarna merah di hari ‘Ied.” [2] </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>2. Menyantap Makanan Sebelum Berangkat</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah tidak berangkat pada
 pagi hari ‘Iedul Fithri hingga beliau menyantap beberapa butir kurma 
dan beliau memakannya sejumlah bilangan ganjil.”[3] </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>3. Ikut Sertanya Wanita dan Anak-anak</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ummu ‘Athiyyah: “Rasulullah memerintahkan kami untuk 
mengeluarkan (membawa) mereka untuk (shalat) ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul 
Adh-ha. Yaitu wanita-wanita dewasa, wanita-wanita haidh, dan para gadis.
 [4] </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>4. Mengeraskan Takbir Ketika Berjalan Menuju Lapangan Tempat Shalat ‘Ied</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Al-Albani berkata: [5]
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah berangkat pada hari ‘Iedul Fithri dan beliau bertakbir hingga sampai ke <em>mushalla</em>
 (lapangan tempat shalat) bahkan sampai ditunaikannya shalat ‘Ied. 
Apabila shalat ‘Ied telah usai ditunaikan, maka beliau menghentikan 
takbir. Hadits ini adalah dalil disyari’atkannya amalan kaum Muslimin, 
yaitu mengeraskan takbir saat berjalan menuju tempat shalat ‘Ied, 
meskipun kebanyakan mereka mulai meremehkan sunnah ini. Hingga 
hampir-hampir ini hanyalah dongeng yang telah berlalu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini disebabkan lemahnya semangat beragama kaum Muslimin. 
Mereka malu menampakkan Sunnah ini dan mengeraskannya. Dan sangat 
disayangkan, di antara mereka ada juga yang bertugas sebagai pembimbing 
umat dan mengajar mereka. Tapi, bimbingan mereka sebatas perkara-perkara
 yang telah diketahui. Sedangkan perkara-perkara yang sangat perlu untuk
 diketahui ummat justru tidak mereka perhatikan, bahkan menganggap 
pembahasan dan memperingatkan ummat dengan ucapan dan perbuatan terhadap
 perkara-perakara seperti ini adalah masalah remeh dan tidak penting 
dalam amal dan ta’lim. <em>Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun</em>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang perlu juga kami peringatkan di kesempatan ini, bahwa 
mengeraskan takbir tidak disyari’atkan secara berjamaah dengan satu 
suara dan komando (<em>koor</em>), seperti yang dikerjakan oleh sebagian
 orang, demikian juga bacaan-bacaan dzikir yang disyari’atkan untuk 
dibaca keras atau dzikir yang tidak disyari’atkan untuk dibaca keras, <strong>maka tidak disyari’atkan untuk membacanya secara berjama’ah</strong>. Contohnya adalah adzan jamaah yang populer di Damaskus dengan sebutan <em>adzan al-juuq</em>.
 Kebanyakan berjama’ah seperti ini menyebabkan terputusnya lafazh adzan 
-baik kata atau kalimat- padahal tidak boleh berhenti padanya, seperti <em>laa ilaaha</em>, pada lafazh <em>tahlil</em> Shubuh dan Maghrib yang sering kami dengar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hendaklah kita semua berhati-hati dalam hal ini dan kita selalu ingat sabda Nabi,
</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote>
“Sebaik-baik petunjuk adlaah petunjuk Muhammad”</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Kapan dimulainya mengumandangkan takbir ‘Iedul Fithri? Dan bagaimana caranya?</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin menjawab, “Takbir pada 
‘Iedul Fithri dimulai sejak tenggelamnya matahari di hari terakhir bulan
 Ramadhan, sampai hadirnya imam untuk melaksanakan shalat ‘Ied. Adapun 
sifat takbir adalah: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allaahu akbar, Allaahu akbar, Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil hamd.
</div>
<div style="text-align: justify;">
Atau dengan lafazh: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar walillaahil hamd. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bisa dengan tiga kali takbir atau dua kali takbir, semuanya 
boleh. Dan hendaklah setiap laki-laki Muslim menampakkan syi’ar Islam 
ini bagi laki-laki, baik di pasar-pasar, di masjid-masjid, maupun di 
rumah-rumah. Adapun bagi kaum wanita yang lebih utama hendaklah 
bertakbir dengan suara yang pelan”. [6] </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>5. Mengambil Jalan Lain Ketika Pulang</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata, “Ketika hari ‘Ied, Nabi membedakan jalan yang beliau lalui.” [7] </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>6. Tidak Ada Shalat Sebelum maupun Sesudah Shalat ‘Ied</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya Nabi keluar pada hari ‘Iedul Fithri 
lalu mengerjakan shalat dua raka’at. Beliau tidak mengajarkan shalat 
sunnah sebelum maupun sesudahnya. Ketika itu beliau bersama Bilal. [8]
</div>
<h4 style="text-align: justify;">
<strong>TATA CARA SHALAT ‘IED</strong></h4>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin menjelaskan, “Tata cara 
shalat ‘Ied yaitu imam datang dan mengimami orang-orang sebanyak dua 
raka’at. Pada raka’at pertama imam <em>takbiratul ihram</em>, setelah itu ia bertakbir sebanyak 6 (enam) kali. Kemudian membaca surat Al-Fatihah, lalu membaca <em>surah</em>
 Qaaf. Kemudian bangkit ke raka’at kedua sambil bertakbir, setelah itu 
ia bertakbir lagi sebanyak 5 (lima) kali, lalu ia membaca surat 
Al-Fatihah dan membaca ayat <em>surah</em> Al-Qamar. Dua <em>surah</em> inilah yang sering dibaca Nabi ketika shalat ‘Ied.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan jika mau, imam bisa membaca ayat <em>surah</em> Al-A’la di raka’at pertama, sedangkan di raka’at kedua ia membaca <em>surah</em> Al-Ghasyiyah. Ketahuilah bahwa shalat ‘Ied dan shalat Jum’at ada dua <em>surah</em> yang sama-sama dibaca pada kedua shalat tersebut. Ada juga dua <em>surah</em> yang dibaca berbeda sama-saa pada kedua shalat tersebut. Dua <em>surah</em> yang sama-sama dibaca para shalat tersebut adalah <em>surah</em> Al-A’laa dan <em>surah</em> Al-Ghasyiyah. Adapun dua <em>surah</em> yang berbeda adalah <em>surah</em> Qaaf dan <em>surah</em> Al-Qamar pada shalat ‘Ied, dan <em>surah</em> Al-Jumu’ah dan <em>surah</em> Al-Munafiquun pada shalat Jum’at. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepatutnya bagi imam shalat untuk menghidupkan Sunnah ini dengan membaca <em>surah-surah</em> itu, sehingga kaum Muslimin dapat mengetahuinya dan tidak mengingkari apabila hal itu terjadi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu, imam berkhutbah dan sebaiknya mengkhususkan -dalam 
sebagian khutbahnya- yang ditujukan secara khusus bagi jama’ah wanita, 
yaitu dengan memerintahkan mereka supaya mengerjakan amalam-amalan yang 
mesti mereka kerjakan, serta memperingatkan mereka supaya menjauhi 
perkara-perkara yang mereka jauhi. Hal ini sebagaimana yang pernah 
dilakukan oleh Rasulullah. [9]
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari ‘Abdulllah bin ‘Amr bin al’-Ash, ia berkata bahwa Nabi bersabda,
</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote>
“Takbir untuk shalat ‘Iedul Fithri itu 7 kali pada raka’at pertama dan 5 kali pada raka’at kedua. Sedangkan membaca <em>surah</em> Al-Qur’an adalah setelah itu di setiap raka’at. [10]</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikkh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baaz berkata, “Tujuh kali takbir ini termasuk takbir saat <em>Takbiiratul Ihram</em> (di raka’at pertama). Adapun takbir di raka’at kedua dilakukan sebanyak 5 (lima) kali, tidak termasuk takbir <em>intiqaal</em> (yaitu takbir saat bangkit ke raka’at kedua).” [11] </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Mengangkat Kedua Tangan Setiap Kali Takbir</strong>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Al-Albani berkata:
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Yang benar, hal itu tidak disunnahkan. Sebab hal itu tidak ada 
yang shahih dari Nabi. Adapun yang diriwayatkan dari ‘Umar dan 
puteranya, tidak bisa menjadikannya sebagai Sunnah. [12]
</div>
<h4 style="text-align: justify;">
<strong>UCAPAN SELAMAT HARI RAYA</strong></h4>
<div style="text-align: justify;">
Apa hukum mengucapkan selama pada hari raya? Apa ada ucapan tertentu?
</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin menjawab, “Mengucapkan 
selamat hari raya adalah boleh. Dan tidak ada ucapan tertentu. Namun, 
yang biasa dilakukan manusia selama tidak ada unsur dosa adalah boleh.” 
[13] </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Jubair bin Nufail, ia berkata, “Apabila para Shahabat Nabi saling bertemu pada hari ‘Ied, mereka mengucapkan:
</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote>
taqabbalallahu minna wa minkum</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Semoga Allah menerima (amal-amal) kami dan (amal-amal) kalian” [14] </div>
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i>Sumber: Tim Editor Media Tarbiyah (2012). Sifat Puasa Nabi: 
“Seakan-akan Anda berpuasa bersama Rasulullah”. Bogor: Media Tarbiyah. 
hlm. 137-144
</i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>Catatan Kaki:
</i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[1] Tamaamul Minnah fii Takhriiji Fiq-his Sunnah.
</em></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[2] Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dalam al-Ausath. Syaikh Al-Albani berkata, “<strong>Sanad hadits ini jiyyad</strong>” Lihat Ash-Shahiihah (no.1279).
</em></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[3] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no.953), at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Lihat Mukhtashar Shahiih al-Bukhari (I’233) karya Syaikh Al-Albani.
</em></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>[4] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no.324, 351, 971) dan Muslim (no. 890)
</i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[5] Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (I/331, hadits no. 171)
</em></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[6] Liqaa-aat al-Baabil Maftuuh (no. 97), dinukil dari kitab al-Fataawaa al-Muhimmah lisy Syaikh Ibni ‘Utsaimin.</em></span>
<br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[7] HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan at-Tirmidzi. Lihat al-Irwaa’(III/104-105).
</em></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>[8] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 989) dan Muslim (no. 884)
</i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[9] Liqaa-aat al-Baabil Maftuuh (no. 608), dinukil dari kitab al-Fataawaa al-Muhimmah lisy Syaikh Ibni ‘Utsaimin.</em></span>
<br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[10] Diriwayatkan oleh ad-Daraquthni, al-Baihaqi, dan lainnya. Lihat al-Irwaa’ (III/108) karya Syaikh Al-Albani.
</em></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[11] Dinukil dari Shalaatul Mu’min karya Syaikh DR. 
Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthani. Beliau berkata, “Saya mendengarnya 
dari guru kami, Syaikh Ibnu Baaz mengatakannnya di tengah penjelasan 
atas hadits no. 519 dari kitab Buluughul Maram”
</em></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[12] Tamaamul Minnah fii Takhriiji Fiq-his Sunnah (hlm. 
348). Adapun Syaikh Ibnu Baaz dan Syaikh Al-’Utsaimin berpendapat bahwa 
mengangkat tangan setiap shalat ‘Ied adalah sunnah.
</em></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><em>[13] Dinukil dari kitab al-Fataawaa al0Muhimmah lisy Syaikh Ibni ‘Utsaimin. </em></span><br />
<br />
<center>

ADAB-ADAB DI HARI ‘IEDUL FITHRI

HUKUM SHALAT IED Syaikh Al-Albani berkata: “Yang benar, hukum shalat ‘Ied (Hari Raya) adalah wajib, bukan sunnah. Di antara dalilnya,...

Clever Kitty Opens Doors

x Humor 11:01 AM

Clever Kitty Opens Doors

Clever Kitty Opens Doors Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI ! Lihat yg lebih 'seru' di sini ! Follow @wisb...

Kucing paling pengecut di dunia !

x Humor 1:30 AM

<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
Aboi, seperti yang kita ketahui bahwa kucing dan tikus tidak mungkin pernah damai. Pada umumnya kucing akan selalu ingin menangkap tikus, tapi beda halnya dengan kucing pada gambar ini. <br /><br />Kucing ini justru merasa takut ketika menghadapi seekor tikus mungil dihadapannya. Parahnya lagi, sang kucing rela membiarkan tikus itu memakan makanannya.  </div>
<br /><br /><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaDajnxp2PR-_gT1Q6dqpn5UHw2MymT9n9XuccWGqqFImjll34av3DNBZwkjTkDh-KGuF1_ODJXZFfcYMrIZ2OcnpOLTv45zUA3W5RjxQNtvQJFS2akB62ajpwXpvRdlFa2Uw/s1600/1.jpg" /><br /><br /><div style="text-align: justify;">
Kucing bernama Mango ini tampaknya menyerah sebelum memulai. Daripada mencoba untuk mengusir, menerkam dan memangsa tikus tersebut, ia justru memilih menghabiskan waktu beberapa menit untuk mengamatinya dari jarak aman.</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<br />Tak lama kemudian, kucing itu pun memberanikan diri berjalan mendekatinya, namun ia hanya menyaksikan tikus itu makan sambil mencoba menyudutkannya untuk pergi. Namun, lucunya tikus itu bukannya takut, ia malah asyik menikmati makanan si kucing.</div>
<br /><br /><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtyIBHzK5rOO4OlPT1kb6Xm0CgpXoGXYVuxZ82oq-mlxN4dHMfPt7UPh_A1zneGuA0g4s5spnLxxDe34Rj06X9HjKmnbuTFgOv35DKZblM7WViisLgrh3Excd3TTLbMW-HFsU/s1600/2.jpg" /><br /><br /><br /><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQOJd_HHPKgfM273Laxfy4roXzvaZZvIGMJbEDO5zt5biK_mIvX1bU-H-ox5WVwlF_IG0wQ1z-xkb7vZ8maN27Bs2lvABp-nS4UHSmXgf3gHjuYPmOwYf9rYfiWCry-hZlsLQ/s1600/3.jpg" /><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;">
Menurut sang pemilik, Chris Brown,35, mengatakan, “Ketika saya turun untuk melihat Mango, saya terkejut ada tikus berada di dalam mangkuk makanan. Dengan tenangnya ia memakan jatah makanan Mango,” melansir dari Metro.“Tampaknya Mango bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia hanya merasa takut dengan tikus tersebut. Hingga suatu waktu ia menyudutkan tikus tersebut tanpa menyentuhnya, dan tikus itu pun pergi setelah makan dengan kenyang.” tutupnya.  </div>
</div>
<div style="text-align: center;">
 </div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://www.appsgeyser.com/getwidget/Wisbenbae/">Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI !</a><br /><a href="https://twitter.com/wisbenbae">Lihat yg lebih 'seru' di sini !</a><br /><a href="https://twitter.com/wisbenbae">Follow @wisbenbae</a></div>