Habib Rizieq: Bukan Dayak yang Mau Bunuh Pimpinan FPI

<div style="text-align: center;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> </div> <div style="text-align: center;"> <img height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiP4J7UaqlLZcTQBfN6_7SMxWmps34o0idiM_O9ixdp4y93RD5i_qDOXKjzv9sA_9JmyW-WshNFOgZme4fBwpF-OvUvI39cXTv_yCItBvtlLjjinY6eEImjf193y5IP2pVN78l/s640/Screenshot_25+copy.jpg" width="640" /><br /> <br /></div> </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: x-large;">Minggu siang kemarin (13/2), Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq melaporkan sejumlah pihak ke Mabes Polri. Tidak cukup sampai di situ, pada Senin malam ia kembali memberikan penjelasan kepada media massa melalui pesan pendek.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Di dalam pesan pendek itu, Habib Rizieq menegaskan bahwa upaya pembunuhan delegasi pimpinan FPI yang datang ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, akhir pekan lalu (Sabtu, 11/2) bukanlah orang Dayak, baik muslim maupun non-muslim.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <blockquote class="tr_bq"> <div style="text-align: justify;"> "(Melainkan) gerombolan preman rasis fasis yang dibina Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang,” tulis Habib Rizieq.</div> </blockquote> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gerombolan itu, sambung Habib Rizieq, didukung Kapolda Kalteng Brigjen Damianus Zacky. Sementara yang bertindak selaku operator adalah Yansen Binti dan Lukas Tingkes. Dia menduga Yansen Binti adalah bandar narkoba. Sementara Lukas Tingkes yang merupakan Wakil Ketua Dewan Adat Dayak Kalteng disebutnya memiliki kasus korupsi yang sudah in krahct di tingkat Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah Agung.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Mereka takut dibongkar keboborokannya. (Justru) FPI sedang membela Dayak Seruan yang dizalimi penguasa, pengusaha dan preman,” masih kata Habib Rizieq.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Habib dari Tanah Abang, Jakarta, ini tampaknya pesimistis pemerintah pusat akan mengambil tindakan tegas terhadap kelompok yang menerobos apron Bandara Cilik Riwut dan mengancam akan merusak pesawat Sriwijaya yang mengangkut delegasi FPI dari Jakarta.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “(Mari) tonton juga (kelompok) liberal yang akan membela kaum anarkis tersebut,” kata Habib Rizieq lagi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: x-small;"><i>Sumber : http://www.rakyatmerdekaonline.com/read/2012/02/14/54736/Habib-Rizieq:-Bukan-Dayak-yang-Mau-Bunuh-Pimpinan-FPI-</i></span></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a></div>

Habib Rizieq: Bukan Dayak yang Mau Bunuh Pimpinan FPI

Minggu siang kemarin (13/2), Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq melaporkan sejumlah pihak ke Mabes Polri. Tidak cuk...

Read more »

Menikah Itu Sehat dan Menyehatkan

<div style="background-color: #fbfbfd; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; padding-top: 8px; text-align: justify;"><div style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuaFhxdhfM-QhEjJDck8Sfrn4eQ79LkzGv-aUTpTNwFq8y2jbf79h4Ktr6atNkI9lYUe_tbhrPBMQQ0ygs3WfXi479TmRWd94R7CZI0OPF-FcRIAjCWZ3XPW3j_JgS5NzfeH1Ogw/s1600/marid.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; outline-style: none;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuaFhxdhfM-QhEjJDck8Sfrn4eQ79LkzGv-aUTpTNwFq8y2jbf79h4Ktr6atNkI9lYUe_tbhrPBMQQ0ygs3WfXi479TmRWd94R7CZI0OPF-FcRIAjCWZ3XPW3j_JgS5NzfeH1Ogw/s1600/marid.jpg" style="background-image: initial; border-bottom-color: rgb(224,227,215); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: rgb(224,227,215); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(224,227,215); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(224,227,215); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; margin-bottom: 4px; margin-left: 0px; margin-right: 4px; margin-top: 0px; padding-bottom: 6px; padding-left: 6px; padding-right: 6px; padding-top: 6px;" /></a></div> <span style="font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif;">Tujuan pernikahan tak hanya sekedar mempererat ikatan yang sah. Namun juga memiliki banyak manfaat lainnya, seperti kesehatan.</span><br /> <div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Menikah ternyata membuat kesehatan Anda terus terjaga lebih baik. Hal ini sangat berbeda jauh dengan kondisi mereka yang bercerai, single atau berselingkuh. Berikut ini manfaat menikah yang perlu Anda tahu, yang dilansir melalui iDiva, Jumat (10/2).</div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><b style="font-weight: bold;">Membuat Anda Lebih Bahagia</b></div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pernikahan telah terbukti meningkatkan kebahagian. Pasangan menikah dan bahagia memungkinkan tubuhnya untuk melepas hormon senang. Inilah yang membuat Anda merasa lebih bahagia dan tidak marah-marah. Jika Anda sedang dalam suasana hati yang menyenangkan, semua orang positif tak akan menjauhi Anda.</div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><b style="font-weight: bold;">Sistem Kekebalan Tubuh Lebih Baik</b></div><blockquote class="tr_bq"><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Menikah mendorong sistem imun seseorang. Orang yang menikah memiliki daya tahan tubuh yang lebih tinggi terhadap penyakit. "Anda akan lebih tenang. Sehingga membuat Anda kurang rentan terhadap pilek dan batuk," papar psikolog H'vovi Bhagwagar.</div></blockquote><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><b style="font-weight: bold;">Mengurangi Sakit dan Nyeri</b></div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Ternyata, berada dalam hubungan yang stabil membuat Anda merasa aman untuk melewati semua masalah. Perasaan ini juga turut membantu mengatasi rasa dan nyeri yang lebih baik. Sebab, pasangan Anda akan selalu mendukung Anda untuk melewatinya.</div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><b style="font-weight: bold;">Meningkatkan Konsentrasi</b></div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pasangan yang peduli dan perhatian tak akan sungkan untuk berbagi peran dan tanggung jawab. "Pikiran kita tidak akan sibuk mengkhawatirkan anak di rumah atau bagaimana perasaan pasangan terhadap kita," tambah H'vovi. Hal ini memungkinkan Anda berkonsentrasi pada pekerjaan Anda</div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><b style="font-weight: bold;">Siklus Bulanan Teratur</b></div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Memang benar jika siklus haid wanita tergantung dari beberapa hal, termasuk kesehatan, gizi, dan stres. Wanita yang sudah berumah tangga cenderung tidak mengalami tekanan. Oleh karena itu, siklus haid mereka lebih teratur. </div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><b style="font-weight: bold;">Menjauhkan Penyakit</b></div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Orang yang sudah menikah lebih sedikit gelisah dan cemas tentang masalah sepele. Mereka tahu jika ia memiliki pasangan yang bisa dipercaya. "Perasaan saling mendukung membantu mereka untuk menangani setiap masalah dengan mudah. Sehingga, mereka bisa mengurangi tingkat stres, yang berkaitan dengan risiko tekanan darah, hipertensi dan migrain."</div><div style="background-color: white; font-family: Georgia,Times,'Times New Roman',serif; line-height: 22px; margin-top: 11px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Nah, terbukti kan?<br /> <br /> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a></div></div>

Menikah Itu Sehat dan Menyehatkan

  Tujuan pernikahan tak hanya sekedar mempererat ikatan yang sah. Namun juga memiliki banyak manfaat lainnya, seperti kesehatan. Menikah t...

Read more »

Alat baru untuk coli !

<div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><b>J</b></span>angan khawatir dengan masalah itu", karena di Amerika serikat sudah ada teknologi untuk memenuhi kebutuhan seks para pria. Teknologi ini sangat canggih tentunya karena di desain khusus untuk para pria yang sedang ingin bercinta atau berhubungan intim dengan pasangan tapi tidak terpenuhi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nah inilah dia gambar dari perkakas tersebut. Gadget ini sangat unik desainnya,karena mirip dengan pepaya atau buah bangkok. Dari luar, ia punya desain yang futur<a href="http://www.siwoksintol.com/" style="color: black;">i</a>stik. Di bagian depan, ia dilapisi bahan lentur yang bisa menimbulkan sensasi sentuhan kulit dengan kulit.</div> <br /> <div style="text-align: center;"> <img border="0" height="301" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQO_iFdZ2PU0o0VabTbl0koFo48tg3Il7SZj0-lsqEjhYbcR0xDB39JYglybwfKMWk0Q1SXxnItNkK5p_lM7A9LMBXtz5rzeGRAJsMdg_14PlK4pi71QXbFHPp5IN08yd6jkYhaw/s400/gadget2.jpg" width="400" /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Bahan Itu berlubang,mirip sekali dengan celengan atau lubang yang ada di vagina, Tentunya bukan untuk memasukkan koin, melainkan gerbang memasukkan – maaf- alat kelamin para pria yang kesepian. Ia dirancang untuk bisa menjapit kencang atau mengendur, sesuai dengan tuntutan skenario.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <blockquote class="tr_bq"> <div style="text-align: justify;"> Di bagian belakang gadget, terdapat dua buah servo motor yang menggerakan dua belt (sabuk) penjepit bergerigi, dengan arah maju-mundur dalam berbagai posisi. Perkakas ini juga tetap relevan di musim dingin, karena dilengkapi dengan heat element (elemen pemanas seperti yang dijumpai pada solder atau setrika) untuk menghasilkan ’suhu kamar’ yang mirip dengan aslinya.</div> </blockquote> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tak hanya itu agar sang pengguna tidak mengalami lecet-lecet pada bagian vitalnya alat ini juga menggunakan sistem pelumasan canggih yang akan disemprotkan ke belt yang sedang bergerak. Semua elemen tak beroperasi secara terpisah, melainkan sinkron seperti orkestra musik klasik yang merdu. Pasalnya mereka bergerak menyesuaikan dengan skenario adegan f<a href="http://www.siwoksintol.com/" style="color: black;">i</a>lm dewasa yang juga disediakan oleh vendor alat ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Artinya, bila perempuan di film sedang bergerak perlahan, servo motor juga akan berputar menggerakan belt secara lambat. Bila semakin lama, gerakan perempuan makin cepat, kecepatan putar servo motor juga menyesuaikan bergerak kencang. Alhas<a href="http://www.siwoksintol.com/" style="color: black;">i</a>l, alat yang dijual seharga USD 150 (sekitar Rp 1,7 juta) itu bisa mempersembahkan ‘pengalaman tak terlupakan’ yang mirip dengan kejad<a href="http://www.siwoksintol.com/" style="color: black;">i</a>an asli.</div> <br /> <div style="text-align: center;"> <img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcIV-vJKhhL4UFWp1s9u3WXRw7LbIH1DS3ey-uEZjNVIL4OCWQkPyFN0PFV2EL8QOpW1yXO8FmdwygpQXkPqZ4ZQgzzOU7QfFVaZG_BdsB7MZHGySxhLK5IZ5lg4JBlbqHBxxg-g/s400/gadget3.jpg" width="400" />.</div> <div> <img alt="" height="1" src="https://blogger.googleusercontent.com/tracker/3215191595120198168-1426308997059587698?l=www.siwoksintol.com" width="1" /></div> <br /> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a>

Alat baru untuk coli !

J angan khawatir dengan masalah itu", karena di Amerika serikat sudah ada teknologi untuk memenuhi kebutuhan seks para pria. Teknologi...

Read more »

FALSAFAH KETUHANAN & KEMANUSIAAN SITUS GUNUNG PADANG

<div style="text-align: center;">SITUS GUNUNG PADANG</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: center;"><img alt="" height="265" src="http://ahmadsamantho.files.wordpress.com/2012/02/tumpukan-batuan-gunung-padang.jpg?w=300&h=199" title="Tumpukan Batuan Gunung Padang" width="400" /></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Jauh sebelum jaman Megaliticum, di daerah Tatar Sunda sudah berpenduduk yang disebut manusia Sunda yang menganut agama Sunda dan menjalankan tatanan yang disusun menjadi tatanan Sunda. Kepercayaan mereka mengenai Tuhan yaitu wujud gaib yang tak dapat digambarkan dan tidak mampu manusia memberi nama-Nya, karena tidak dapat dibanding-bandingkan dengan sesuatu yang ada di dunia ini; <i>Ku harti moal katepi, Ku akal moal kahontal, ngan karasa ku manusa</i> (“oleh pikiran tidak akan tercapai, hanya dengan rasa manusia”)</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Manusia Sunda pada waktu itu hidup dalam ruang yang disebut komunitas ‘<i>ngabubuhan’</i> yang dikepalai oleh seorang <i>‘Daleum</i>’. Tatanan kehidupan sosial mereka gotong royong <i>‘liliuran’</i> dan ‘<i>paheuyek-heuyeuk leungeun</i>’. Hal yang sangat dijauhi dalam kehidupan mereka adalah ‘<i>mipit teu amit, ngala teu menta, menta teubebeja, ngagedag teu bewara</i>. Dan sangat menghormati tatacara: <i>ngeduk cikur kudu mihatur, nyokel jahe kudu micarek; tigin kana jangji, bela kana lisan buyut saur larangan sabda, ulah kabita ku imah bodas, ulah kagendam ku pingping bodas, ulah heroy ku sangu bodas’</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Betapa tinggi nilai falsafah yang mereka terapkan dalam tatanan kehidupan keseharian mereka. Namun kini apa yang terjadi ? Manusia Sunda lupa akan dirinya, sehingga tatanan yang telah menjadi norma tinggal hanya sebuah nilai yang diteliti di atas kertas.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">“SEKILAS Situs Gunung Padang”</span></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Situs Gunung Padang merupakan punden bangunan berundak peninggalan jaman prasejarah. Situs ini merupakan salah satu situs megalitik terbesar di Asia Tenggara. Situs terletak di puncak bukit yang dikelilingi oleh lembah-lembah dan perbukitan. Di sebelah tenggara terdapat Gunung Melati, di sebelah barat daya terdapat Pasir Empat dan Gunung Karuhun, di sebelah barat laut terdapat Pasir Pogor dan Pasir Gombong, dan di sebelah timur laut terdapat Pasir Malang.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Saksikan situs punden berundak ini yang terbagi menjadi 5 teras mengerucut dan dibangun dengan batuan vulkanik alami yang berbentuk persegi panjang. Teras pertama merupakan teras terbawah dan terluas berdenah segi empat. Pada jalan menuju teras pertama terdapat beberapa batu tegak di kiri kanan jalan. Di depan pintu ini terdapat susunan batu berdenah segi empat dan beberapa menhir serta adanya batu lumpang di sudut timur laut. Di teras kedua tedapat batu-batu tegak berukuran besar. Di teras ketiga terdapat lima kelompok bangunan yang sebagian besar berupa kelompok batu tegak. Sebagian dari batu-batu tersebut telah roboh. Di teras terdapat balok-balok batu pada bagian tengah dan tiga bangunan di bagian timur laut. Bagian barat daya teras ini berupa tanah kosong. Teras kelima merupakan bagian paling atas dari situs ini. Pada bagian ini terdapat susunan batu tegak yang membentuk ruang segi empat. Terdapat juga tinggalan lainnya berupa tumpukan monolit. Anda akan melihat bahwa situs ini unik dari sisi visual.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Lokasi: Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka<br /> <br /> Koordinat : 6°59,664′S 107°3,375′E<br /> <br /> ———-<br /> <br /> <br /> Situs Megalitik Gunung Padang”. Situs Gunung Padang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Konon, menurut para ahli arkeologi, situs ini merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Untuk menuju Situs Gunung Padang, terdapat dua alternatif jalan. Alternatif pertama adalah jalan utama, mendaki sekitar 370 anak tangga dengan kemiringan yang cukup tajam, hampir 40 derajat. Alternatif kedua adalah mendaki sekitar 500 anak tangga dengan kemiringan yang lebih landai.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Jalan masuk Situs Gunung Padang, di sisi kiri terdapat anak-anak tangga menuju situs. Satu per satu anak tangga kami daki. Anak-anak tangga ini disusun dari batu-batu berbentuk kolom poligonal yang dipasang melintang. Dengan sedikit terengah-engah, akhirnya 15 menit kemudian, kami tiba di Situs Gunung Padang. Woww…!! Pemandangan di depan dan ke belakang betul-betul menakjubkan!</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kami berada di puncak tertinggai dan saya membayangkan saya berada di pertemuan dengan para Raja-raja Pajaran.dan ada keanehan disekitar batu-batu yang berserekan,saya seperti ada yang menuntun dan menemukan batu tapak Kujang dan Batu tapak macan.subhanallah luar biasa.bukan tipuan dan bukan sihir.adanya</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Situs Gunung Padang ini terdiri dari lima pelataran (bisa juga menjadi 7 pelataran jika bagian-bagian tertentu di bawahnya dianggap sebagi pelataran). Masing-masing pelataran berada lebih tinggi sekitar 50-cm dari pelataran sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><blockquote class="tr_bq"><div style="text-align: justify;">Pelataran pertama adalah pelataran dengan gerbang kecil yang terbentuk oleh kolom-kolom batu yang berdiri berhadapan. Pada pelataran pertama ini terdapat batu-batu berwarna abu-abu berbentuk kolom yang masih tersusun rapi membentuk ruang persegi panjang. Batu-batuan di Gunung Padang adalah batuan jenis andesit basaltis yang merupakan hasil pembekuan magma pada lingkungan sisa-sisa gunung api purbakala pada jaman Pleistosen Awal, sekitar 2 – 1 juta tahun yang lalu. Karena pengaruh proses alam, batu-batuan ini membentuk dirinya menjadi kolom-kolom poligonal segi empat, lima, enam, delapan, yang permukaannya sangat halus sehingga banyak orang yang mengira batu-batuan ini merupakan hasil karya tangan manusia jaman dahulu.</div></blockquote><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Pelataran pertama Situs Gunung Padang</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Arsitek megalitik yang diperkirakan hidup sekitar 6000 tahun yang lalu, menyusun kolom-kolom batu tersebut menjadi sebuah bangunan berundak-undak yang sangat indah. Sayangnya, letak batu-batuan tersebut saat ini sudah banyak yang tidak beraturan, tergeletak begitu saja. Menurut Pak Dadi, petugas di situs Gunung padang, sebelum dianggap memiliki nilai budaya yang tinggi, Gunung Padang merupakan sumber kayu bagi para pencari kayu. Banyak pohon-pohon besar yang tumbuh di sini dan ditebang oleh para pencari kayu. Selain itu, Gunung Padang juga pernah dimanfaatkan sebagai ladang oleh masyarakat sekitar. Penebangan dan pengangkutan pohon serta perladangan lah yang mengubah posisi bebatuan dari posisi aslinya. Untungnya, masih terdapat beberapa batuan yang tersusun rapi pada posisi aslinya sehingga nilai-nilai budayanya tidak hilang begitu saja.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Pada pelataran pertama, terdapat batu berbentuk poligon yang disebut batu gamelan. Konon, pada jaman dahulu, dari arah Gunung Padang ini kerap terdengar bunyi-bunyi gamelan setiap malam Selasa dan malam Jumat. Sampai saat ini bunyi gamelan ini sesekali saja terdengar, dikalahkan oleh bunyi-bunyi dari sumber-sumber suara lain yang lebih modern, seperti TV, radio, maupun kendaraan bermotor. Salah satu petugas yang mengantar kami, memainkan batu gamelan tersebut, terdengarlah alunan musik tradisional Sunda dari pukulan-pukulan batu kecil pada batu gamelan. Para seniman tradisional Sunda, seperti pesinden, dalang, konon sering melakukan doa di sini sebelum melakukan pertunjukan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kalau merujuk pada sejarah Jawa Barat, Gunung Padang ini diperkirakan merupakan salah satu kebuyutan yang ditemukan oleh seorang pangeran Kerajaan Sunda yang berkelana menjelajahi tempat-tempat keramat di Pulau Jawa dan Bali pada sekitar abad ke-15. Konon, tujuan perjalanannya adalah untuk meningkatkan ilmu yang dimilikinya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Pangeran ini adalah pangeran yang mendapat julukan Bujangga Manik. Dari perjalanannya, Bujangga Manik berhasil mencatat sekitar 450 nama geografis yang sebagian besar masih dapat dikenali sampai saat ini. Catatan dalam lembar-lembar daun lontar tersebut sekarang tersimpang di Museum Bodleian, Oxford, Inggris. Dari catatan tersebut diketahui bahwa Bujangga Manik pernah melakukan persiapan untuk perjalanan spiritualnya ke Nirwana di suatu tempat kebuyutan yang ditemukannya di hulu Sungai Cisokan, Cianjur. Walaupun belum ada kepastian di mana kebuyutan di hulu Sungai Cisokan yang disebut oleh Bujangga Manik, tetapi satu-satunya tempat kebuyutan yang ada di hulu Sungai Cisokan – Cikondang, Cianjur adalah Gunung Padang.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Nampaknya, masih banyak cerita bernilai tinggi yang dapat digali dari Situs Gunung Padang. Ini tentu saja membutuhkan dukungan para peneliti arkeologi maupun sejarah. Potensi arkeologi, sejarah, maupun geologi Gunung Padang yang masih belum digali secara optimal ini merupakan kekayaan alam dan budaya yang sangat tinggi bagi Cianjur, dan bahkan bagi Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">Falsafah Diri Situs Gunung Padang</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Jauh sebelum jaman Megaliticum, di daerah Tatar Sunda sudah berpenduduk yang disebut manusia Sunda yang menganut agama Sunda dan menjalankan tatanan yang disusun menjadi tatanan Sunda. Kepercayaan mereka mengenai Tuhan yaitu wujud gaib yang tak dapat digambarkan dan tidak mampu manusia memberi namaNya, karena tidak dapat dibanding-bandingkan dengan sesuatu yang ada di dunia ini; Ku harti moal katepi,ku akal moal kahontal, ngan karasa ku manusa ‘oleh pikiran tidak akan tercapai, hanya dengan rasa manusia†Manusia Sunda pada waktu itu hidup dalam ruang yang disebut komunitas “ngabubuhan” yang dikepalai oleh seorang <i>“Daleum</i>“. Tatanan kehidupan sosial mereka gotong royong <i>“liliuran”</i> dan <i>“paheuyek-heuyeuk leungeun”</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Hal yang sangat dijauhi dalam kehidupan mereka adalah “<i>mipit teu amit, ngala teu menta, menta teu bebeja, ngagedag teu bewara”</i>. Dan sangat menghormati tatacara: <i>ngeduk cikur kudu mihatur, nyokel jahe kudu micarek; tigin kana jangji, bela kana lisan buyut saur larangan sabda, ulah kabita ku imah bodas, ulah kagendam ku pingping bodas, ulah heroy ku sangu bodas”</i>.Betapa tinggi nilai falsafah yang mereka terapkan dalam tatanan kehidupan keseharian mereka. Namun kini apa yang terjadi ?Manusia Sunda lupa akan dirinya, sehingga tatanan yang telah menjadi norma tinggal hanya sebuah nilai yang diteliti di atas kertas.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Situs gunung padang</b></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Situs Nagara Padang menyiratkan perjalanan hidup manusia, tidak hanya badaniah tetapi juga rohaniah. Perjalanan lahir dan batin ini mengisyaratkan proses pencapaian manusia yang manusiawi. Falsafah kemanusiaan di tanah Sunda membedakan “<i>jalma</i>” (<i>jelema</i>) dengan “manusa”.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kata pertama bermakna semenjak lahir seseorang baru “menjelma” menjadi mahluk. Ia belumlah manusia seutuhnya. Dia masih harus menjalani pendidikan yakni pembentukan dan pengembangan diri lahir dan batin. Kata kedua menjelaskan kondisi manusiawi bagi seseorang. Kondisi manusiawi dalam kata “Manusa” dijelaskan dengan hakikat “Kamanusaan”. Hakikat ini berisi tiga keterarahan: “<i>Kami</i>” atau kepada Yang Maha Kuasa pemberi kehidupan, “<i>Kama</i>” kepada orangtua sebagai “sebab” keberadaan (<i>cukang lantaran</i>) dan “<i>Nusa</i>” atau kepada alam sebagai sesama mahluk dalam kehidupan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Ketiga keterarahan di atas menggambarkan secara kodrati manusia mampu mewujudkan “<i>kasampurnaan</i>”. “<i>Kasampurnaan</i>” dalam konteks ini lebih berarti tugas untuk memelihara dan menata dirinya, sesama manusia, alamnya berdasarkan kekuasaan yang dititipkan kepadanya oleh Yang Maha Kuasa. Tugas itu diemban pula karena konstelasi kehidupan dalam semesta <i>sudah dan selalu</i>menyempurnakan manusia. Kasampurnaan memang mengandaikan kelebihan manusia dibandingkan mahluk lainnya. Kelebihan itu justru menjadi amanat dan mandat yang sewajarnya diwujudkan karena kodratnya. Amanat dan mandat ini diberi wujud keutamaan, sikap hidup, dan perilaku mulia</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Perjalanan Menemukan Diri</b></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Perjalanan kehidupan seperti ini tertuang dalam peziarahan di Gunung Padang. Perjalanan di Gunung Padang menyiratkan penemuan jatidiri dan mengalami “<i>gumulung</i>” dengan Yang Maha Kuasa dan Semesta. Perjalanan atau “<i>nyucruk galur</i>” tersebut digambarkan dalam wujud (<i>tanggara</i>), nama (<i>ungkara</i>) dan makna (<i>uga</i>) dari tiap-tiap batu di Gunung Padang. Batu menyatakan “Baca” dan “Tulis”. Manusia dianjurkan membaca semesta dan membaca dirinya sendiri. Muara dari “membaca alam dan diri” ialah menuliskannya dalam perilaku hidup sehari-hari. Berkaitan dengan proses penemuan diri tersebut berikut ini penjabaran <i>tanggara</i>, <i>ungkara</i> dan <i>uga</i> setiap batu.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>1. Mata Air Cikahuripan</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Wujud (<i>tanggara</i>)</b>: mata air gunung.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Nama (<i>ungkara</i>)</b>: Cikahuripan</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga (<i>uga</i>)</b>: Mata air gunung sering diibaratkan air susu ibu, <i>cai nyusu</i>. Air sebagai sumber dan asal kehidupan manusia (kondisi dalam rahim janin hidup dari dan dalam cairan. Hampir seluruh tradisi di muka bumi ini meyakini manusia berada dalam kondisi yang bersih. Maksudnya, bersih dalam arti steril; dan secara metaforik berarti suci atau dalam istilah keagamaan tanpa dosa.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Karena itu, manusia selayaknya senantiasa membersihkan diri dengan kembali ke air. Air tidak hanya membersihkan tubuh atau wadah. Tetapi juga air membersihkan isi atau pikiran dan rasa. Dalam kondisi bersih itu manusia mengalami kehidupan untuk memulai perjalanan spiritualnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Membersihkan diri dengan mata air Cikahuripan atau <i>cai nyusu</i>, bermakna bahwa kehidupan memiliki awal, manusia berasal dari air (<i>sagara</i>). Kesadaran akan awal membawa penyadaran akan tujuan kehidupan. Hidup mempunyai tujuan, dan karena tujuan itu lahirlah alasan untuk menghidupi hidup itu sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>2. Lawang Saketeng</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Gapura dengan 9 anak tangga.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Lawang Saketeng, atau</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>uga</b>: Gapura ini menyimbolkan penyadaran keberadaan Diri seseorang dan keterkaitannya dengan Semesta dan Yang Kuasa. Keterkaitan ini disadari melalui doa pembukaan di gapura. Rangkaian doa ini menunjukkan bahwa seseorang selalu berkaitan dengan para leluhur (karuhun, orangtua, <i>kasepuhan</i>), Semesta dan Yang Maha Kuasa. Keterkaitan itu disimbolkan dengan 9 anak tangga memasuki situs Nagara Padang. Angka 8 mewakili setiap penjuru mata angin yang, dan 1 ialah inti dari kehidupan yakni Yang Maha Kuasa.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Doa pembukaan bertujuan juga untuk mendoakan orangtua dan para leluhur, dan memohon doa mereka untuk perjalanan dan penemuan hakikat diri (tekad). Seseorang mendoakan orangtua dan leluhur kepada Yang Kuasa agar amal bakti yang mereka lakukan sepanjang hidup menjadi keharuman bagi keturunannya. Keharuman bagi keturunan sekaligus juga mengharumkan nama Yang Kuasa. Orangtua dan leluhur (<i>karuhun</i>) dan semesta akan menjadi perantara yang menghantar seseorang untuk mengungkap jatidiri dan hakikat diri.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>3. Palawangan Ibu</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Susunan bebatuan membentuk celah</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Palawangan ibu</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini menjadi simbol untuk rahim ibu. Keberadaan manusia dan perjalanan hidupnya diawali dengan kelahiran. Kelahiran juga mengingatkan seseorang pada awal dan tujuan hidup. Dengan kelahiran lalu setiap orang memiliki tugas yang harus dikerjakan. Ini nanti berkaitan dengan upaya menemukan dan menjalani takdir.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Batu ini pun menandai kelahiran baru bagi seseorang yang memiliki visi dan misi tertentu. Kelahiran baru penting supaya ia menjalani hidup sebagai insan yang mempunyai semangat dan paradigma baru mengenai kehidupan. Ini mempengaruhi bagaimana kemudian kita menyadari bahwa hidup itu sendiri selalu menjadi langkah baru bagi setiap orang.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>4. Batu Paibuan</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Batu megalitik besar dan batu bedak</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara:</b> Batu Paibuan, atau Batu pengasuhan Ibu untuk si jabang bayi. Pada situs ini terdapat juga batu bedak, yang menjadi tanda bagi perawatan ibu kepada anaknya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga:</b> Batu ini mengingatkan seseorang pada pengasuhan ibu yang diterimanya pada saat kelahiran, dan pengasuhan ibu yang dialaminya setelah ia “lahir baru”. Pengasuhan ibu berhubungan dengan pendidikan rasa. Rasa penting ditumbuhkan karena kepekaan dan kesadaran akan kehidupan itu sendiri berasal dari kemampuan ini. Ketika rasa berkaitan dengan pikiran, hasilnya ialah pertumbuhan peradaban, manusia yang berbudaya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Pengasuhan rasa dikaitkan dengan pendidikan pikiran. Pendidikan pikiran merupakan bagian dari Ayah. Pendidikan pikiran berkaitan dengan penanaman ilmu dalam artian kemampuan teknis dan pengetahuan umum mengenai kehidupan. Pendidikan Ayah berikaitan dengan derajat martabat kemanusiaan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Seseorang belajar mengenal rasa dan pikiran melalui perilaku orangtuanya. Melalui pendidikan Bapak dan Ibu anak mengenal juga prinsip dan keutamaan melalui teladan. Dengan demikian, anak pun mengalami bahwa prinsip dan keutaman hidup merupakan kekuatan kodrati. Artinya keutamaan dan prinsip sudah mendarah daging dalam tubuh dan jiwa manusia. Jika orangtua menampilkan keutamaan dan prinsip dalam perilaku sejak dini, anak mempelajari kemanusiaan baik sebagai wujud penyempurnaan diri setiap orang maupun sebagai medan perjumpaan dengan Yang Kuasa.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>5. Panyipuhan</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Lempeng batu pipih mirip besi yang siap ditempa dan dibentuk.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Panyipuhan</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Simbol untuk tempat pendidikan formal: sekolah, madrasah atau pesantren. Seseorang dapat mengalami pengembangan dan pembentukan ilmu, watak, karakter dan perilaku dari pendidikan formal: sekolah, madrasah atau pesantren.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Seseorang mengasah ilmu, mengolah fisik, belajar membentuk watak dan karakter, belajar memperlakukan keutamaan dan prinsip-prinsip hidup dalam pergaulan sehari-hari di sekolah. Seseorang akan belajar mengenal kekuatan kodrati dalam dirinya ketika dia memperlakukan hal-hal yang dipelajari di atas. Kekuatan itu berasal dari Yang Kuasa, dan diberikan agar manusia bertindak sebagai pengemban kekuasaan tersebut dalam menyempurnakan semesta ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>6. Poponcoran</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Susunan batu yang membentuk lorong yang bisa dilalui tubuh manusia. Batu ini mengarahkan orang ke posisi lebih tinggi</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Panyipuhan. Susunan batu ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini merupakan simbol untuk ujian dan kelulusan. Setiap orang pada saatnya untuk diuji. Jika seseorang sudah menggali ilmu, mengembangkan dan membentuk diri: watak, karakter dan perilaku, ia harus melewati tahap ujian akhir. Jika ia dapat melewati ujian akhir ini, ia lulus dari sekolah, madrasah atau pesantren. Artinya, ia menyelesaikan tahapan penggemblengan fisik dan mental. Pendidikan telah dialami secara lengkap: pendidikan pikiran, rasa dan tubuh.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>7. Kaca Saadeg</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Batu ini berbentuk vertikal-datar. Pada batu ini seolah-olah seseorang bercermin..</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Kaca Saadeg.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini mengisyaratkan saat bercermin diri: mengingat identitas dan tujuan hidup: “siapa saya?”; “apa tujuan hidup ini?” (visi); “apa keinginan saya dalam hidup?” (misi). Proses ini disebut menerawang diri (<i>narawang</i>).</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Refleksi diri untuk menentukan tujuan (visi) dan keinginan (misi) dalam hidup. Visi dan misi membantu seseorang menyempurnakan diri, atau mewujudkan kemanusiaan dalam dirinya. Karena itu, Visi dan misi hidup merupakan tugas yang harus dipenuhi sebagai seorang manusia yang manusiawi. Jika sudah menentukan tujuan dan keinginan, tekad harus ditetapkan untuk melangkah selanjutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>8. Gedong Peteng</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Batu menyerupai gua yang gelap. Lokasinya sendiri terletak di bagian bawah dan tertutup pohon rimbun. Lokasi ini menyebabkan batu ini tidak banyak terkena sinar matahari, atau gelap. Kegelapan inilah yang kemudian menjadi nama, atau peteng.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Gedong Peteng.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini merupakan simbol untuk diri yang masih gelap (<i>peteng</i>) dan ingin mendapatkan penerangan atau petunjuk untuk menapaki hidup berdasarkan karir yang diinginkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Setiap orang harus menentukan karir dalam bentuk pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Karir akan membawa orang merealisasi tujuan (visi) dan keinginan (misi) pribadi. Ini penting agar seseorang yang baru saja menyelesaikan tahap pendidikan dapat terus mengembangkan ilmu, watak, karakter dan perilaku. Proses pemanusiaan masih terus terjadi.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>9. Karaton</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Karaton atau Istana</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Karaton.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Istana menyimbolkan kedudukan, dan kewibawaan seseorang berdasarkan tugas yang diembannya. Jika seseorang bekerja berdasarkan karir yang dipilihnya, ia akan mengalami promosi atau kenaikan tingkat keahlian. Seseorang juga dapat mendapatkan kedudukan berdasarkan pilihan bersama siapa ia akan menjalani hidupnya, yakni membentuk keluarga.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kedudukan berdasarkan karir atau kenaikan tingkat keahlian ditentukan berdasarkan baik pewujudan ilmu dan keahlian maupun watak, karakter dan perilaku. Entah ia berkerja mandiri atau bekerja di bawah pimpinan orang lain, entah sebagai pekerja atau sebagai pemimpin pekerjaan sehari-hari akan mengasah ilmu, keahlian dan perilaku. Berdasarkan kedudukan ini setiap orang memiliki tugas masing-masing. Demikian juga berlaku untuk kedudukan dalam keluarga. Entah bapak entah ibu memiliki tugas yang sejajar dalam keluarga.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>10. Kutarungu</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Batu ini menjulang tinggi, menyerupai telinga.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Kutarungu. Nama Kutarungu mengacu pada tempat (<i>kuta</i>) dan pendengaran (<i>rungu</i>). Juru kunci menghubungkannya dengan telinga tubuh dan telinga batin.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini menyimbolkan sikap hati yang teguh seperti digambarkan oleh Batu yang menjulang tinggi. Sikap hati yang teguh akan mendengarkan suara hatinya, dan tidak mendengarkan suara-suara yang dapat membelokkan jalan yang ditempuh untuk mewujudkan visi dan misi pribadi.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kearifan Sunda menekankan pentingnya mengenali kemampuan pancaindra bagi kehidupan. Salah satu yang penting ialah telinga. Batu bagi pendengaran ini bermakna kemampuan bertindak sesuai dengan suara hati. Suara hati atau pusat diri menuntun seseorang untuk teguh pada pendirian berdasarkan prinsip. Seseorang yang telah menjalankan karir sesuai dengan tugas dan kedudukannya diandaikan memiliki prinsip yang teguh, atau teguh pada kebenaran yang diyakininya Ia tidak mudah dihanyutkan oleh suara-suara (pendapat, gosip, isu, fitnah, kabar-kabar lainnya) yang dapat membelokkannya dari jalan menuju visi dan misi. Jika seseorang berpegang pada suara hatinya (prinsip dan keutamaan hidup), dia dapat membedakan mana kecenderungan konstruktif (kebaikan), mana yang destruktif (kejahatan).</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Seseorang diharapkan mampu mengolah informasi yang didengarnya (diterimanya) sebelum bereaksi. Dengan kata lain, seseorang diajak untuk bertindak bijak, menghindari sikap ceroboh dan sembrono, asal memberikan tanggapan, dan mengikuti kecenderungan jahat dalam dirinya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b><b>11. Bumi Agung</b></b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Batu besar yang menjulang tinggi. Batu ini harus didaki dari satu sisi dan turun pada sisi lain yang berhubungan dengan batu besar berikutnya, Batu Korsi Gading. Dari puncak batu ini bisa terlihat lansekap tatar Bandung di segala penjuru. Agung menandai tanah, bangsa dan juga nagara atau Diri. Agung berkonotasi dengan mulia.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Bumi Agung.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini menyimbolkan sikap menjunjung tanah air atau bela bangsa. Kesadaran bahwa pemilik kehidupan bukanlah diri pribadi, tetapi Yang Kuasa berkonsekuensi kesadaran untuk menjunjung tanah air dan membela bangsa (membela bumi). Tanah air dan bangsa meliputi semesta berikut benda dan mahluk yang mengisinya. Artinya, seseorang mempunyai tugas untuk membaktikan keberhasilannya untuk segenap mahluk dan semestanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Membela bangsa sama saja artinya dengan membela diri sendiri. Maksudnya memelihara dan menjaga tubuh sebagai “bumi” bagi pikiran dan rasa. Menata tubuh berimplikasi pada penataan pikiran dan rasa juga. Tujuan penataan ini ialah menjadikan tubuh, pikiran dan rasa mediasi untuk memancarkan kekuasaan Yang Maha Kuasa dalam merawat dan menata Semesta.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Membela bangsa dan tubuh disebut amal ibadah manusia kepada Tuhan dan Semesta. Prinsip-prinsip hidup, keutamaan yang telah dihayati bersama dengan tugas–melalui karir atau pekerjaannya — ditujukan untuk menata, memelihara dan mengembangkan setiap jenis kehidupan. Di sinilah prinsip silih asih dan silih asuh hendak diwujudkan di tengah-tengah semesta beserta isinya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>12. Korsi Gading</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Batu ini berbentuk kursi. Gading mengisyaratkan tahta. Seseorang yang menaiki Batu Bumi Agung, sebelum turun harus menyeberang ke Batu ini untuk duduk di sini.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Korsi Gading.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini menjadi simbol untuk membaktikan kekuasaan berdasarkan tugas yang diemban untuk merawat dan menata diri sendiri, tanah air dan bangsa, atau Semesta.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Masih berkaitan dengan Bumi Agung, tempat ini bermakna untuk membaktikan kedudukan berdasarkan tugas untuk menjunjung tanah air dan membela bangsa. Dharma seseorang termasuk membaktikan kedudukan bagi nusa dan bangsa. Kedudukan memunculkan kekuasaan atau kemampuan menata dari dalam diri seseorang.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kekuasaan justru semakin berarti jika diwujudkan untuk menolong dan membantu sesama, atau secara luas memelihara dan mengembangkan kehidupan. Dengan kata lain, semakin berkuasa seseorang semakin ia dituntut oleh kodratnya sendiri untuk mengungkapkan belas kasih (<i>welas asih</i>).</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>13. Pakuwon Eyang Prabu Siliwangi</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: batu berbentuk tugu. Di atas tugu itu terdapat tatahan ibu jari.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: Batu Pakuwon Eyang Prabu Siliwangi</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini menjadi simbol untuk mensyukuri (<i>nuhunkeun</i>) prinsip dan keutamaan silihwangi pada Yang Kuasa. Batu ini masih berhubungan dengan Batu Bumi Agung, dan Batu Korsi Gading. Prinsip silih asih, silih asah dan silih asuh dan prinsip welas asih atau rohman rohim berkaitan dengan keutamaan<i>silihwangi</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Silihwangi berarti saling menghormati, saling menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Setiap orang tanpa pandang bulu memiliki tugas untuk saling hormat dan saling menjunjung martabat dan harkat kemanusiaan. Karena itu, seseorang perlu mensyukuri (<i>nuhunkeun</i>) keutamaan ini kepada Yang Kuasa karena secara kodrati manusia <i>sudah</i> <i>dititipi</i> kemampuan ini dan <i>memang</i>mampu merealisasi keutamaan ini dalam hidup sehari-hari. Mensyukuri berarti mengingat dan memperlakukan keutamaan itu berdasarkan keyakinan yang dipegang.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>14. Lawang Tujuh</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Pintu menunjukkan jalan atau jalur. Tujuh mengarah pada jumlah hari dalam satu minggu.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: <i>Batu Lawang Tujuh</i> atau Pintu Tujuh.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini menyimbolkan perjalanan menempuh “jalur” hidup yang sudah ditentukan berdasarkan waktu kelahiran (7 hari). Setiap orang mempunyai “jalan”nya masing-masing untuk mewujudkan visi dan misinya. Jalan itu sudah diberikan berdasarkan hari kelahiran. Tugas manusia untuk menjalani jalur itu berdasarkan pada visi dan misinya. Jalur tersebut akan mengembalikan kita kepada Yang Kuasa, yang menjadi pusat dan bersemayam dalam diri manusia.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>15. Padaringan (leuit Salawe Jajar)</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Jajaran batu megalitik yang melingkar.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: <i>Batu Padaringan</i>. <i>Padaringan</i> berarti juga <i>leuit</i> atau lumbung padi. Lumbung padi itu digambarkan berjumlah 25 dan letaknya sejajar.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini menyimbol lumbung padi (<i>leuit atau padaringan</i>) menandai kesejahteraan manusia dan pencapaian kepenuhan hidup sebagai manusia. Kesejahteraan itu hendak dialami nuansa kebersamaan. Nuansa kebersamaan ini digambarkan dengan posisi sejajar. Di sinilah keutamaan <i>Sapajajaran</i> dikenali.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Adalah tugas seseorang yang sudah mencapai keberhasilan dan kedudukan untuk menyejahterakan bumi atau semesta beserta isinya. Menyejahterakan bumi dan seisinya ibarat mengisi lumbung, atau menyediakan sumber kehidupan bagi tanah air dan bangsa. Visi dan misi seseorang tercapai jika ia mampu menjadi pengemban kekuasaan Ilahi untuk membagikan kesejahteraan bagi siapa saja tanpa pandang bulu. Ia mengikuti peran Ibunya yang menyusui dan mengasuh anak tanpa memandang anak ini kelak berbuat kebaikan atau kejahatan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Membagikan kesejahteraan bagi bumi dan sesama menandai keadilan. Prinsip keadilan mengejawantahkan keutamaan <i>sapajajaran</i>. Pada dasarnya manusia tidak mengenal pembedaan berdasarkan status lahir. Berdasarkan kodratnya manusia dalam keragamannya sejajar satu sama lain, juga berdasarkan kodratnya, manusia pun sejajar dengan mahluk lain karena sama-sama ciptaan. Demikian juga kesejajaran itu dihayati dalam relasi manusia dengan alam semesta.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><ol style="text-align: justify;"><li><b>16. Puncak Manik</b></li> </ol><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tanggara</b>: Tanah datar yang dikelilingi bebatuan besar membentuk cincin.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Ungkara</b>: <i>Puncak Manik</i>. <i>Manik</i> berarti wadah. Dalam wadah itu terjadi persatuan antara Diri dengan Semesta dan Yang Kuasa. Persatuan itu digambarkan pula dengan kembalinya manusia ke asalnya ketika ia mencapai tujuannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Uga</b>: Batu ini menjadi simbol untuk pencapaian dan perwujudan visi – misi pribadi serta kembalinya atau bersatunya manusia dengan Semesta dan Yang Kuasa.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Usaha mewujudkan visi dan misi mengenal batas. Batas itu ialah puncak keberhasilan dan kedudukan. Puncak berarti sudah tercapai visi dan misi atau visi dan misi “sudah di tangan”. Imperatif berikutnya ialah segeralah menggunakan kedudukan dan keberhasilan, atau kemampuan untuk beramal ibadah, berbakti dan berbagi (“<i>Tereh make salawasna</i>”) Kemampuan ini yang disebut mewujudkan manusia yang manusiawi, yang bukan hanya bersifat individual, tetapi juga kolektif.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Puncak manik juga berarti kembalinya seseorang pada jatidirinya yang asali. Jatidiri setiap manusia ialah persatuan dengan asal dan tujuan hidup: Yang Kuasa, “Sang Diri”. Peristiwa ini kemudian diberinama “pulang”. Inilah sebenarnya pencapaian tertinggi usaha dan kekuasaan manusia. Keunggulan dan kewibawaan pada akhirnya akan kembali.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Penutup</b></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Situs Nagara Padang mengandung permainan aksara dan bunyi pada kata “<i>Nagara</i>”. Kata tersebut berupa <i>siloka</i> (teka-teki) yang membuat pembaca berpikir tentang makna. Jika “<i>na ga ra</i>” dibaca seperti tertulis, maka alam pikir bahasa Indonesia memberinya makna pada pelembagaan atau organisasi kolektivitas manusia berdasarkan tujuan yang sama dan dibangun untuk kesejahteraan bersama (<i>bonum commune</i>). Makna “nagara” atau negara seperti ini tidak akan berarti banyak dalam situs ini, juga untuk pemahaman kehidupan dalam budaya Sunda.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kata “<i>Na ga ra</i>” harus dibaca dari belakang “<i>Ra ga na</i>”. Kata tersebut dilengkapi dengan kata bantu “dina” supaya lebih mengangkat makna terdalam dari nama situs tersebut. Lengkapnya menjadi “<i>Dina Ragana</i>”. Jelaslah apa yang dimaksud: “di dalam raga” atau badan. Teka teki terjawab: jiwa, atau yang memberi gerak dan langkah pada raga. Jiwa menjadi isi bagi badan atau wadah. Keduanya tidak bisa dipisahkan dan tidak berkedudukan secara hirarkis. Jiwa memancarkan kemampuannya melalui tubuh. Jiwa menggantungkan diri secara simbiotik saling menghidupi dengan badan. Badan dalam pemahaman demikian tidak berarti penjara bagi jiwa. Badan menyalurkan kemampuan jiwa. Badan mencerminkan kualitas jiwa yang dikandungnya. Badan memiliki kedudukan penting karena wadah ialah cermin bagi isi. Keduanya “menjadi kesatuan yang saling melengkapi dengan kekhasan, yakni kedudukan dan tugasnya masing-masing.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kesatuan ini tampil diungkapkan dengan metafor “Diri”. “Diri” merupakankesatuan jiwa-badan. Tanpa kesatuan dalam “diri” hidup manusia tidak berarti. Metafor “Diri” pun merupakan permainan suku kata dari “Da” dan “Ra”. “Da” bermakna semesta dan “Ra” mengarah pada cahaya. Permainan suku kata atau aksara Sunda ini menempatkan “Diri” sebagai “Cahaya Semesta”. Makna permainan kata berdasarkan aksara ini menempatkan “diri” di tengah-tengah. “Posisi tengah” digambarkan dengan metafor puitik “<i>Buana Pancer Tengah</i>”. “Tengah” memang sangat mudah diartikan “pusat”. Secara diagramatik, tengah selalu mengacu pada pusat. Posisi “Tengah” dalam konteks buana pancer tengah atau diri sebagai cahaya semesta merujuk pada makna “di antara”. Posisi ini berfungsi menjaga keterjalinan (bukan keseimbangan) antarunsur yang berada di sekitarnya. Unsur-unsur itu tidak merujuk dan bergantung pada posisi tengah. Rujukan dan ketergantungan unsur pada posisi tengah hanya akan menunjukkan diri sebagai pusat semesta.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Dalam pemahaman ini, diri adalah cahaya semesta, yang menerangi atau gerak ke luar. Ia bukan pusat yang bersifat menarik atau gerak ke dalam (<i>sentripetal</i>). Diri manusia hanyalah bagian dari percikan Cahaya Ilahi. Ia hanya dititipi cahaya sebagai kekuasaan untuk menata dan memelihara semesta. Metafor “buana pancer tengah”, sekaligus Diri berarti “buana” atau jagat kecil, yang dibandingkan dengan pemangku sejati kekuasaan atas semesta, Jagat Besar. Tugas menata dan mengelola semesta beserta isinya bisa terungkap dengan permainan kata “dari belakang ke depan”. Metafor “buana pancer tengah” bisa dibaca sebagai “tengah pancer buana”. Diri mejadi “tengah” yang menerangi (<i>pancer</i>) jagat (<i>buana</i>).</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Inilah makna spiritual dari “Diri”. Diri merupakan topologi holistik yang merangkum unsur badan dan jiwa, yang menghubungkan semesta dengan Yang Kuasa. Karena itulah, “Diri” menjadi pokok berpikir yang selalu berulang. Demikian pentingnya, “Diri” menjadi ukuran dalam pembelajaran dan penilaian. Ukuran pembelajaran dilakukan dengan “membaca alam” dan mengekspresikan hasil pembelajaran (membaca alam) dengan perilaku sehari-hari. Dalam konteks inilah “Batu” pada situs Nagara Padang dimengerti sebagai sarana pembelajaran. Permainan aksara “Baca” dari “ba” dan Tulis dari “tu” menunjukkan kesinambungan antara ekspresi pikiran dan rasa melalui tubuh.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kesinambungan penalaran, emosi dan motivasi ini mendorong orang untuk memperlakukan apa saja yang “dibacanya” dari semesta. Ukuran penilaian perilaku dikembalikan pada “Diri”. Karenanya dikenal istilah “<i>ngaji diri</i>” agar penilaian perilaku tidak dilakukan tanpa dasar. Istilah “<i>ngaji diri</i>” mengukur perilaku diri ke dalam dahulu, sebelum menilai orang lain, atau menilai ke luar. Apalagi penilaian tentang baik dan buruk, diri harus menjadi asal refleksi sebelum melontarkan keputusan mengenai perilaku dan kehidupan sesama.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Tuntutan “<i>ngaji diri</i>” ini membuat seorang Sunda yang kerap berefleksi bersikap diam menghadapi berbagai sikap dan perilaku yang cenderung destruktif; atau ditanggapi dengan senyum. Sikap “diam” bukan berarti tidak tanggap. Sikap diam juga menunjukkan bahwa kepekaan membaca situasi atau konteks. Konteks akan membantu seseorang menentukan dan menilai sesuatu benar atau salah, baik atau buruk. Awalan “ngaji diri” bermuara pada sikap <i>jembar</i> atau <i>padang</i>. Sikap <i>padang</i>mengarah pada kemampuan memadukan berbagai macam unsur yang mengondisikan sebuah peristiwa terjadi. Pemaduan ini memerlukan wawasan: mencermati secara luas dan detil keragaman pembentuk sebuah peristiwa. Karena itu kemampuan “ngaji diri” untuk menilai peristiwa atau perilaku berkaitan dengan pengalaman mengolah diri dan menata diri, membiasakan diri menjadi terang. Karena itu, kembali ke “<i>Diri</i>” justru bukan tanda relativisme berlaku dalam khazanah Sunda. Kembali ke “<i>diri</i>” sebagai terang batin justru menghubungkan manusia, per pribadi dengan lingkungan di sekitarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: center;"><img alt="" height="720" src="http://www.kalangsunda.net/tapakkujang.jpg" width="540" /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;">BATU TAPAK MAUNG</span></div><div style="text-align: justify;"><img alt="" height="1" src="https://blogger.googleusercontent.com/tracker/1311888579207403717-6154449521272276884?l=yasirmaster.blogspot.com" width="1" /></div><div style="text-align: justify;"><img height="1" src="http://feeds.feedburner.com/%7Er/Yasirmaster/%7E4/i_aoBGt9nmw" width="1" /><a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a></div>

FALSAFAH KETUHANAN & KEMANUSIAAN SITUS GUNUNG PADANG

SITUS GUNUNG PADANG Jauh sebelum jaman Megaliticum, di daerah Tatar Sunda sudah berpenduduk yang disebut manusia Sunda yang menganut agama...

Read more »

Ritual Penyembahan Dewa Matahari yang Banyak Dirayakan Saat ini

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div style="text-align: center;"> <img height="378" src="http://un2kmu.files.wordpress.com/2010/07/summersun.jpg?w=490" width="400" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seperti yang sudah banyak kita ketahui bahwa Paganisme atau praktek penyembahan kepada banyak sesembahan (dalam bahasa arab disebut musyrik) telah ada di dunia semenjak ribuan tahun silam atau bahkan mungkin lebih tua lagi. Bahkan salib yang saat ini dipakai oleh orang Kristen sebagai simbol ketuhanan mereka sejatinya adalah simbol paganisme dewa matahari yang telah ada jauh sebelum Kristen dipromosikan oleh Saulus ke Roma.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <img src="http://un2kmu.files.wordpress.com/2010/07/stonehenge.gif?w=490" /></div> <div style="text-align: center;"> Stonehenge, tempat pemujaan dewa matahari</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kita kemudian mengetahui bahwa paganisme di belahan dunia manapun akan menyembah matahari sebagai dewa tertinggi mereka. Mengapa matahari? Karena matahari adalah simbol kehidupan bagi peradaban paling primitif pada manusia. Matahari yang selalu lahir kembali setelah malam tenggelam. Tak heran matahari dijadikan sesembahan saat itu. Tapi yang unik justru praktek penyembahan kepada matahari masih dilakukan hingga saat ini oleh banyak bangsa, khususnya bangsa-bangsa keturunan Keltik, yaitu manusia berkulit putih dari dataran Eropa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Perayaan Summer Soltice</b></div> <div style="text-align: justify;"> Soltice adalah titik balik matahari, dimana matahari saat itu berada pada ketinggian maksimum saat musim panas. Peristiwa ini terjadi setiap tanggal 21 Juni. Pada saat ini siang hari akan lebih panjang waktunya dibandingkan dengan hari lainnya. Bagi kita hal itu adalah hal yang biasa saja, tetapi tidak bagi kaum pagan dan keturunannya hingga saat ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <a href="http://un2kmu.files.wordpress.com/2010/07/solstice.gif"><img src="http://un2kmu.files.wordpress.com/2010/07/solstice.gif?w=490&h=241" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Soltice berasal dari bahasa latin, yaitu “Sol” yang berarti Matahari, dan “Sistere” yang berarti alasan untuk berdiam diri. Summer Soltice bagi para pagan juga disebut dengan nama Litha. Banyak negara yang menjadikan Summer Soltice sebagai hari libur karena pengertian makna berdiam diri ini. Tapi dibalik arti yang biasa itu terkandung fakta yang tidak biasa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Summer Soltice biasa dirayakan oleh kaum pagan untuk ditujukan sebagai wujud untuk mengakui matahari sebagai sumber kekuatan dan kehidupan di bumi, dan matahari itulah yang mereka percaya sebagai kekuatan dewa tertinggi mereka.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <img height="320" src="http://un2kmu.files.wordpress.com/2010/07/sumsol.png?w=490" width="400" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dahulu Summer Soltice dirayakan oleh kaum pagan dengan cara membakar api unggun raksasa, kemudian mereka berpegangan tangan mengelilinginya. Secara tidak kita sadari bahwa ritual penyembahan dewa matahari telah disusupi dalam berbagai kegiatan yang kita pikir sepele, seperti berdoa sambil mengelilingi api unggun. Dalam Islam, mengikuti ritual kaum-kaum penyembah selain Allah sangat dilarang, karena dapat digolongkan dalam kaum tersebut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Summer Soltice dalam Kristen</b></div> <div style="text-align: justify;"> Tadi sudah saya singgung tentang bangsa Keltik yang masih merayakan ritual penyembahan dewa matahari ini, bahkan hingga saat ini. Para sejarawan barat mengatakan bahwa Kristen banyak menyerap unsur-unsur paganisme, salah satunya adalah dimasukkannya unsur Summer Soltice dalam praktek keagamaan Kristen. Dalam menyisipkan praktek pagan ini, para pengembang agama Kristen ini menggunakan akhir Juni untuk merayakan hari besar bagi Yohannes Pembabtis (St. John the Baptist). Sayangnya hingga kini sedikit sekali penganut Kristen yang sadar akan hal ini, bahkan untuk kontroversi kelahiran Yesus (Nabi Isa) yang menurut para astronom tidak jatuh pada bulan Desember.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Summer Soltice pada kebudayaan lainnya</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <img height="265" src="http://un2kmu.files.wordpress.com/2010/07/druidsatstonehenge.jpg?w=490" width="400" /></div> <div style="text-align: center;"> Penganut Druid berkumpul di Stonehenge</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada kebudayaan Keltik di Inggris, orang-orang Druid berkumpul di tempat-tempat pemujaan purbakala, seperti Stonhenge, Avebury, dan Turton Heights. Mereka menunggu saat matahari naik dan kemudian melakukan ritual pemujaan kepada dewa matahari.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Selain itu pemujaan terhadap matahari saat 21 Juni ini juga dirayakan berbagai kebudayaan dalam bentuk yang bermacam-macam, namun kepercayaan mereka sepenuhnya berbentuk pagan. Berbeda di Cina, orang Cina menyebutnya Festifal Dewi Li, atau Dewi Cahaya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Kontroversi Hari Kemerdekaan Amerika</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <img height="640" src="http://un2kmu.files.wordpress.com/2010/07/american_freemasons.jpg?w=490" width="511" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hari kemerdekaan Amerika yang kita ketahui jatuh pada tanggal 4 Juli disinyalir merupakan salah satu bentuk pemujaan terhadap dewa matahari. Karena 4 Juli adalah hari ke-13 ritual penyembahan terhadap dewa matahari. Kita tau bahwa rata-rata bapak kemerdekaan Amerika adalah anggota Freemasonry yang merupakan bagian dari “New World Order” Illuminati. Dan pada dasarnya kaum Freemasonry tidak ubahnya seperti pagan karena mereka juga menyembah banyak dewa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Sumber</a></div> <div style="text-align: justify;"> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a></div> </div>

Ritual Penyembahan Dewa Matahari yang Banyak Dirayakan Saat ini

Seperti yang sudah banyak kita ketahui bahwa Paganisme atau praktek penyembahan kepada banyak sesembahan (dalam bahasa arab disebut mu...

Read more »

Orang Eropa keturunan Tujuh Putri Siti Hawa

<div style="text-align: center;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-XcbPSRCMoww/Ty0cP-YemaI/AAAAAAAAAaU/S9DcjKyPi7k/s1600/Putri+Siti+Hawa.JPG" /></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>S</b></span>ELURUH bangsa Eropa ternyata lahir hanya dari tujuh wanita. Mereka adalah Ursula, Xenia, Tara, Helena, Katrine, Valda, dan Jasmine, yang hidup dalam kurun waktu sangat panjang, dari zaman paleolitik 45.000 tahun silam hingga neolitik 10.000 tahun lalu.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><blockquote class="tr_bq"><div style="text-align: justify;">Begitulah kesimpulan tim penel<a href="http://www.siwoksintol.com/" style="color: black;">i</a>ti Universitas Oxford, Inggris, yang dipimpin Prof. Bryan Sykes. Uniknya, ahli genetika ini mendapat ide untuk menguji garis keturunan orang Eropa itu lewat sebuah cerita ilmiah tentang tupai, yang dibacanya waktu masih muda. Semua tupai di seluruh dunia lahir dari seekor tupai di Gurun Siria.</div></blockquote><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Setelah menjadi ahli genetika, Sykes ingin menguji cerita tersebut. Ia memeriksa mitokondria DNA (mtDNA) ratusan individu, dari pelbagai ras, hewan itu. Mitokondria adalah bagian DNA yang bisa diwariskan, terutama lewat garis ibu. Materi mtDNA umumnya hampir bersifat abadi, tak pernah mengalami mutasi. "Mutasi alamiah itu terjadi dalam hitungan 10.000 tahun," kata Leonardo Salviati, peneliti mtDNA dari Columbia University, kepada ABC News. Artinya, kalau satu generasi 25 tahun, maka perubahan mtDNA baru terjadi setelah 400 keturunan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Sykes menemukan, semua tupai yang ditelitinya memiliki mtDNA yang persis sama. Artinya, teori ibu tupai dari Siria itu menemukan pembenaran. Lantas ia membuat proyek lebih besar. Tim peneliti Sykes dari Institute of Molecular Medicine mengambil secuil sampel sel pipi 6.000 orang Eropa dari pelbagai ras. Hasilnya, ternyata berbeda dengan tupai. Tes terhadap manusia ini menunjukkan, mereka terbagi dalam tujuh kelompok mtDNA.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Tiap-tiap kelompok, yang punya ciri genetik serupa itu, lalu diberi nama- nama manis oleh Sykes. Mereka disebutnya Tujuh Putri Hawa (The Seven Daughters of Eve). Ketujuh kelompok inilah yang diyakini Sykes sebagai ibu semua orang Eropa. "Hampir 99% orang Eropa bisa dirunut ke belakang hanya pada ke tujuh wanita itu," ujar Sykes kepada BBC, Rabu dua pekan lalu.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Lebih jauh, Sykes menyimpulkan pula, ketujuh kelompok itu merupakan keturunan klan Lara. Kelompok ini menjadi salah satu dari tiga klan besar, yang hingga kini masih h<a href="http://www.siwoksintol.com/" style="color: black;">i</a>dup di Afrika. Ini mendukung teori "Hawa Afrika" (African Eve theory), yang diajukan Allan Wilson dan Mark Stoneking pada akhir 1980-an. Menurut teori ini, semua manusia merupakan keturunan orang Afrika. Wilson dan koleganya menggunakan materi genetik yang sama, mtDNA, untuk penelitiannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Namun, teori tujuh ibu Eropa itu diragukan Terry Melton, Presiden Mitotyping Technologies, perusahaan yang khusus melakukan studi forensik dengan mtDNA, di Inggris. "Sykes menyajikan ide yang luar biasa, tapi sistem tersebut (mtDNA) tidak sempurna," ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Menurut Melton, beberapa bagian dari mtDNA mengalami mutasi lebih cepat ketimbang yang lain. Sehingga, lanjutnya, sangat mungkin terjadi variasi lain yang muncul di dalam ketujuh kelompok anak perempuan tersebut. "Sebuah konsensus bisa saja dihasilkan dengan pengelompokan genetika. Namun tidak mungkin dengan akurasi 100%," ujar Melton.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Tapi, peduli amat dengan akurasi. Sykes mencium peluang mengomersialkan teorinya. Dengan dukungan Universitas Oxford, dua pekan lalu, ia mendirikan firma Oxford Ancestors. Klinik ini membuka pintu bagi siapa saja yang ingin melacak ibu moyang mereka dengan ongkos 180, sekitar Rp 2 juta. Bagaimana dengan ras Asia dan lainnya? Sykes baru merencanakan penelitian serupa di belahan dunia lain.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Sumber</a></div><div style="text-align: justify;"><img alt="" height="1" src="https://blogger.googleusercontent.com/tracker/3215191595120198168-6326527151878126649?l=www.siwoksintol.com" width="1" /></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a></div>

Orang Eropa keturunan Tujuh Putri Siti Hawa

S ELURUH bangsa Eropa ternyata lahir hanya dari tujuh wanita. Mereka adalah Ursula, Xenia, Tara, Helena, Katrine, Valda, dan Jasmine, yang ...

Read more »

Humor : Roti Dan ML

<div style="text-align: center;"> </div> <div style="text-align: center;"> <img height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiELZuBg1y8lyfTPe3MqISm48JlDL-PFT_rRynsne3JnWNENdx5_CaNXNvHfq8p3jPxkLkjr-vEEJ1X0TwpjJf4E3-Fk-5J4Ey4XinlpMADlzWQO_2kqDznxCXzETPrGmk_f8sGIg/s640/kohberg_02-528x264.jpg" width="640" /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><i>Umar lagi asik-asiknye nonton bola depan tipi, tau-tau bininye nyelonong:</i></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">"Bang, lampu teras putus, tolong gantiin ame yang baru dong!"</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">"Masang lampu ?!!!, lu kire gue PLN apah..!!!" saut umar enteng.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">Bini : "Ya udeh kalo kaga mau, benerin aje keran kamar mandi, itu tuh aernya ampe luber-luber"</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">"Benerin keran ?!!!, lu kire gue PAM kali...!!!"</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">Bini : "Ya udeh, kalo lu pegi beli rokok ke warung, gue nitip minyak"</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">"Lu kagak bisa liat orang lagi enak nonton kali ye, lu kire gue PERTAMINEEE !!!" Umar sewot.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">Lantaran berasa digangguin terus, Umar ngeloyor ke rumah tetangge, balik-balik jem 2.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">Tapinye Umar kaget lantaran terasnye udah terang. Terus Umar ke kamar mandi, aer udah kaga luber-luber; ke dapur jerigen minyak juga udah full tenk.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">Paginye Umar nanya ame bininye: "Lu minta tulung ame siape...?"</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">Bini : "Gini bang, abis abang minggat, gue nangis di teras. Terus ade cowok ganteng lewat nanyain gue. Gue cerite ape adenye, juga soal abang nyang sewot. Terus die nawarin buat ngebantuin, tapi ada syaratnye."</span></blockquote> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">"Ape syaratnye... ?" Umar pingin tau.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">Bini : "Syaratnye bisa pilih, gue bikinin die roti atawa tidur ame die"</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">"Terus yg pasti elu bikinin die roti kan...?" Umar ngedesek.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: x-large;">Bini : "Bikinin roti ?!!!..... Lu pikir gue HOLLAND BAKERY apee...?!!!"</span></div>

Humor : Roti Dan ML

Umar lagi asik-asiknye nonton bola depan tipi, tau-tau bininye nyelonong: "Bang, lampu teras putus, tolong gantiin ame yang ...

Read more »

Kedinginan ? Bakar uang saja !

<div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>Di Hungaria Orang Miskin Diberikan Uang Untuk Dibakar</b></span></div><br /> <div style="clear: both; text-align: center;"><br /> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhycS2GOyS88SLUNMKNncvAMho95cTzSmurg8ilH4CJXvSZ8scyYpYGWkq_YGzsy5Zjw5yIRg3QhS4jno1H_MwjegVKQHVunJUDQRdyYSti9O_K8edSTzuDtM3WVMUFijze8Qhwcw/s1600/untitled.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhycS2GOyS88SLUNMKNncvAMho95cTzSmurg8ilH4CJXvSZ8scyYpYGWkq_YGzsy5Zjw5yIRg3QhS4jno1H_MwjegVKQHVunJUDQRdyYSti9O_K8edSTzuDtM3WVMUFijze8Qhwcw/s1600/untitled.JPG" /></a></div><br /> <div style="text-align: justify;">Bank sentral di Hungaria membakar uang tua untuk membantu warga kurang mampu guna melawan musim dingin yang mematikan di Eropa, dengan membuat uang tersebut menjadi berbentuk briket.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>“Untuk bank sentral, tanggung jawab sosial perusahaan merupakan hal penting.”</i> tutur Barnabas Ferenczi, kepala pusat logistik kas bank.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>“Penilitan kami menunjukkan bahwa sifat pemanasan dari briket uang ini mirip dengan batubara, sehingga mereka cukup berguna untuk pemanasan dan mengatasi masalah bahan bakar.”</i> tambahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Diketahui, proses pembuatan untuk tunai menjadi briket di bawah pengamanan ketat. Dimana para pekerja harus memakai pakaian tanpa saku.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: center;"><br /> <b>Berikut Video Nya :</b></div><br /> <br /> <center><br /> <iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/YswWTTmyReY" width="560"></iframe><br /> </center><br /> <br /> <br /> <div style="text-align: right;"><span style="font-size: x-small;"><i></i></span></div>Kalau artikel diatas bermanfaat, lebih baik anda berlangganan di bawah ini : <br /> <form action="http://www.feedblitz.com/feedblitz.exe?BurnUser" method="post"><label for="email">Enter your email to subscribe:</label><br /> <input id="email" maxlength="255" name="email" size="26" type="text" /><br /> <input name="uri" type="hidden" value="http://feeds.feedburner.com/IkatanDokterAnakIndonesia" /> <input type="submit" value="Subscribe me!" /><br /> <div id="poweredByFeedBlitz"><br /> <a href="http://www.feedblitz.com/"></a></div></form>

Kedinginan ? Bakar uang saja !

Di Hungaria Orang Miskin Diberikan Uang Untuk Dibakar Bank sentral di Hungaria membakar uang tua untuk membantu warga kurang mampu guna m...

Read more »