Penampakan nenek penunggu Merapi...

<div style="text-align: center;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <img src="https://jalanterusbang.files.wordpress.com/2013/09/witch1.jpg" /></div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Mbah Jirah, Nenek 90 Tahun yang hidup dengan anjingnya di gubuk tepatnya di dusun Turgo, Purwobinangun. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tentu saja rumah tersebut tak bisa melindunginya dari dinginnya udara lereng merapi kala malam. Di dalam rumah pun hanya terdapat meja dan kursi yang sudah usang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <img src="https://img.okezone.com/content/2015/03/15/340/1118908/kisah-mbah-jirah-hidup-bersama-anjing-di-lereng-merapi-N86tcqEsS7.jpg" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sementara untuk tidur, ia hanya beralaskan tikar dimana diatasnya berserekan baju-baju untuk membungkus tubuh tuanya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mbah Jirah menyambut kedatangan wartawan, tongkat dari batang kayu menopang tubuhnya saat berjalan. Anjingnya yang bernama Semut, setia mengikuti kemanapun mbah Jirah pergi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Terlihat jelas kerutan-kerutan di tubuh nenek yang hampir berusia satu abad itu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kepada wartawan ia mengaku tidak tahu pasti kapan dia tinggal di gubuk itu. Hal itu lantaran ia tidak mengenal penanggalan dalam menjalani hidupnya selama ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Orang dulu tidak tahu tahun-tahunan, jadi lupa," ungkapnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk kehidupan sehari-hari Mbah Jirah memanfaatkan alam. Ia memenuhi kebutuhannya dengan menanam salak dan sukun tak jauh dari rumahnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk memasak, ia memanfaatkan anglo yang ia letakkan di depan tempat tinggalnya. Sehari-hari ia berbagi makanan dengan Semut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Nggak pakai lauk, cuma sayur, kadang gori, kalau Semut ya makan apa yang saya masak," ujarnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ia menceritakan semasa ia masih mempunyai tenaga, Mbah Jirah bekerja sebagai pedagang buah jambu dan salak di pasar Godean Sleman.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akan tetapi saat ini ia tak mempunyai tenaga untuk berdagang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Beruntung warga sekitar tergerak hatinya membantu kebutuhan mbah Jirah, dengan sesakali memberikan beras untuknya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ia tak sanggup merawat kebun salak dengan kondisinya yang sudah tua ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Saya juga tidak punya siapa-siapa. Anak saya dulu meninggal saat usia 2,5 bulan, dan setelah itu hidup sendiri," ujarnya tanpa pernah menyinggung perihal suaminya.</div> <blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;"> Dalam sebuah gubuk berukuran 2x3 meter di lereng Gunug Merapi, tepatnya di dusun Turgo, Purwobinangun, hidup seorang nenek berusia 90 tahun bernama Jirah.</blockquote> <div style="text-align: justify;"> Ia hanya hidup seorang diri dan hanya ditemani seekor anjing bernama Semut. Tak begitu sulit menemukan rumah mbah Jirah, atau biasa dipanggil mbah Jinem oleh warga sekitar.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rumahnya tepat berada di depan greenhouse penangkaran anggrek dusun Turgo. Kendati demikian membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa sampai di gubuk mbah Jirah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hal itu lantaran jalan yang harus dilalui berupa jalan setapak berbatu dan memiliki sudut kemiringan sekitar 45 derajat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Di sekeliling jalan setapak masih terdapat banyak pohon-pohon rindang, begitupula di sekeliling rumah mbah Jirah yang berpagar semak belukar.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gubuk berukuran kecil tersebut hanya berdindingkan bambu dan spanduk bekas. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <a href="http://www.stumbleupon.com/stumbler/Wisbenbae/comments">Sumber</a></div> <div style="text-align: center;"> <a href="http://wisbenbae.blogspot.com/p/forum.html">lanjutin di sini !</a></div> <div style="text-align: center;"> <a href="https://twitter.com/wisbenbae">Follow @wisbenbae</a></div>

Penampakan nenek penunggu Merapi...

Mbah Jirah, Nenek 90 Tahun yang hidup dengan anjingnya di gubuk tepatnya di dusun Turgo, Purwobinangun.  Tentu saja rumah terseb...

Read more »