DAYA PENGASIHAN KERIS BLARAK SINERET

<div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" height="265" src="http://i565.photobucket.com/albums/ss95/janoe_0607/Keris/BlarakSineret6.jpg" width="400" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> Semenjak keris itu ada di tanganku, gadis-gadis terus memburuku. Dan celakanya aku pun bergairah dengan mereka, hingga tanpa kusadari banyak gadis baik-baik yang menjadi korbanku. Bagaimana akhir kisahnya…?</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Aku tidak pernah menyangka kalau peristiwa aneh ini akan terjadi menimpa diriku. Semuanya berawal dari keris usang berluk tujuh dengan motif daun kelapa (Blarak), yang ternyata mempunyai kekuatan yang luar biasa. Keris yang tanpa sengaja kutemukan di laut kidul, tepatnya di pantai Pandan Simo, ini ternyata bukanlah sembarang keris.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> </div> <blockquote class="tr_bq"> <div style="text-align: justify;"> Mulanya, aku sedang menjalankan sebuah ritual hizbullatif selama tujuh hari hanya dengan hanya memakan nasi dan air putih. Pada hari terakhir aku menjalani ritual tersebut, ketika aku keluar rumah, tanpa sengaja kulihat selarik sinar yang amat terang. Sinar biru itu menyala berpendar-pendar di bawah pokok pohon kelapa. Sinar itu berkilauan dari tanah, dan berpendar ke akar serabut. Nyalanya yang terang sungguh amat menakjubkan. Sinarnya berbaur jadi satu antara putih dan kebiruan.</div> </blockquote> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Walau merasa aneh, namun akhirnya aku pikir itu kejadian yang wajar dan alamiah saja. Toh, akar pohon kelapa memang menyimpan fospor, yang tidak menutup kemungkinan ketika terkena cahaya rembulan fospor tersebut dapat menyimpan cahaya yang di terima dari sang rembulan untuk kemudian di pantulkan, sehingga akar-akar pohon kelapa tersebut bersinar putih kebiruan secara menakjubkan.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akan tetapi sinar kebiruan yang terdapat di sekeliling akar pohon kelapa itu ternyata terus berpendar-pendar, bahkan terlihat saling berkejaran, seperti sedang menyelubugi mahluk hidup, atau mungkin juga sesuatu benda. Benarkah apa yang kulihat ini?</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saking tidak percayanya akan peristiwa tersebut, kuputuskan untuk meamnggil Mas Andi, kakakku, untuk ikut menyaksikan cahaya aneh tersebut. Tapi sayangnya, ketika Mas Andi baru melihatnya tiba-tiba terdengarnya sebuah ledakan keras. Bersamaan dengan itu cahaya kebiruan yang tadinya berpendar-pendar di bawah pohon kelapa tadi naik ke atas batang. Sekejap kemudian sinar itu melesat dengan kecepatan yang luar biasa, mengarah ke selatan.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menyaksikan keanehan ini, aku dan Mas Andi hanya terbengong-bengong dibuatnya. Memang baru kali itulah kami menyaksikan peristiwa semacam itu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “ Kira-kira tadi itu apa ya?” Tanya mas Andi yang memang awam dalam hal ilmu gaib</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Menurut perkiraanku itu pusaka, Mas!” Jawabku sekenanya Padahal aku hanya menduga-duga saja. Pasalnya, aku memang sering mendengar bahwa pusaka-pusaka sakti sering beterbangan ke sana-kemari kalau malam hari, mencari tempat yang cocok dengan pancaran aura masing-masing. Mereka ada yang menyala kebiru-biruan, keputihan, kekuningan, kehijauan atau kemerahan, tergantung karaktar pusakanya.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Waktu pun terus berlalu. Aku tak lagi mengingat peristiwa tersebut. Setahun kemudian sejak kejadian tersebut, aku dan beberapa temanku berencana memancing di pantai laut selatan. Kami memilih pantai yang masih perawan. Artinya, pantai tersebut belum banyak dikunjungi orang. Ya, pantai tersebut bernama Pandan Simo.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Memancing di pantai memang tidak segampang memancing di sungai atau kolam. Kadang harus membutuhkan kejelian dan ketekunan yang lebih dari hanya sekedar memancing. </div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ombak kerap menggulung benang hingga benang jadi semrawut saling mengkait karuan. Belum lagi kami harus menghadapi udara yang dingin menggigit persendian</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hampir dari jam sembilan pagi sampai jam empat sore aku merasakan kejenuhan. Pasalnya, tidak satu ekor ikanpun yang mau memakain umpan kailku. Berjam-jam aku hanya menikmati deburan ombak yang bergemuruh.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Memang, pantai selatan keangkerannya bukan hanya legenda. Di samping ombaknya ganas, juga memancarkan energi mistik yang sangat besar. Begitulah setidaknya kemudian terjadi menimpa diriku.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketika aku masih setia memancing sembari menikmati angin sore dan deburan ombak, tanpa aku sadari ada seorang pemuda yang menghampiriku. Entah dari mana datangnya. Sepertinya pemuda ini dengan begitu saja sudah berdiri di sampingku.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Assalamualaikum!” Sapanya.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Karena terkejut, aku tidak segera menjawabnya. Sejenak kuperhatikan tampanya. Dandanan pemuda itu bukan seperti orang kebanyakan penduduk Pandan Simo. Dia berkemeja hijau dengan celana pangsi selutut berwarna hitam. Dan separuh celana tersebut di balut dengan sarung dengan motif kotak paduan biru dan putih. Sekilas mirip dandanan orang Sumatra.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Waalaikum salam!” Jawabku kemudian sambil terus memperhatikannya. Pemuda itu sangat kurus dengan kulit kuning bersih. Sementara matanya yang bersih memancarkan kejernihan hatinya. Rambutnya ikal panjang tergerai, berkibar-kibar di terpa angin.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Mohon maaf, Anda ini siapa? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanyaku bertubi-tubi.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Yang ditanya tersenyum penuh makna. “Ini pusaka yang dulu kau temui di bawah pohon kelapa yang tumbuh di sebelah timur dari rumah yang kau diami. Tapi waktu itu belum berjodoh. Dan sekarang sudah waktunya kau menerima pusaka ini.” Kata pemuda misterius itu kemudian.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Aku masih kebingungan karena orang tersebut sama sekali tidak pernah aku kenal sebelumnya. Aku juga ragu untuk menerima pemberiannya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Terimalah! Ini sudah jadi hakmu!” Tandasnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> Meski ragu, kuraih benda itu dari tangannya. Ternyata sebuah keris. Melihat dari bentuknya, keris tersebut terkesan biasa saja. Bahkan belum dapat dikatakan keris karena tidak mempunyai gagang dan sarung. Warnanya Putih kehitaman, seperti tidak terawat. Berluk lima dengan ornamen seperti pohon kelapa (Blarak). Bahannya terbuat dari baja putih.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Setelah kuterima, pusaka usang tersebut langsung kumasukkan ke dalam tas kecil yang kubawa. Si pemuda membeberkan petunjuk singkat cara merawat keris pemberiannya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Setelah memberikan keris usang yang bernama Blarak Cineret itu, si pemuda misterius tadi segera berbalik dan pergi meninggalkanku dengan tanpa berkata walau sepatah katapun. Tubuhnya menghilang ketika sudah beberapa meter jauhnya dari tempatku memancing.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Aku sendiri masih heran dan bertanya-tanya siapakah sebenarnya pemuda tersebut…?</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ***</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebuah kelapa hijau sengaja kusediakan di kamarku. Ujung keris kemudian kucelupkan ke dalam airnya. Ya, memang begitulah petunjuk pemuda misterius tersebut untuk menjaga karismanya. Setiap harinya aku bungkus keris tersebut dengan kain merah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Meski terkesan barang rongsokan, namun entah kenapa aku suka sekali memperhatikan pusaka tersebut. Bahkan kadang sampai berjam-jam lamanya. Sepertinya, ada daya tarik tersendiri yang keluar dari bilah besinya. Dan anehnya lagi, semenjak aku memegang keris tersebut energiku menjadi bergairah. Aku menemukan semangat yang luar biasa di dalam menjalani hidup.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Namun celakanya, semenjak keris tersebut ada di tanganku, banyak wanita yang tiba-tiba kesengsem padaku. Mereka rata-rata aktif dan agresif mendekatiku, meski mereka tergolong ada yang usianya lebih muda dariku. Cara perhatian mereka terhadapku berbeda-beda. Ada yang setiap hari menelponku dengan kata-kata manja dan mesra, ada yang setiap hari menyambangiku di kantnr, ada juga yang menunjukan perhatiannya dengan selalu mengirimi makanan dan berbagai hadiah. Aku sendiri tak habis pikir!</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sering gadis-gadis cantik itu memenuhi meja kantorku hanya ingin melihatku saja. Sungguh sangat aneh! Bahkan mereka tidak perduli ketika aku menganggap mereka semua sebagai pacarku.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Karena kesempatan ini, hampir setiap hari aku pergi dengan wanita yang berbeda. Baik itu jalan-jalan, atau hanya sekedar bermalam di hotel.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Apakah karisma yang timbul di dalam tubuhku memang berasal dari keris usang yang selalu kusandingkan dengan kelapa hijau tersebut? Entahlah! Yang jelas, sejak saat itu aku tidak bisa mengendalikan karakterku. Aku selalu bergairah dengan gadis-gadis cantik yang memburuku. Hingga tanpa terasa aku telah melakukan banyak dosa. Seperti tidak paus-pausnya aku bermain perempuan. Celakanya gadis-gadis cantik yang jadi korbanku adalah gadis-gadis yang sesungguhnya baik.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hampir empat tahun berlalu aku memegang benda usang yang sakti tersebut. Dan selama itu pula banyak gadis baik-baik yang aku sakiti dan kecewakan.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untunglah akhirnya kesadaran itu datang juga. Aku tak ingin terus larut dalam dosa. Kini aku tidak berani lagi mempermainkan gadis-gadis yang mendekatiku. Mereka semua malah kuanggap sebagai teman baik.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akhirnya, keris Blarak Cineret itu kupinjamkan ke seorang teman. Katanya untuk menaikan aura usaha rumahmakannya. Anehnya, ketika keris usang tersebut aku pinjamkan, malamnya aku bermimpi didatang seorang pemuda yang tampan dan gagah dengan pakaian mirip panglima perang. Dia mengaku bernama Panglima Ribosari, yang konon adalah seorang panglima kepercayaan kanjeng laut kidul yang di utus untuk turut menjaga area pantai selatan. Dia sangat marah karena aku telah meminjamkan wadagnya pada orang yang bukan jodohnya.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Paginya, setelah mengalami mimpi tersebut, telpon genggamku berbunyi. Suara di seberang sana mengabarkan bahwa keris Blarak Cineret yang di pinjamnya dariku tiba-tiba raib entah kemana.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mulanya aku bersedih dengan hilangnya keris usang tersebut. Tapi kemudian aku mengikhlaskanya. Mungkin saja keris tersebut telah kembali ke tempatnya, di pantai selatan. Dengan hilangnya keris tersebut jiwaku terasa lebih tenang, karena tidak akan dipengaruhi aura penarik lawan jenis lagi.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kini aku telah beristri. Aku menjalani hidup berumahtangga dengan harmonis dan bahagia. Sampai pada suatu saat aku terkejut ketika isteriku menemukan kain warna merah yang membungkus sebuah benda. Kain merah tersebut diserahkannya padaku. Aku berdebar-debar menerimanya, karena aku tahu persis kain merah yang membungkus sebuah benda tersebut sudah sangat aku kenal. Yang aku sangat heran kain merah tersebut tiba-tiba ditemukan istriku. Katanya ada di atas lemari. Itu tidak mungkin karena kain merah yang membungkus sebuah benda tersebut telah hilang dua tahun yang lalu, ketika di pinjam temanku yang membuka usaha rumah makan. Bagaimana mungkin kain merah berisi Keris Blarak Cineret itu bisa kembali?</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dengan hati yang berdebar-debar aku mengamati kain merah yang membungkus sebuah benda tersebut. Aku timang-timang dan berpikir beberapa kali untuk membukanya. Aku menyadari bahwa kini aku telah mempunyai istri. Akankah dengan kembalinya kain merah yang membungkus sebuah benda tersebut aku kembali akan bertualang dengan dunia para gadis yang nantinya membawa kesesatan bagiku? Dengan dada yang masih berdegup kencang akhirnya aku beranikan diri untuk membuka kain merah yang membungkus sebuah benda tersebut. Dan dadaku semakin berdegup kencang manakala benda yang terbungkus kain merah tersebut ternyata benar adalah Keris Blarak Cineret!</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Petualangan apalagi yang menghadangku di hari esok? Entahlah, yang jelas semoga Tuhan melindungi dan menguatkan imanku.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: x-small;"><i>sumber : http://kisahmistis.blogspot.com/2008/12/misteri-daya-pengasih-keris-blarak.html</i></span></div> <div style="text-align: justify;"> <img alt="" height="1" src="https://blogger.googleusercontent.com/tracker/4194788244203589672-4443774041781948528?l=99ratiz.blogspot.com" width="1" /></div> <div style="text-align: justify;"> <img height="1" src="http://feeds.feedburner.com/%7Er/99ratiz/%7E4/TjhYGfrsv14" width="1" /></div> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a><br /> <div style="text-align: justify;"> </div>

DAYA PENGASIHAN KERIS BLARAK SINERET

Semenjak keris itu ada di tanganku, gadis-gadis terus memburuku. Dan celakanya aku pun bergairah dengan mereka, hingga tanpa kusada...

Read more »

Harry Moekti: Ahmad Dhani Itu Setan!

<div style="background-color: white; clear: both; line-height: 18px; text-align: center;"> <a href="http://4.bp.blogspot.com/-fNAvDVblSTA/T7cWor2LvGI/AAAAAAAADBo/QLp3ZXeevBQ/s1600/Harry-Moekti2.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black; font-size: x-large;"></span></a><span style="font-size: x-large; text-align: justify;"></span><br /> <div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <span style="font-size: x-large; text-align: justify;"><b style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: bold;"><img height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5dHtw_uhyphenhyphen7ud1dMQ5AJmFFncPswOBj-Dkz4mMfSz8suwzsyrypKeg0WEWwGfVQmUxDMgOw-yLQSnXNX_1SxVsE1F8aBdSR1U67Z_3cwblgy20ZUJFrGC_MFq_5nybF0k_r5ff/s640/image-upload-2-750402.jpg" width="640" /></b></span></div> <div style="text-align: center;"> <span style="font-size: x-large; text-align: justify;"><b style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: bold;"><br /></b></span></div> <span style="font-size: x-large; text-align: justify;"><b style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: bold;"><br /></b></span> <span style="font-size: x-large; text-align: justify;"><b style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: bold;">U</b><span style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">stadz Harry Moekti menjelaskan pengalaman dan pengamatannya selama menjadi artis dahulu, seorang artis jika ingin terkenal, kadang harus membuat sensasi dan kegilaan yang direkayasa oleh industri musik tersebut, hingga sampai pada tahap melanggar aturan Allah. Ia memberi contoh, Ahmad Dhani kerap menggunakan simbol-simbol zionis Yahudi, seperti bintang David, simbol mata satu (Illuminati), dan simbol-simbol lain gerakan Freemasonry.</span></span></span></div> </div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Ahmad Dhani itu memang setan. Orang fasik ini jangan dibiarkan. Harus dijelaskan kefasikannya, jangan sampai orang tertipu. Orang seperti Dhani, gak pantas bicara soal agama, karena ia masih suka ikhtilat (bercampur dengan wanita-wanita cantik), kaburo maktan,” kata Harry Moekti kepada arrahmah.com ditengah acara Halaqoh Islam dan Peradaban dengan tema“Liberalisasi Agama & Budaya: Strategi Penjajah Hancurkan Islam” di Wisma Antara, Rabu (16/5) siang.</span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <blockquote class="tr_bq"> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Tambah ustadz Harry, Ahmad Dani pernah menjadikan alas panggungnya dengan lafadz Allah. Bila melihat video klipnya, akan terlihat simbol mata satu. Bukan hanya itu, Dani terang-terangan mendukung Lady Gaga, sang pemuja setan. Dia pengagum Gus Dur yang liberal.</span></div> </blockquote> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Dia juga bangga dengan garis keturunan dari ibunya yang berdarah Yahudi (Kohler)”.ujarnya.</span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Mantan Rocker yang menjadi da’i ini bercerita, bahwa dirinya pernah diajak ngerock dalam satu panggung dengan Ahmad Dani di Kalimantan (Beurau).</span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Saat itu karpet panggung menggunakan lambang Allah. Tawaran itu saya tolak mentah-mentah. Sebetulnya di belakang itu, ada peran produser yang mensettingnya, mengingat musik dengan sensasinya sudah menjadi industri,” terang pria yang kini menjadi aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).</span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Tidak hanya Ahmad Dani yang melakukan sensasi untuk melambungkan namanya, Ia juga menjelaskan bahwa seorang Julia Peres alias Jupe dan Dewi Persik (Depe) pun menciptakan sensasi yang tak kalah gilanya. Perseteruan antara Jupe dan Depe, kata Harry, sengaja disetting untuk mengangkat kembali namanya yang hampir tenggelam di dunia hiburan.</span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Dulu, Rhoma Irama dan Elvie Sukaesih juga sempat dibuat konflik yang direkayasa. Kemudian produser membuat event besar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang menyatukan Rhoma dan Elvie. Yang jelas ini adalah pasar. Dan benar saja, ketika itu penonton membludak di TMII untuk menyaksikan moment yang ditunggu-tunggu,” kata Harry.</span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Contoh lain, lanjut Harry, adalah membenturkan Inul Daratista dengan umat Islam, termasuk dengan H. Rhoma Irama, yang memprotes goyang ngebornya. Ingat! Dibalik konflik itu ada pemodal. Nama Inul sejak itu menanjak, karena menjadi trend topic di masyarakat.</span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Di luar negeri pun diciptakan konflik antara grup band The Beatles dengan The Rolling Stones. Soal sensasi, Rolling Stone lebih unggul dari The Beatles. “Ketika anggota band Rolling Stone ngeganja, lebih jorok, ternyata itu membuatnya lebih ngetop.</span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Yang pasti, gaya hidup liberalisme membuat generasi muda muslim menjadi jauh dari syariat. “Kalaupun ada artis yang masih shalat atau umrah, tapi tetap pacaran. Cape deh..!” tandasnya sembari tersenyum. </span></div> <br /> <center> </center> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a>

Harry Moekti: Ahmad Dhani Itu Setan!

U stadz Harry Moekti menjelaskan pengalaman dan pengamatannya selama menjadi artis dahulu, seorang artis jika ingin terkenal, kadang...

Read more »

Benarkah Shalawat Nariyah Mengandung Kesyirikan?

<h2 style="text-align: center;"> <img height="485" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7LOjPJU5m2vA4fMmAG0nv8y99X4bKJdJy2HoBg2ZwKKwl6Gyjfy6sgKA2LM00kSZnyqjGaF2EQvw-b10XtaeZK3ehsOkSnQJ9HgLeZ-4nF03kGdPglrVmmruMshULyA4H2Iyq/s640/Sholawat+nariyah+dan+artinya.jpg" width="640" /></h2> <h2> Hukum Amalan Shalawat Nariyah</h2> <b>Pertanyaan:</b><br /> Apa benar <b>shalawat nariyah</b> itu diharamkan dan tidak boleh dibaca? Terima kasih<br /> Dari: Dina<br /> <br /> <br /> <br /> <b>Jawaban: </b><br /> Segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan kita dalam barisan orang-orang yang beriman. Kita memohon kepada Allah agar kita semua diberi kekuatan untuk bisa istiqomah di atas tauhid sampai mati.<br /> Semua umat Islam sepakat bahwa syirik adalah dosa yang sangat besar, yang tidak akan Allah ampuni jika dibawa sampai mati, dan pelakunya belum bertaubat.<br /> Namun sayangnya banyak orang yang tidak memahami pengertian yang tepat tentang syirik. Akibatnya banyak orang yang melakukan perbuatan syirik namun dia tidak merasa kalau dirinya telah melakukan kesyirikan.<br /> Bahkan yang lebih menyedihkan, ada orang yang melakukan kesyirikan namun dia merasa sedang melakukan ibadah. Sehingga sangat sulit bagi orang yang terjerumus ke dalam perbuatan ini untuk diingatkan. Karena bagaimana mungkin perbuatannya bisa disalahkan sementara dia meyakini bahwa dirinya sedang mendapatkan pahala dengan perbuatannya.<br /> Kita ucapkan <i>innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun</i>, ada musibah besar yang menimpa kaum muslimin, melakukan perbuatan yang mendatangkan murka Allah namun dia merasa sedang mendapatkan pahala dari Allah.<br /> Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i> berfirman,<br /> قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ( ) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا<br /> “<i>Katakanlah (wahai Muhammad): Apakah telah kami sampaikan kepada kalian tentang orang yang paling rugi perbuatannya? Mereka itulah orang-orang yang sesat amal perbuatan mereka di dunia sementara mereka bahwa diri mereka sedang berbuat kebaikan</i>.” (QS. Al Kahfi: 103-104)<br /> Sungguh benar apa yang disebutkan dalam sebuah hadis:<br /> الشرك في هذه الأمة أخفى من دبيب النمل<br /> “<i>Sesungguhnya syirik pada umat ini (umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) lebih samar dari pada jejak semut</i>.” (disebutkan oleh Syaikhul Islam dalam kitab Al-Iman dan dinilai shahih oleh Al-Albani).<br /> Betapa tersembunyi dan samarnya gambaran syirik yang disampaikan oleh Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Jika hanya dilihat secara selintas tanpa diamati dengan seksama maka tidak mungkin orang akan bisa melihatnya. Karena itulah banyak di antara kaum muslimin yang terjerumus ke dalamnya. Namun, sayangnya banyak orang yang dirinya merasa aman dari kesyirikan. Hanya kepada Allah kita berlindung…<br /> <b>Pengertian Syirik</b><br /> <br /> Untuk menilai dan memahami apakah terdapat kesyirikan pada shalawat nariyah, terlebih dahulu kami sampaikan pengertian syirik. Secara bahasa syirik artinya menduakan atau menggolongkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.<br /> Sedangkan secara istilah, ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para ulama. Definisi yang paling bagus adalah definisi yang dibawakan oleh syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qosim dalam catatan beliau untuk kitab tauhid, beliau memberi keterangan bahwa<br /> تسوية غير الله بالله في شيء من خصائص الله<br /> <b>“Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang menjadi sifat khusus bagi Allah.”</b><br /> Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i> berfirman menceritakan teriakan orang musyrik ketika di akhirat:<br /> تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ ( ) إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ<br /> “<i>Demi Allah, sesungguhnya kami dulu (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata. Karena kami mempersekutukan kalian (para sesembahan selain Allah) dengan Rab semesta alam</i>.” (QS. As-Syu’ara: 97 – 98)<br /> Ketika ada makhluk yang derajatnya diangkat tinggi-tinggi, sehingga berada pada derajat yang setara dengan Allah, itulah syirik.<br /> Ketika ada makhluk yang dianggap mampu mengabulkan doa atau mampu menghilangkan bencana, atau mampu mewujudkan keinginan, atau memiliki kemampuan lainnya yang hanya dimiliki oleh Allah maka itulah syirik.<br /> Karena yang memiliki kemampuan semua ini hanya Allah. Artinya sifat ini adalah sifat khusus bagi Allah yang tidak dimiliki oleh makhluk.<br /> Barangsiapa yang memberikan sifat-sifat ini kepada selain Allah, siapa pun orangnya, maka dia berarti telah merampas hak khusus Allah. Itu sebabnya, syirik merupakan tindakan kezhaliman yang paling besar, karena syirik telah merampas hak Dzat Yang Maha Besar, yaitu Allah <i>Ta’ala</i>. Allah berfirman, menceritakan nasihat Luqman:<br /> يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ<br /> “<i>Wahai anakku, jangan menyekutukan Allah. Karena menyekutukan Allah (syirik) adalah kezaliman yang besar</i>.” (QS. Al-Isra: 13)<br /> <h3> Syirik dalam Salawat Nariyah</h3> Mari kita beralih pada pembahasan shalawat nariyah. Ada beberapa hal yang patut dikoreksi dari shalawat ini:<br /> <b>Pertama</b>, pada shalawat ini terdapat beberapa lafadz yang maknanya telah melanggar pengertian syirik di atas. Lafadz tersebut adalah:<br /> تـُــنْحَلُ بِهِ العُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ<br /> <b>Rincian:</b><br /> (تنحل به العقد)<br /> : Segala ikatan dan kesulitan bisa lepas karena Nabi Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i><br /> (وتنفرج به الكرب)<br /> : Segala bencana bisa tersingkap dengan adanya Nabi Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i><br /> (وتقضى به الحوائج)<br /> : Segala kebutuhan bisa terkabulkan karena Nabi Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i><br /> (و تنال به الرغائب)<br /> : Segala keinginan bisa didapatkan dengan adanya Nabi Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i><br /> Empat kalimat di atas merupakan pujian yang ditujukan kepada Nabi Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Jika kita perhatikan, empat kemampuan di atas merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh Allah dan tidak dimiliki oleh makhluk-Nya siapa pun orangnya. Karena yang bisa menghilangkan kesulitan, menghilangkan bencana, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan keinginan serta doa hanyalah Allah.<br /> Seorang Nabi atau bahkan para malaikat tidak memiliki kemampuan dalam hal ini. Oleh karena itu, ketika pujian-pujian ini ditujukan kepada selain Allah (termasuk kepada Nabi Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>) maka berarti telah menyamakan makhluk tersebut dengan Allah dalam perkara yang menjadi hak khusus bagi Allah. Cukuplah kita ingat firman Allah yang memerintahkan Nabi-Nya <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> untuk mengatakan:<br /> قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا<br /> “<i>Katakanlah (wahai Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam): Aku tidak memiliki kemampuan untuk menghindarkan kalian dari bahaya dan tidak pula mampu memberi kebaikan pada kalian</i>.” (QS. Al-Jin: 21)<br /> Dalam ayat yang lain, Allah juga menegaskan:<br /> قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ<br /> “<i>Katakanlah (wahai Muhammad), aku tidak mampu memberikan manfaat maupun menimpakan bahaya untuk diriku, selain apa yang dikehendaki Allah. Andaikan aku tahu hal yang gaib, tentu aku akan memperbanyak untuk mendapatkan kebaikan dan tidak mungkin ada bencana yang menimpaku. Aku hanyalah pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira bagi kaum yang beriman</i>.” (QS. Al-A’raf: 188)<br /> Itulah pengakuan beliau yang sesuai dengan perintah Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i>. Artinya, beliau sama sekali tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan. Beliau sama sekali tidak memiliki kemampuan sebagaimana yang dimiliki Allah, seperti mengabulkan doa atau menghilangkan bencana.<br /> Bukankah Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> sendiri juga pernah mengatakan kepada Fatimah, “<i>Wahai Fatimah, lakukanlah apa yang kamu inginkan, (namun ingat) saya tidak mampu melindungimu dari (adzab) Allah sedikit pun</i>.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).<br /> Bahkan Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> sendiri tidak bisa menghalangi keburukan dan kondisi kekurangan yang menimpa beliau dan para sahabat. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah perjalanan beliau, bahwasanya beliau pernah terluka ketika Perang Uhud, kaki beliau berdarah-darah karena dilempari orang-orang kafir, beliau merasakan lapar hingga perut beliau diganjal dengan dua batu, beliau pernah jatuh dari kendaraan, beliau pernah tersihir dan masih banyak bencana dan kesulitan yang beliau alami ketika berdakwah.<br /> Jika beliau sendiri tidak mampu menyelamatkan diri beliau sendiri dari segala bentuk kesulitan, bagaimana mungkin diri beliau bisa menyelamatkan orang lain dari kesulitan. Semua ini terjadi karena beliau adalah seorang hamba dan manusia biasa. Hanya saja perintah dan larangan beliau ditaati karena kedudukan beliau sebagai seorang utusan Allah <i>Ta’ala</i>.<br /> <b>Kedua</b>, dalam shalawat ini terdapat pujian yang berlebihan kepada Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>,<br /> Sementara pujian berlebihan kepada beliau merupakan salah satu sikap yang dilarang keras oleh beliau <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>.<br /> Suatu ketika ada seorang sahabat memuji Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> dengan mengatakan: “Engkau adalah manusia terbaik di antara kami, putra dari manusia terbaik kami,…” kemudian beliau bersabda, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Nabi Isa <i>‘alaihi wa sallam</i>. Aku hanyalah seorang hamba, maka sebutlah Aku: Hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).<br /> Jika pujian semacam ini dilarang oleh Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>, padahal di sana tidak mengandung ungkapan kesyirikan, maka bagaimana lagi dengan pujian yang mengandung kalimat-kalimat kesyirikan.<br /> Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda, “<i>Wahai manusia, hati-hatilah kalian (jangan sampai) melakukan ghuluw (bersikap berlebihan) dalam beragama. Karena sesungguhnya sikap ini telah menghancurkan umat-umat sebelum kalian.</i>” (HR. Ibn Majah dan dishahihkan Syaikh Al Albani).<br /> <b>Ketiga</b>, Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> tidak pernah mengajarkan bentuk shalawat semacam ini.<br /> Shalawat yang beliau ajarkan adalah shalawat yang sering dibaca ketika shalat pada saat duduk tasyahud.<br /> Dalam sebuah hadis riwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim, Dari sahabat Ka’ab bin ‘Ujrah <i>radhiallahu ‘anhu</i>, beliau mengatakan, “Wahai Rasulullah, Allah telah mengajari kami bagaimana cara memberi salam kepadamu, tapi bagaimanakah cara memberikan shalawat kepadamu?” Kemudian Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda, “Bacalah:<br /> اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ،<br /> اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ<br /> Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa shalawat ini adalah shalawat terbaik, dengan ditinjau dari beberapa sisi:<br /> - Shalawat ini diajarkan langsung oleh Nabi kepada sahabat yang bertanya tentang shalawat. Padahal setiap Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> ditanya tentang masalah agama, maka beliau akan memberikan jawaban terbaik sesuai dengan apa yang Allah ajarkan.<br /> - Dzahir hadis menunjukkan bahwa sebelumnya sahabat tidak tahu cara bershalawat, kemudian baru diajari Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Ini menunjukkan bahwa shalawat tersebut adalah cara bershalawat kepada beliau yang ditetapkan oleh syariat Islam. Oleh karena itu, orang yang membaca shalawat yang tidak diajarkan oleh Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> dikhawatirkan sudah dianggap telah mengganti ajaran beliau dengan ajaran yang lain.<br /> - Shalawat ini dibaca pada saat shalat. ini menunjukkan keistimewaan pada shalawat ini.<br /> <b>Keempat</b>, dari sisi penamaan.<br /> <br /> Shalawat ini diberi nama dengan shalawat naariyah (النارية). Patut diketahui bahwa kata naariyah merupakan pecahan dari kata naar (النار) yang artinya api. Maka bagaimana mungkin sesuatu yang isinya doa diberi nama yang mengesankan sesuatu yang buruk. Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan bahwa ditinjau dari sisi namanya menunjukkan bahwa orang yang membuat shalawat ini adalah orang yang tidak paham agama dan kurang memahami kosa kata bahasa Arab. Dan ini sekaligus bukti bahwa shalawat ini bukanlah bagian dari ajaran syariat.<br /> <br /> <i>Allahu waliyyut taufiiq</i><br /> Mari kita berupaya semaksimal mungkin menghindari kesyirikan, sebagaimana semangat ini diajarkan oleh Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> dan para sahabat<br /> Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat.<br /> <b>Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina <a href="http://konsultasisyariah.com/shalawat-nariyah">Konsultasi Syariah</a>)</b><br /> <br /> <br /> <center> </center> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a>

Benarkah Shalawat Nariyah Mengandung Kesyirikan?

Hukum Amalan Shalawat Nariyah Pertanyaan: Apa benar shalawat nariyah itu diharamkan dan tidak boleh dibaca? Terima kasih Dari: Dina ...

Read more »

Rancangan Undang-undang Dasar (ad Dustur) Negara Khilafah : Hak Memilih dan Membai’at Kholifah

<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt;"> <div style="text-align: center;"> <span style="font-size: small;"><img height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3HeXRqQjhdE-5itlndZe9Jmv4pTzkV7lr8O8UI6-s2qMWUsJsE4OfDg-3viMAPJATyycfrGC7sNK10tXRuiTW7Udd6LByPUFtX4WEXZ8WR3AGoQcyxOjhI5NbAQJ5k_87d709/s640/Khalifah+dan+Khilafah+-+demokrasi+di+penghujung+hayat.jpg" width="452" /></span></div> <span style="font-size: small;"><b><span style="line-height: 150%;"><br /></span></b></span> <span style="font-size: small;"><b><span style="line-height: 150%;">Pengantar</span></b></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Sistem pemerintahan Islam tegak di atas empat pilar, di antaranya adalah “<i>as-sulthân li al-ummah </i>(kekuasaan berada di tangan rakyat)”. Berdasarkan penelitian dan pengkajian mendalam atas hukum-hukum syariah dan realitas politik dalam kehidupan Islam, diketahui bahwa pengangkatan seorang kepala negara (khalifah) tidak sah kecuali melalui kehendak (baiat) dari umat (rakyat). Artinya, rakyat yang memilih dan membaiat seseorang hingga ia menjadi khalifah yang wajib ditaati dan dijaga dari pihak-pihak lain yang hendak merebut kekuasaan darinya. Rasulullah saw. bersabda:</span></span></div> <div style="direction: rtl; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 21.3pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">مَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَة يَدِه وَثَمَرَة قَلْبِهِ فَلْيُطِعْه مَا اسْتَطَاعَ، فَإِنْ جَاء آخَرُ ينَُازِعُه فَاضْرِبُوا عُنُقَ الآخَرِ</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 21.3pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><i><span style="line-height: 150%;">Siapa saja yang telah membaiat seorang imam/khalifah, lalu memberikan uluran tangannya dan buah hatinya, hendaklah ia menaati khalifah itu selama masih mampu. Kemudian jika datang orang lain yang akan merebut kekuasaannya maka penggallah leher orang itu</span></i><span style="line-height: 150%;"> (<b>HR Muslim</b>).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><br /> </span><span style="line-height: 150%;">Hadis ini menunjukkan bahwa seseorang yang telah mendapatkan kekuasaan (baiat) dari rakyat wajib ditaati, sebab ia adalah seorang khalifah yang telah dibaiat. Hadis ini adalah dalil yang jelas bahwa “<i>kekuasaan berada di tangan rakyat</i>” (An-Nabhani, <i>Muqaddimah ad-Dustûr</i>, hlm. 112; Khalidi, <i>Qawâid Nizhâm al-Hukm fi al-Islâm</i>, hlm. 97). Dengan kekuasaan yang berada di tangannya ini, rakyat bisa memilih dan membaiat siapa saja yang mereka kehendaki. </span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Lalu siapa saja dari umat (rakyat) dalam negara Islam yang memiliki hak untuk memilih khalifah dan membaiatnya?</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><i><span style="line-height: 150%;">Telaah Kitab</span></i><span style="line-height: 150%;"> kali ini akan membahas Rancangan UUD (<i>Masyrû’ Dustûr</i>) Negara Islam Pasal 26, yang berbunyi: “<i>Setiap Muslim yang balig dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan berhak memilih dan membaiat khalifah. Sebaliknya, orang-orang non-Muslim tidak memiliki hak pilih.” </i>(An-Nabhani, <i>Muqaddimah ad-Dustûr</i>, hlm. 126). </span></span></div> <div style="line-height: 150%; margin-bottom: 9pt;"> <br /> <div style="text-align: center;"> <img height="448" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCYXtQ6C1_w5sv5v2amK6bYkHbI85FH86lrPV1HhZVeADQCrGpAEoFOGdGsQJTJsdV4aeaJyzTRrpA7wSGLljeeSQUTzF6L5Y5tFdEeMml3CEl8FnJ3GZJ4wlgEqJbdFEQQAw8/s640/1803230025_1134b60368.jpg" width="640" /></div> <div style="text-align: center;"> <span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif;"><br /></span></div> <span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: small;"><b><span style="line-height: 150%;">Rakyat Dalam Negara Islam</span></b></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Rakyat dalam Negara Islam adalah setiap orang yang telah memenuhi syarat <i>at-tâbi’iyah</i>, yaitu loyal terhadap negara dan sistem. Dengan demikian siapa saja yang berada dalam wilayah kekuasaan Negara Islam dan telah memenuhi ketentuan <i>at-tâbi’iyah</i> berhak mendapatkan hak-hak yang telah ditetapkan oleh syariah untuk dirinya, baik ia Muslim maupun non-Muslim (An-Nabhani, <i>Ad-Dawlah al-Islâmiyah</i>, hlm. 140). </span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Rakyat dalam Negara Islam dibagi menjadi dua, yaitu Muslim dan non-Muslim. Rakyat non-Muslim inilah yang kemudian dalam istilah ulama fikih dikenal dengan sebutan <i>ahludz-dzimmah</i>, yaitu orang-orang non-Muslim yang tinggal di dalam wilayah kekuasaan negara Islam, dan mereka ini berjanji untuk loyal serta taat terhadap negara, baik mereka lahir di dalam wilayah kekuasaan Negara Islam atau mereka datang dari luar, kemudian ia meminta untuk dijadikan sebagai rakyat Negara Islam (Al-Maududi, <i>Nadzariyah al-Islâm wa Hadîhi fi as-Siyâsah wa al-Qânûn wa ad-Dustûr</i>, hlm. 302).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Penamaan rakyat non-Muslim dengan <i>ahludz-dzimmah</i> ini bermakna bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki jaminan keamanan, sebab mereka berada dalam perlindungan Rasulullah saw. dan jaminan keamanan dari kaum Muslim, yakni mereka mendapatkan perlindungan dan jaminan keamanan selamanya dari Rasulullah saw. dan kaum Muslim (al-Ayid, <i>Huqûq Ghayr al-Muslimîn fi Bilâd al-Islâm</i>, hlm. 10). </span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Dengan demikian, penamaan rakyat non-Muslim dengan sebutan <i>ahludz-dzimmah</i> ini adalah bentuk penghormatan, bukan penghinaan atau pelecehan seperti yang selama ini tertanam dalam pikiran sebagian orang (Ath-Thayyar, <i>Huqûq Ghayr al-Muslimîn fi ad-Dawlah al-Islâmiyah</i>, hlm. 48).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Dalam kitab <i>Al-Amwâl</i> karya Abu Ubaid dikutip pernyataan Imam Auza’i—<i>rahimahullah</i>—yang berkata dalam suratnya kepada seorang wali Abbasiyin, Shalih bin Ali bin Abdullah bin Abbas tentang kedudukan <i>ahludz-dzimmah</i>: “<i>Mereka itu bukanlah budak, namun mereka adalah orang-orang merdeka dari ahludz-dzimmah</i>.” (Al-Ayid, <i>Huqûq Ghair al-Muslimîn fi Bilâd al-Islâm</i>, hlm. 11). Artinya, mereka non-Muslim adalah rakyat Negara Islam juga sehingga mereka berhak mendapatkan hak-haknya dan wajib diperlakukan sama seperti halnya kaum Muslim. </span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><br /> </span><b><span style="line-height: 150%;">Hak Memilih dan Membaiat Khalifah</span></b></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Rakyat Negara Islam yang Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, berhak memilih dan membaiat khalifah, seperti yang termaktub dalam Rancangan UUD (<i>Masyrû’ Dustûr</i>) Negara Islam Pasal 26, bahwa “<i>Setiap Muslim yang balig dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan, berhak memilih dan membaiat khalifah.”</i></span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Dalil dalam hal ini adalah: <b><i>Pertama</i></b>, hadis dari Ubadah Bin Shamit yang berkata: </span></span></div> <div style="direction: rtl; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 21.3pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">بَايَعْنَا رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لا ننَُازِعَ الأَمْرَ أَهْلَه وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالحَْقِّ حَيْثُمَا كُنَّا لا نَخَافُ فِي اللهِ </span><span style="line-height: 150%;"> </span><span style="line-height: 150%;">لَوْمَة لاَئِمٍ</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 21.3pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><i><span style="line-height: 150%;">Kami telah membaiat Rasulullah saw. untuk setia mendengarkan dan menaati perintahnya, baik dalam keadaan yang kami senangi maupun tidak kami senangi; dan agar kami tidak merebut kekuasaan dari seorang pemimpin; juga agar kami menegakkan atau mengatakan yang haq di manapun kami berada dan kami tidak takut karena Allah terhadap celaan orang-orang yang mencela</span></i><span style="line-height: 150%;"> (<b>HR al-Bukhari</b>).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><b><span style="line-height: 150%;"><br /> </span></b><b><i><span style="line-height: 150%;">Kedua</span></i></b><span style="line-height: 150%;">, hadis dari Ummu ‘Athiyah yang berkata:</span></span></div> <div style="direction: rtl; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 21.3pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">بَايعَْنَا رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم فقََرَ أَ عَلَيْنَا أَنْ لا يُشْرِكْنَ بِا للهِ شَيْئًا وَنهََانَا عَنْ النِّيَاحَةِ فقََبَضَتْ امْرَأَة يَدَهَا فَقَالَتْ أَسْعَدَتْنِي فُلاَنَة أُرِيدُ أَنْ أَجْزِيهََا فَمَا قَالَ لَهاَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم شَيْئًا فَانْطَلَقَ ت وَرَجَعَتْ فَبَايعََهَا</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 21.3pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><i><span style="line-height: 150%;">Kami membaiat Rasulullah saw., lalu beliau memerintahkan kepada kami, “Jangalah kalian menyekutukan Allah dengan apapun.” Beliau pun melarang kami melakukan “niyahah” (histeris menangisi mayat). Karena itulah seorang wanita dari kami menarik tangannya (dari berjabat tangan) lalu wanita itu berkata, Seseorang (perempuan) telah membuat diriku bahagia dan aku ingin (terlebih dulu) membalas jasanya.” Ternyata Rasulullah saw. tak berkata apa-apa. Lalu wanita itu pergi kemudian kembali lagi</span></i><span style="line-height: 150%;"> <i>dan membaiat beliau.</i>” (HR al-Bukhari).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><br /> </span><b><i><span style="line-height: 150%;">Ketiga</span></i></b><span style="line-height: 150%;">, apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam <i>Al-Bidâyah wa an-Nihâyah</i> bahwa Abdurrahman bin Auf mengambil pendapat kaum laki-laki dan perempuan ketika ia ditugasi untuk mengambil pendapat kaum Muslim tentang siapa yang akan menjadi khalifah—setelah Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. Wafat. Dalam hal ini tidak ada seorang Sahabat pun yang mengingkari perbuatan Abdurrahman bin Auf tersebut (An-Nabhani, <i>Muqaddimah ad-Dustûr</i>, hlm. 126).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Dengan demikian, berdasarkan dalil-dalil di atas, setiap Muslim yang balig dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan, berhak memilih dan membaiat khalifah.</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><br /> </span><b><span style="line-height: 150%;">Non-Muslim dan Hak Baiat </span></b></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Islam merupakan syarat utama keabsahan baiat. Sebab, baiat ini dilakukan untuk menegakkan Islam berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw.. Hal ini jelas mengharuskan keimanan terhadap keduanya. Non-Muslim tentu tidak mengimani keduanya. Seandainya mereka beriman, tentu mereka Muslim. Oleh karena itu mereka tidak berhak membaiat khalifah (An-Nabhani, <i>Muqaddimah ad-Dustûr</i>, hlm. 126).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Selain itu, kalau non-Muslim memiliki hak untuk membaiat khalifah maka—tidak menutup kemungkinan—mereka akan memberikan baiatnya kepada orang yang mau dengan persyaratannya. Dengan begitu mereka bisa memilih penguasa yang memberi mereka jalan untuk menguasai orang-orang yang beriman. Ini jelas haram menurut syariah karena Allah SWT berfirman:</span></span></div> <div align="center" style="direction: rtl; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 21.3pt; text-align: center;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 21.3pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><i><span style="line-height: 150%;">Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang Mukmin</span></i><span style="line-height: 150%;"> (<b>QS Al-Nisa’ [4] : 141</b>).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><br /> </span><span style="line-height: 150%;">Oleh karena itu, menjadikan pelaksanaan akad Khilafah ada di tangan non-Muslim merupakan jalan (peluang) terbesar bagi mereka untuk menguasai orang-orang beriman. Penggunaan huruf <i>lan</i> (sekali-kali tidak akan) yang memberi pengertian <i>ta’bîd </i>(selamanya) adalah indikasi larangan tegas untuk tidak memberikan kekuasaan atau jalan bagi orang kafir untuk mengontrol kaum Muslim, baik itu berupa pemberian hak pelaksanaan akad Khilafah atau lainnya. Dengan demikian, non-Muslim atau <i>ahludz-dzimmah</i>—sekalipun mereka bagian dari rakyat dalam Negara Islam—tidak memiliki hak memilih dan membaiat khalifah (Khalidi, <i>Qawâ’id Nizhâm al-Hukm fi al-Islâm</i>, hlm. 97).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Tidak adanya hak memilih dan membaiat khalifah bagi non-Muslim tidak berarti bahwa mereka adalah warga negara kelas dua yang harus tunduk dan patuh pada institusi Khilafah semata. Justru ketika non-Muslim diberikan hak tersebut, sama artinya dengan memaksa mereka untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka yakini. Ini sama sekali bukan karateristik Negara Islam yang menjamin semua wagra negaranya untuk menjalankan apa saja yang menjadi keyakinannya, dan bukan memaksa mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak mereka yakini (Asy-Syarif, <i>Wadh’ al-Aqalliyât fi ad-Dawlah al-Islâmiyah</i>, hlm. 19). Jadi, tuduhan bahwa non-Muslim hanya menjadi warga negara kelas dua dalam Negara Islam adalah tuduhan yang muncul dari dua kemungkinan saja, yaitu kebodohan dan kebencian terhadap Islam. </span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Sebaliknya, tidak sedikit penulis Barat yang memuji keadilan Negara Islam terhadap rakyat non-Muslim atau <i>ahludz-dzimmah</i>. Di antaranya, seorang sejarahwan berkebangsaan Inggris, Sir Thomas Arnold dalam bukunya, <i>The Preaching of Islam (Dakwah Islam)</i>, menulis,<i> “Sungguh ketika kaum Muslim berkuasa, mereka memperlakukan kaum Kristen Arab dengan toleransi yang tiada duanya sejak abad pertama Hijrah. Toleransi ini terus berlangsung selama berabad-abad lamanya. Karena itu, kami yakin bahwa orang-orang Kristen yang memeluk Islam benar-benar telah memeluk Islam atas pilihan dan kesadarannya sendiri. Orang-orang Kristen Arab yang hidup di antara komunitas kaum Muslim di zaman kita sekarang ini benar-benar merasakan toleransi yang luar biasa.</i>”</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Will Durant juga mengatakan, “<i>Sungguh ahludz-dzimmah dari kaum Kristen, Zoroaster, Yahudi dan Shabiin pada masa Kekhalifahan Umayah benar-benar menikmati toleransi yang tiada bandingannya. Kami tidak menemukan bandingannya di dalam negara Kristen pada masa sekarang. Dalam Negara Islam, ahludz-dzimmah memiliki kebebasan untuk menjalankan simbol-simbol agama mereka serta menjaga gereja-gereja dan sinagog-sinagog mereka.</i>” (Bahir Shalih, <i>“Ahl adz-Dzimmah fi Zhilli Dawlah al-Islâm Ahkâmân wa Wâqi’ân</i>,” <i><span style="text-decoration: underline;">http://www.pal-tahrir.info</span></i>, 18/3/2012).</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt; text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Dengan demikian, Pasal 26 Rancangan UUD (<i>Masyrû’ Dustûr</i>) Negara Islam ini merupakan sebuah penegasan bahwa Negara Islam tidak akan memaksakan rakyat non-Muslim untuk melakukan apa yang tidak mereka yakini. Sebab, Negara Islam adalah negara yang memiliki akidah dan misi. Misinya tidak terbatas hanya pada menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan hidup bagi setiap rakyatnya, namun juga kewajiban beraktivitas sesuai dengan akidah dan menyampaikan risalah Islam kepada semua orang. Sungguh, tugas besar seperti ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang beriman dengan misi Islam, yakni warga negara yang Muslim saja, bukan non-Muslim. <i>WalLâhu a’lam bish-shawâb</i>. <b>[</b></span><b><i><span style="line-height: 150%;">Muhammad Bajuri</span></i></b><span style="line-height: 150%;"><b>]</b></span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 9pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;"><br /> </span><b><span style="line-height: 150%;">Daftar Bacaan</span></b></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 28.35pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Al-Ayid, Prof. Dr Shalih bin Husain, <i>Huqûq Ghayr al-Muslimîn fi Bilâd al-Islâm</i> (Riyadh: Departemen Urusan Islam, Waqaf dan Dakwah), Cetakan IV, 2008.</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 28.35pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Bahir Shalih, “<i>Ahludz Dzimmah fi Zhilli Dawlah al-Islâm Ahkâm[ân] wa Wâqi[’ân]</i>,” <i>http://www.pal-tahrir.info</i>, 18/3/2012. </span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 28.35pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Al-Khalidi, Dr. Mahmud, <i>Qawâ’id Nizhâm al-Hukm fil Islâm</i> (Beirut: Maktabah al-Muhtasib), Cetakan II, 1983.</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 28.35pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">An-Nabhani, Asy-Syaikh Taqiyuddih, <i>Muqaddimah ad-Dustûr aw al-Asbâb al-Mujîbah Lahu</i>, Jilid I, (Beirut: Darul Ummah), Cetakan II, 2009.</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 28.35pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">An-Nabhanai, Asy-Syaikh Taqiyuddih, <i>Ad-Dawlah al-Islâmiyah</i> (Beirut: Darul Ummah), Cetakan VII, 2002.</span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 28.35pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Al-Maududi, Abu A’la, <i>Nazhariyah al-Islâm wa Hadîhi fi as-Siyâsah wa al-Qânûn wa ad-Dustûr</i> (Damaskus: Dar al-Fikr), 1968. </span></span></div> <div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 9pt 28.35pt;"> <span style="font-size: small;"><span style="line-height: 150%;">Ath-Thayyar, Dr. Ali bin Abdurrahman, <i>Huqûq Ghayr al-Muslimîn fi ad-Dawlah al-Islâmiyah</i> (Riyadh: Departemen Urusan Islam, Waqaf dan Dakwah), Cetakan II, 2006.</span></span></div> <div> <img alt="" height="1" src="https://blogger.googleusercontent.com/tracker/6300813739699979852-1329843908817208221?l=voa-khilafah.blogspot.com" width="1" /></div> <br /> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a>

Rancangan Undang-undang Dasar (ad Dustur) Negara Khilafah : Hak Memilih dan Membai’at Kholifah

Pengantar Sistem pemerintahan Islam tegak di atas empat pilar, di antaranya adalah “ as-sulthân li al-ummah (kekuasaan berada di tan...

Read more »

Penjelasan Hukum Arisan

<h2> Penjelasan Hukum Arisan</h2> <b>Pertanyaan:</b><br /> Assalamu’alaikum Ustadz, mohon penjelasaanya tentang <b>hukum arisan</b> yang ada di masyarakat kita. <i>Jazakallah Katsiran.</i><br /> Dari: Fatkhurokhman<br /> <br /> <br /> <br /> <b>Jawaban:</b><br /> <br /> Wa’alaikumussalam<br /> 1. <i>Arisan</i> termasuk urusan muamalat manusia, dan kaidahnya “Asal dalam muamalah adalah boleh sampai ada dalil yang melarangnya”. Bahkan, <u>arisan</u> merupakan salah satu bentuk sosial yang dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan sesama.<br /> 2. Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Arisan hukumnya adalah boleh, tidak terlarang. Barangsiapa mengira bahwa arisan termasuk kategori “memberikan pinjaman dengan mengambil manfaat” maka anggapan tersebut adalah keliru, sebab semua anggota arisan akan mendapatkan bagiannya sesuai dengan gilirannya masing-masing”. (<i>Syarh Riyadhus Shalihin,</i> 1:838)<br /> 3. Ringkasnya, arisan hukumnya boleh bahkan memiliki manfaat. Namun perlu diingatkan bahwa dalam acara arisan hendaknya diisi dengan sesuatu yang bermanfaat seperti pengajian, nasihat atau hal-hal yang bermanfaat, minimal adalah perkara-perkara yang mubah, janganlah mengisi acara arisan dengan hal-hal yang haram seperti yang banyak terjadi, seperti: ghibah, mendengar nyanyian, senda gurau yang berlebihan dan lain sebagainya.<br /> Dijawab oleh Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi<br /> <br /> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a>

Penjelasan Hukum Arisan

Penjelasan Hukum Arisan Pertanyaan: Assalamu’alaikum Ustadz, mohon penjelasaanya tentang hukum arisan yang ada di masyarakat kita. Jazak...

Read more »

Amalan Sunah di Bulan Rajab

<h2 style="text-align: center;"> <img height="438" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf3wBZK_Ld5IXyi1U7u7WUWXb_naMwUwGm6PmEu8mVJ3knWB70Q2mGXIU6nAwRIx_d9RelEYPNWIkj5hd4_j2QcT9xM1E3jakLjutb1ug6GC23mTd8l9K06zDjHbVwZEz3t553eA/s640/bulan+rajab+logo.jpg" width="640" /></h2> <h2> <br /></h2> <h2> Amalan Sunah di Bulan Rajab</h2> Tidak terdapat amalan khusus terkait <b>bulan Rajab</b>. Baik bentuknya shalat, puasa, zakat, maupun umrah. Mayoritas ulama menjelaskan bahwa hadis yang menyebutkan amalan bulan Rajab adalah hadis bathil dan tertolak.<br /> Ibnu Hajar mengatakan,<br /> لم يرد في فضل شهر رجب ، ولا في صيامه ، ولا في صيام شيء منه معين ، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة ، وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل الهروي الحافظ<br /> “Tidak terdapat riwayat yang shahih, bisa untuk dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, baik bentuknya puasa sebulan penuh atau puasa di tanggal tertentu bulan Rajab atau shalat tahajjud di malam tertentu. Keterangan saya ini telah didahului oleh ketengan Imam Al-Hafidz Abu Ismail Al Harawi.” (<i>Tabyinul Ujub bimaa Warada fii Fadli Rajab</i>, Hal. 6)<br /> Imam Ibn Rajab mengatakan,<br /> أما الصلاة فلم يصح في شهر رجب صلاة مخصوصة تختص به و الأحاديث المروية في فضل صلاة الرغائب في أول ليلة جمعة من شهر رجب كذب و باطل لا تصح و هذه الصلاة بدعة عند جمهور العلماء<br /> “Tidak terdapat dalil yang shahih, yang menyebutkan adanya anjuran shalat tertentu di bulan Rajab. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat raghaib di malam Jumat pertama bulan Rajab adalah hadis dusta, bathil, dan tidak shahih. Shalat Raghaib adalah bid’ah menurut mayoritas ulama.” (<i>Lathaiful Ma’arif</i>, Hal. 213)<br /> Terkait masalah <b>puasa di bulan Rajab</b>, Imam Ibnu Rajab juga menegaskan, tidak ada satu pun hadis shahih dari Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> tentang keutamaan puasa bulan Rajab secara khusus. Hanya terdapat riwayat dari Abu Qilabah, bahwa beliau mengatakan,<br /> في الجنة قصر لصوام رجب<br /> “Di surga terdapat istana untuk orang yang rajin <b>berpuasa di bulan Rajab</b>.”<br /> Namun riwayat bukan hadis. Imam Al Baihaqi mengomentari keterangan Abu Qilabah:<br /> أبو قلابة من كبار التابعين لا يقول مثله إلا عن بلاغ<br /> “Abu Qilabah termasuk tabi’in senior, beliau tidak menyampaikan riwayat itu kecuali karena kabar tanpa sanad.” (<i>Lathaiful Ma’arif</i>, Hal. 213)<br /> <b>Pertama</b>, Puasa sunah bulan haram<br /> <br /> Akan tetapi, jika seseorang melaksanakan puasa di <b>bulan Rajab</b> dengan niat puasa sunah di bulan-bulan haram, maka ini dibolehkan bahkan dianjurkan. Mengingat sebuah hadis yanng diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, Al Baihaqi dan yang lainnya, bahwa suatu ketika datang seseorang dari suku Al Bahili menghadap Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Dia meminta diajari berpuasa. Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> menasihatkan, “<i>Puasalah sehari tiap bulan</i>.” Orang ini mengatakan: Saya masih kuat, tambahkanlah!. “<i>Dua hari setiap bulan</i>”. Orang ini mengatakan: Saya masih kuat, tambahkanlah!. “<i>Tiga hari setiap bulan.</i>” orang ini tetap meminta untuk ditambahi. Kemudian Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda:<br /> فمن الحرم و أفطر<br /> “<i>Puasalah di bulan haram dan berbukalah (setelah selesai bulan haram).</i>” (Hadis ini dishahihkan sebagaian ulama dan didhaifkan ulama lainnya). Namun diriwayatkan bahwa beberapa ulama salaf berpuasa di semua bulan haram. Dinataranya: Ibn Umar, Hasan Al Bashri, dan Abu Ishaq As Subai’i.<br /> <b>Kedua</b>, Mengkhususkan Umrah di bulan Rajab<br /> <br /> Diriwayatkan bahwa Ibn Umar pernah mengatakan, Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> melaksanakan umrah di bulan Rajab. Kemudian ucapan beliau ini diingkari Aisyah.<br /> يغفر الله لأبي عبد الرحمن، لعمري، ما اعتمر في رجب<br /> “Semoga Allah mengampuni Abu Abdirrahmah (Ibnu Umar). Sepanjang usiaku, beliau belum pernah Umrah di bulan Rajab.”<br /> <br /> Ibnu Umar mendengar hal ini dan beliau diam saja. (HR. Muslim, 1255)<br /> Umar bin Khatab dan beberapa sahabat lainnya menganjurkan umrah bulan Rajab. Aisyah dan Ibnu Umar juga melaksanakan umrah bulan Rajab.<br /> Ibnu Sirin menyatakan, bahwa para sahabat melakukan hal itu. Karena rangkaian haji dan umrah yang paling bagus adalah melaksanakan haji dalam satu perjalanan sendiri dan melaksanakan umrah dalam satu perjalanan yang lain, selain di bulan haji. (<i>Al Bida’ Al Hauliyah</i>, Hal. 119).<br /> Dari penjelasan Ibnu Rajab menunjukkan bahwa melakukan umrah di <b>bulan Rajab</b> hukumnya dianjurkan. Beliau berdalil dengan anjuran Umar bin Khatab untuk melakukan umrah di bulan Rajab. Dan dipraktikkan oleh Aisyah dan Ibnu Umar.<br /> Diriwayatkan Al Baihaqi, dari Sa’id bin Al Musayib, bahwa Aisyah <i>radliallahu ‘anha</i> melakukan umrah di akhir bulan Dzulhijjah, berangkat dari Juhfah, beliau berumrah bulan Rajab berangkat dari Madinah, dan beliau memulai Madinah, namun beliau mulai mengikrarkan ihramnya dari Dzul Hulaifah. (HR. Al Baihaqi dengan sanad hasan)<br /> Namun ada sebagian ulama yang menganggap umrah di bulan Rajab tidak dianjurkan. Karena tidak ada dalil khusus terkait umrah bulan Rajab. Ibnu Atthar mengatakan, “Di antara berita yang sampai kepadaku dari penduduk Mekah, banyaknya kunjungan di bulan Rajab. Kejadian ini termasuk masalah yang belum kami ketahui dalilnya. Bahkan terdapat hadis yang shahih bahwa Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda, ‘Umrah di bulan Ramadhan nilainya seperti haji’.” (HR. Al Bukhari)<br /> Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh mengatakan, bahwa para ulama mengingkari sikap mengkhususkan bulan Rajab untuk memperbanyak melaksanakan umrah. (<i>Majmu’ Fatawa Syaikh Muhammad bin Ibrahim</i>, 6:131)<br /> <b>Kesimpulan:</b><br /> <br /> Pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini, mengkhususkan umrah di bulan Rajab adalah perbuatan yang tidak ada landasannya dalam syariat. Karena tidak ada satu pun dalil yang menunjukkan anjuran mengkhususkan bulan Rajab untuk pelaksanaan umrah. Disamping itu, Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> sendiri tidak pernah melakukan umrah di bulan Rajab, sebagaimana disebutkan dalam hadis sebelumnya.<br /> Andaikan ada keutamaan mengkhususkan umrah di bulan Rajab, tentu Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> akan memberi tahukan kepada umatnya. Sebagaimana beliau memberi tahu umatnya akan keutamaan umrah di bulan Ramadlan. Sedangkan riwayat dari Umar bahwa beliau menganjurkan umrah di bulan Rajab, yang benar sanadnya dipermasalahkan.<br /> <b>Ketiga</b>, Menyembelih hewan (<i>Atirah</i>)<br /> <br /> <i>Atirah</i> adalah hewan yang disembelih di <span style="text-decoration: underline;"><i>bulan Rajab</i></span> untuk tujuan beribadah.<br /> Ulama berselisih pendapat tentang hukum <i>Atirah</i>.<br /> Pendapat pertama, athirah dianjurkan. Dalilnya adalah hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwa Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> ditanya tentang <i>Athirah</i>, kemudian beliau menjawab:<br /> الْعَتِيرَةُ حَقٌّ<br /> “Athirah itu hak.” (HR. Ahmad, An Nasa’i dan As Suyuthi dalam <i>Jami’us Shaghir</i>)<br /> Pendapat kedua, <i>Atirah</i> tidak disyariatkan, namun tidak makruh. Dalilnya, hadis dari Abu Razin, Laqirh bin Amir Al Uqaili, beliau bertanya kepada Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>, “Kami menyembelih hewan di bulan Rajab di zaman Jahilliyah. Kami memakannya dan memberi makan tamu yang datang.” Kemudian Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda, “Tidak masalah.” (HR. An Nasa’i, Ad Darimi, dan Ibn Hibban)<br /> Pendapat ketiga, <i>Atirah</i> hukumnya makruh. Berdasarkan hadis, bahwa Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,<br /> لاَ فَرَعَ وَلاَ عَتِيرَةَ<br /> “<i>Tidak ada Fara’a dan tidak ada Atirah</i>.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)<br /> <i>Fara’a</i> adalah anak pertama binatang, yang disembelih untuk berhala.<br /> Pendapat keempat, <i>Atirah</i> hukumnya haram. Ini adalah pendapat yang dipilih Ibnul Qoyim dan Ibnul Mundzir. Ibnul Qoyim mengatakan, “Dulu masyarakat Arab melakukan <i>Atirah</i> di masa jahiliyah, kemudian mereka tetap melakukannya, dan Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> mendukungnya. Kemudian Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> melarangnya, melalui sabdanya, “<i>Tidak ada fara’a dan tidak ada Atirah.</i>” akhirnya para sahabat meninggalkannya, karena adanya larangan beliau. Dan telah dipahami bersama, bahwa larangan itu hanya akan muncul, jika sebelumnya ada yang melakukannya. Sementara tidak kita jumpai adanya satupun ulama yang mengatakan, Dulu Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> melarang <i>Atirah</i> kemudian beliau membolehkannya kembali…” (<i>Tahdzib Sunan Abu Daud</i>, 4:92 – 93). Insya Allah, pendapat inilah yang lebih mendekati kebenaran.<br /> <b>Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina <a href="http://konsultasisyariah.com/amalan-sunah-di-bulan-rajab" rel="nofollow">Konsultasi Syariah</a>)</b><br /> <br /> <br /> <center> </center> <a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a>

Amalan Sunah di Bulan Rajab

Amalan Sunah di Bulan Rajab Tidak terdapat amalan khusus terkait bulan Rajab . Baik bentuknya shalat, puasa, zakat, maupun umrah. Mayo...

Read more »

Doa Memasuki Bulan Rajab

<h2> Doa Memasuki Bulan Rajab</h2> <b>Pertanyaan:</b><br /> <br /> Assamu’alaikum<br /> Ustadz, di <b>bulan Rajab dan Sya’ban</b> banyak orang yang membaca doa <b><i>Allahumma Baariklanaa fi Rajab wa Sya’ban wa Balighnaa Ramadhaan</i></b>. Apakah doa tersebut termasuk amalan/doa yang tidak dicontohkan Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> juga? Terima kasih<br /> Dari: Siti<br /> <br /> <br /> <br /> <b>Jawaban:</b><br /> <br /> Wa’alaikumussalam<br /> <br /> <i>Bismillah was shalatu was salamu ‘alaa rasulillah</i><br /> Terdapat riwayat dari Anas bin Malik <i>radhiallahu ‘anhu</i>, belliau menceritakan:<br /> كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ، قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ»<br /> “Dulu ketika Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> memasuki <b>bulan Rajab</b>, beliau berdoa: <i>Allahumma baarik lanaa  fii Rajabin wa sya’baana</i>… dst<br /> Hadis ini diriwayatkan Imam Ahmad dalam <i>Musnad</i>-nya no. 2346, Al-Bazzar dalam <i>Musnad</i> no. 6496, At-Thabrani dalam <i>Al-Ausath</i> 3939, dan beliau berkomentar:<br /> لَا يُرْوَى هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا بِهَذَا الْإِسْنَادِ، تَفَرَّدَ بِهِ: زَائِدَةُ بْنُ أَبِي الرُّقَادِ<br /> “Hadis ini tidaklah diriwayatkan dari Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> selain dari jalur ini. Ada perawi yang sendirian: Zaidah bin Abi Ruqqad.<br /> Berikut komentar ulama tentang zaidah bin Abi Ruqqad ini:<br /> - Al-Bukhari mengatakan, “Dia Munkarul hadis”<br /> - Abu Daud mengatakan, “Saya tidak mengetahui hadisnya”<br /> - An-Nasai mengatakan, “Saya tidak tahu, siapa orang ini”<br /> - Ad-Dzhabi dalam <i>Diwan Ad-Dhu’afa</i> mengatakan, “Tidak bisa dijadikan hujah”<br /> - Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, “Munkarul hadis”<br /> Disamping itu, juga ada seorang perawi yang bernama Ziyad bin Abdillah An-Numairi al-Bashri. Dia dikomentari miring oleh banyak ulama:<br /> - Yahya bin Main mengatakan, “Hadisnya dhaif”<br /> - Abu Ubaid Al-Ajuri mengatakan, “Saya bertanya kepada Abu Daud tentang Ziyad ini dan beliau mendhaifkannya.”<br /> - Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin mengatakan, “Munkarul hadis. Dia meriwayatkan dari Anas beberapa riwayat, yang sama sekali tidak menyamai hadisnya orang yang terpercaya.”<br /> - Ad-Daruquthni, “Dia tidak kuat”<br /> - Ibnu Hajar mengatakan, “Dhaif”<br /> <b>Komentar ulama ahli hadis tentang riwayat ini:</b><br /> - An-nawawi dalam <i>Al-Adzkar</i> Hal. 274 menyatakan, “Kami mendapat riwayat dari <i>Hilyatul Auliya</i>, dengan sanad yang ada lemahnya.”<br /> - Ad-Dzahabi dalam <i>Mizan I’tidal</i>, 3:96, ketika menyebutkan biografi Zaidah bin Abi Ruqqad, dan beliau menyebutkan hadis, kemudian beliau berkomentar, “Dhaif.”<br /> - Al-Haitsami dalam <i>Majma’ Az-Zawaid</i>, 2:165 mengatakan, “Hadis ini diriwayatkan Al-Bazzar dan dalam sanadnya terdapat Zaidah bin Abi Ruqqad, Al-Bukhari mengatakan: Munkarul hadis, sementara sekelompok ulama lainnya menyatakan sebagai perwai <i>majhul</i> (tidak dikenal).”<br /> - Syaikh Ahmad Syakir dalam takhrij Musnad Imam Ahmad mengatakan, “Sanadnya dhaif.” Beliau juga menegaskan bahwa riwayat ini merupakan tambahan dari Abdullah bin Ahmad, yang beliau riwayatkan dari selain bapaknya (Imam Ahmad).<br /> - Hal yang sama juga dinyatakan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam <i>Takhrij Musnad</i>.<br /> - Sementara Syaikh Al-Albani mengutip komentar Al-Baihaqi dalam <i>Syu’abul Iman</i>, 3:375 yang menyatakan,<br /> تفرد به زياد النميري وعنه زائدة بن أبي الرقاد قال البخاري : زائدة بن أبي الرقاد عن زياد النميري منكر الحديث .<br /> Ziyad An-Numairi sendirian dalam meriwayatkan hadis ini. Sementara Zaidah bin Abi Ruqqad mengambil riwayat dari Ziyad. Bukhari mengatakan, “Zaidah bin Abi Ruqqad dari Ziyad An-Numairi, munkarul hadis.”<br /> <br /> Sumber: http://www.saaid.net/Doat/Zugail/57.htm<br /> Berdasarkan semua keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa doa dalam hadis ini statusnya lemah.  Karena itu, tidak bisa dijadikan acuan.<br /> <b>Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina <a href="http://konsultasisyariah.com/" rel="nofollow">Konsultasi Syariah</a>)</b><br /> <br /> <br /> <center></center><a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a>

Doa Memasuki Bulan Rajab

Doa Memasuki Bulan Rajab Pertanyaan: Assamu’alaikum Ustadz, di bulan Rajab dan Sya’ban banyak orang yang membaca doa Allahumma Baarikl...

Read more »

12 Hadis Dhaif (Lemah) seputar Rajab

<div style="text-align: justify;"> </div> <h2 style="text-align: justify;"> Hadis Dhaif (Lemah) seputar Rajab</h2> <div style="text-align: justify;"> <i>Bismillah was shalatu was salamu ‘alaa rasulillah</i></div> <div style="text-align: justify;"> Berikut beberapa <b>hadis dhaif seputar bulan Rajab</b>, yang disarikan dari karya para ulama ahli hadis. Jika Anda menjumpai satu amal tertentu di <b>bulan Rajab</b>, barangkali pangkal masalahnya adalah karena <b>hadis dhaif</b> berikut:<br /> <br /> 1. Hadis: “<i>Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, namanya sungai <b>Rajab</b>. Airnya lebih putih dari pada susu, lebih manis dari pada madu, siapa yang puasa sehari di bulan <u>Rajab</u> maka Allah akan memberi minum orang ini dengan air sungai tersebut</i>.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Riwayat Abul Qosim At Taimi dalam <i>At Targhib wat Tarhib</i>, Al Hafidz Al Ashbahani dalam kitab <i>Fadhlus Shiyam</i>, dan Al Baihaqi dalam <i>Fadhail Auqat</i>. Ibnul Jauzi mengatakan dalam <i>Al Ilal Al Mutanahiyah</i>: Dalam sanadnya terdapat banyak perawi yang tidak dikenal, sanadnya dhaif secara umum, namun tidak sampai untuk dihukumi palsu.)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Hadis tentang <b>doa memasuki rajab</b>: “<i>Allahumma baarik lanaa fii Rajabin wa sya’baana wa ballighnaa Ramadhaana</i>.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Riwayat Ahmad, dan di sanadnya terdapat perawi Zaidah bin Abi Raqqad, dari Ziyadah An Numairi. Tentang para perawi ini, Imam Bukhari mengatakan, “Munkarul hadis”. An Nasa’i mengatakan, “Munkarul hadis”. Sementara Ibn Hibban menyatakan, “Hadisnya tidak bisa dijadikan dalil”.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Hadis: “<i>Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah puasa setelah Ramadhan, selain di bulan Rajab dan Sya’ban</i>.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Riwayat Al Baihaqi. Ibn Hajar mengatakan, “Ini adalah hadis munkar, disebabkan adanya perawi yang bernama Yusuf bin Athiyah, dia orang yang dhaif sekali” <i>Tabyinul Ajbi</i>, Hal. 12)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Hadis: “<i>Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku</i>.”</div> <div style="text-align: justify;"> (Riwayat Abu Bakr An Naqasy. Al Hafidz Abul Fadhl Muhammad bin Nashir mengatakan, “An Naqasy adalah pemalsu hadis, pendusta”. Ibnul Jauzi, As Shaghani, dan As Suyuthi menyebut hadis ini dengan hadis maudhu’)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Hadis: “<i>Keutamaan Rajab dibanding bulan yang lain, seperti keutamaan Alquran dibanding dzikir yang lain.</i>”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Ibn Hajar mengatakan, “Perawi hadis ini ada yang bernama As Saqathi, dia adalah penyakit dan orang yang terkenal sebagai pemalsu hadis”).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Hadis: “<i>Rajab adalah bulan Allah Al Asham. Siapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab, atas dasar iman dan ihtisab (mengharap pahala) maka dia berhak mendapat ridla Allah yang besar</i>.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Hadis palsu, sebagaimana penjelasan As Syaukani dalam <i>Al Fawaid Al Majmu’ah</i>)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Hadis: “<i>Barangsiapa yang berpuasa tiga hari bulan Rajab, Allah catat baginyu puasa sebulan penuh. Siapa yang puasa tujuh hari, maka Allah menutup tujuh pintu neraka</i>.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Hadis maudhu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam <i>Al Maudhu’at</i>, 2:206)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Hadis: “<i>Siapa yang shalat maghrib di malam pertama bulan Rajab, setelah itu dia shalat dua puluh rakaat, setiap rakaat dia membaca Al Fatihah dan surat Al Ikhlas sekali, dan dia melakukan salam sebanyak sepuluh kali. Tahukah kalian apa pahalanya?</i>” ….lanjutan hadis: “<i>Allah akan menjaga dirinnya, keluarganya, hartanya, dan anaknya. Dia dilindungi dari siksa kubur…” </i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i></i>(Hadis <i>maudhu</i>, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al <i>Maudhu</i>‘at, 2/123)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. Hadis: “<i>Siapa yang puasa di bulan Rajab dan shalat empat rakaat…maka dia tidak akan mati sampai dia melihat tempatnya di surga atau dia diperlihatkan</i>.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Hadis <i>maudhu </i>(palsu), sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam <i>Al Maudhu’at</i>, 2:124, <i>Al Fawaid Al Majmu’ah</i>, Hal. 47)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 10.  Hadis <b>Shalat Raghaib</b>: “Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadlan bulan umatku… namun janganlah kalian lupa dengan malam Jumat pertama bulan Rajab, karena malam itu adalah malam yang disebut oleh para malaikat dengan Ar Raghaib. Dimana apabila telah berlalu sepertiga malam, tidak ada satupun malaikat yang berada di semua lapisan langit dan bumi, kecuali mereka berkumpul di Ka’bah dan sekitarnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kemudian Allah melihat kepada mereka, dan berfirman: ‘Wahai malaikat-Ku, mintalah apa saja yang kalian inginkan’. Maka mereka mengatakan: ‘Wahai Tuhan kami, keinginan kami adalah agar engkau mengampuni orang yang suka puasa Rajab’. Allah berfirman: ‘Hal itu sudah Aku lakukan’. Kemudian Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda: Siapa yang berpuasa hari kamis pertama di bulan Rajab, kemudian shalat antara maghrib sampai isya –yaitu pada malam Jumat– dua belas rakaat…’.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Hadis <i>maudhu</i> (palsu), sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam <i>Al Maudhu’at</i>, 2:124 – 126, Ibnu Hajar dalam <i>Tabyinul ‘Ujbi</i>, Hal. 22 – 24, dan As Syaukani dalam <i>Al Fawaid Al Majmu’ah</i>, Hal. 47 – 50)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 11. Hadis: “<i>Barangsiapa yang shalat pada malam pertengahan bulan Rajab, sebanyak 14 rakaat, setiap rakaat membaca Al Fatihah sekali dan surat Al Ikhlas 20 kali…</i>”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Hadis <i>maudhu</i>, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam <i>Al Maudhu’at</i>, 2:126, Ibnu Hajar dalam <i>Tabyinul ‘Ujbi</i>, Hal. 25, As Syaukani dalam <i>Al Fawaid Al Majmu’ah</i>, Hal. 50)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 12.  Hadis: “Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang agung, siapa yang berpuasa sehari, Allah akan mencatat baginya puasa seribu tahun…”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Hadis palsu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam <i>Al Maudhu’at</i>, 2:206–207, Ibnu Hajar dalam <i>Tabyinul ‘Ujbi</i>, Hal. 26, As Syaukani dalam <i>Al Fawaid Al Majmu’ah</i>, Hal. 101, As Suyuthi dalam <i>Al Lali’ Al Mashnu’ah</i>, 2:115)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <b>Dikumpulkan oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina <a href="http://kisahmuslim.com/fathu-makkah-hari-yang-ditunggu" rel="nofollow">Konsultasi Syariah</a>)</b>.<br /> <br /> <center></center><a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a><br /> <div style="text-align: justify;"> </div>

12 Hadis Dhaif (Lemah) seputar Rajab

Hadis Dhaif (Lemah) seputar Rajab Bismillah was shalatu was salamu ‘alaa rasulillah Berikut beberapa hadis dhaif seputar bulan Rajab ...

Read more »

Raja Papua yang Suka Berdakwah

<div style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://hidayatullah.com/berita/gal111799315.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://hidayatullah.com/berita/gal111799315.jpg" /></a></div> <div style="background-color: white; text-align: justify;"> <br /> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mulanya ia seorang pendeta. Bermodal ilmu yang ia timba dari pendeta Jostri Ayome selama empat tahun di Jayapura, Papua, ia mulai rajin berceramah di gereja. Ia resmi dilantik menjadi pendeta pada tahun 90-an.</span></div> <div style="background-color: white; text-align: justify;"> <span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></div> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span><br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Alasannya menjadi pendeta sederhana saja. Sebagai seorang kepala suku, ia merasa bertanggungjawab menyelamatkan ideologi rakyatnya. “Rakyat harus beragama dan mengenal Tuhan. Jadi, saya harus belajar agama sebagai tanggung jawab tadi,” kata Ismail Saul Yenu, sang pendeta itu.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Banyak yang heran mengapa Yenu menjadi pendeta. Sebab di Papua tak banyak kepala suku bisa merangkap menjadi pendeta.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Yenu tahu, posisinya sebagai kepala suku akan memudahkan nya mengambil hati rakyat untuk masuk Kristen. Dugaannya benar. Banyak warga Papua, baik pendatang maupun penduduk asli, termasuk lima keluarga Muslim, masuk Kristen. Kebanyakan mereka adalah transmigran yang hidup di hutan.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Waktu itu ada yang sakit dan berhasil saya sembuhkan dengan doa. Karena itu mereka masuk Kristen,” cerita Yenu tentang keluarga Muslim ini. Namun, perjalanan hidup berkata lain. Yenu sang kepala suku mendapat hidayah dan sempat menunaikan ibadah haji. Sepulang dari haji ia disambut oleh rakyatnya dengan teriakan, ”Raja sudah datang ... raja sudah datang!” Uniknya, yang menyambut bukan hanya kaum Muslim saja, tapi banyak juga orang Kristen.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kesempatan ini tak disia-siakan Yenu. Jika dulu ia rajin berceramah di gereja, maka sekarang ia rajin berdakwah untuk Islam. Banyak yang kepincut hatinya untuk mengucap syahadat lewat dakwah Yenu, termasuk keluarga Muslim yang dulu ia murtadkan. Semua ini ia lakukan untuk menebus tanggungjawab yang dulu salah ia terjemahkan.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bagaimana lika-liku dakwah sang kepala suku di pulau paling timur Indonesia ini? hidayatullah, menemui pria asli Irian ini di rumahnya di Fakfak, Papua Barat.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><br /> </b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Mengapa Anda tertarik dengan Islam?</b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Meski saya ini dulunya pendeta, tapi diam-diam saya suka mengamati perilaku orang Islam. Saya tertarik melihat orang Islam rajin shalat dan berdoa. Mereka shalat lima kali dalam sehari.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ini berbeda dengan cara non-Muslim. Mereka hanya berdoa sekali sepekan, atau jika ada acara sembahyang keluarga. Ini menunjukkan kalau orang Islam itu punya Tuhan yang luar biasa. Saya lalu bertanya, mengapa mereka bisa berdoa sedang saya tidak? Dari sinilah saya mulai tertarik dengan Islam.</span></div> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span><br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><br /> </b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Apakah Anda punya pengalaman berkesan tentang Islam ketika masih beragama Nasrani?</b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ya. Ketika tahun 70-an, di daerah saya ada program ABRI masuk desa yang dipimpin Jenderal M Yusuf. Semua orang berkumpul, mulai dari militer sampai sipil.</span></div> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> </span><br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagian besar tentara adalah orang Islam. Sedang orang Nasrani kebanyakan sipil. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ketika apel siaga, Pak Yusuf bertanya, mana orang Islam yang siap membantu rakyat? Serempak orang Islam berdiri, sedang kami orang Nasrani cuma duduk saja.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu Jenderal Yusuf bertanya kepada saya tentang agama yang saya anut. Saya jawab Nasrani. Tapi beliau bilang, ”Dari pada kamu nanti hanya di luar, tak dapat jatah surga, lebih baik ikut begabung dengan mereka (orang Muslim).” Akhirnya entah mengapa saya ikut berdiri juga.</span></div> <span style="background-color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Setelah tertarik dengan Islam, siapa yang membimbing Anda memeluk agama ini?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saya mencari kebenaran itu sendiri. Saya pernah mencarinya ke Manokwari (Papua Barat), malah diusir dan ditolak. Tapi saya tak marah. Saya kembali mencarinya ke Jakarta. Di Jakarta saya bertemu banyak rekan-rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan (M Zaaf Fadzlan Rabbani al-Garamatan, tokoh Papua yang banyak membantu kaum Muslim di daerahnya). Saya banyak dibantu oleh mereka.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Kapan Anda bersyahadat?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tahun 2002, di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran, Jakarta. Saya dibimbing oleh seorang imam masjid di sana . Esok harinya saya langsung minta <i>dikhitan </i>(sunat). Padahal umur saya sudah 68 tahun. Mana ada di dunia ini orang yang sunat umur 68 tahun kecuali Ismail Yenu. Hehe he.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Bagaimana cerita Anda pergi haji?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Esok hari setelah saya <i>dikhitan</i>, saya telepon Dr Amin Rais (tokoh Muhammadiyah) dan minta dihajikan. Saya juga cerita keadaan masyarakat Irian. Saya katakan bahwa saya tak mampu pulang dan berdakwah di tengah masyarakat Irian jika belum naik haji. Sebab, biasanya masyarakat tak langsung percaya kalau langsung mendakwahi.</div> <div style="text-align: justify;"> <i>Alhasil</i>, Amien Rais menelepon Din Syamsuddin (Ketua PP Muhammadiyah), menanyakan apakah ada "lowongan" ke Baitullah. <i>Alhamdulillah</i>, rupanya ada calon haji yang batal berangkat di kloter Asiyah. Kloter ibu-ibu yang berjumlah 240 calon jamaah haji. Meski terasa risih karena harus bergabung dengan ibu-ibu, akhirnya saya jadi diikutkan di kloter tersebut.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Bagaimana perasaan Anda ketika itu?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Saya merenung, mengapa baru beberapa hari menjadi <i>muallaf </i>langsung mendapatkan panggilan agung dari-Nya untuk naik haji? Ini karena kebesaran dan izin Allah semata.</div> <div style="text-align: justify;"> Tiga hari berikutnya saya berangkat haji. Padahal waktu itu bekas <i>khitan </i>saya belum kering betul. Saya pergi ke dokter praktik dan beli kondom.</div> <div style="text-align: justify;"> Sebelum berangkat, seluruh calon haji diperiksa. Rupanya saya ketahuan membawa kondom. Setelah ditanya, saya jawab kalau bekas <i>khitan </i>saya masih basah. Karena tak percaya, saya diperiksa lagi oleh dokter.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Ada kenangan menarik sewaktu naik haji?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Di Arafah, kami berdoa mulai pagi hingga siang hari. Padahal, udara dan cuaca ketika itu sangat panas. Seakan-akan tubuh ini terpanggang teriknya matahari.</div> <div style="text-align: justify;"> Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, ada yang menyiram tubuh saya hingga basah kuyup. Pakaian saya basah semua. Saking basahnya, sampai-sampai saya berdoa sambil menghirup air.</div> <div style="text-align: justify;"> Seketika itu juga saya jadi adem, tak merasa panas lagi. Padahal saat itu jumlah manusia berlapis-lapis. Rasanya tak mungkin kalau ada orang yang datang menyiram saya.</div> <div style="text-align: justify;"> Sewaktu di Masjid al-Haram, ada seorang perempuan besar duduk di sebelah saya. Padahal, jamaah pria tak boleh bercampur dengan jamaah wanita. Saking besarnya, tinggi pinggul wanita itu mencapai bahu saya. Saya merasa ngeri sekali.</div> <div style="text-align: justify;"> Usai berdoa, saya terfikir mau menegur dia. Begitu menoleh, eh, si wanita tadi sudah lenyap entah ke mana. Padahal tubuhnya besar sekali.</div> <div style="text-align: justify;"> Di Masjid Nabawi, suasana sangat padat. Tak ada lagi ruang kosong di dalam masjid. Begitu masuk, rupanya ada tempat lowong yang kira-kira muat untuk dua orang.</div> <div style="text-align: justify;"> Saya jadi heran mengapa tak ada yang melihat tempat tersebut. Padahal sejak tadi jamaah sudah berebutan tempat.</div> <div style="text-align: justify;"> Sementara saya shalat, tiba-tiba ada orang datang dengan jubah yang sangat bagus. Kainnya sangat lembut. Kualitas baju saya kalah jauh dibanding dia. Padahal baju saya juga masih baru, istilahnya baru buka plastik.</div> <div style="text-align: justify;"> Seperti kejadian pertama, begitu saya mau menegur, orang yang dimaksud sudah lenyap entah ke mana.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Apa makna dari semua kejadian tersebut buat Anda?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keyakinan saya semakin bertambah. Allah SUbhanahu Wata’ala tak akan pernah lalai memantau segala kelakuan hamba-Nya. Keyakinan saya makin mantap jika agama Islam ini benar-benar agama Allah. Kita tak boleh main-main dengan agama ini. Rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan (M Zaaf Fadzlan Rabbani al-Garamatan, tokoh Papua yang banyak membantu kaum Muslim di daerahnya). Saya banyak dibantu oleh mereka.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Apa yang Anda lakukan setelah pulang dari Tanah Suci?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saya tak langsung pulang ke Manokwari, tapi mampir dulu ke Kalimantan Timur selama 14 hari. Saya mengunjungi Balikpapan, Bontang, dan beberapa daerah lain bersama Ustadz Kodiran (orang Yogyakarta yang tinggal di Condet, Jakarta Timur). Kami berdakwah di tempat-tempat itu sekaligus menyaksikan kebesaran Islam.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Bagaimana tanggapan keluarga Anda sepulang dari haji?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tiba di rumah saya langsung disambut bagai raja oleh masyarakat setempat dengan upacara adat. Saya diminta menginjak 120 buah piring yang ditaruh di jalan menuju rumah.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Apa yang Anda lakukan setelah masuk Islam?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saya pernah mendatangi gereja saat sang pendeta khutbah. Tanpa tedeng aling-aling, sambil mengenakan gamis dan songkok haji, saya langsung meminta sang pendeta berhenti berkhutbah. Saya ajak mereka semua masuk Islam. Saya berani melakukan itu karena dulu mereka adalah jamaah saya, termasuk lima keluarga murtad yang pernah saya baptis.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Bagaimana tanggapan keluarga setelah Anda menjadi Muslim?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saya katakan, "Maaf, saya tak seperti dulu lagi. Kalau mama masih suka pake baju singlet atau celana pendek, berarti tak boleh mendekat. Silakan pergi tukar baju dulu. Kepala juga harus ditutup pakai kerudung. Kalau tidak begitu, maaf saja."</div> <div style="text-align: justify;"> Sebelumnya saya telah menyiapkan oleh-oleh pakaian dari Tanah Suci sebanyak 40 pasang. Masing-masing isteri saya mendapat 10 pasang (Yenu memiliki empat isteri). Saya juga minta tolong teman untuk memberi pemahaman Islam kepada para istri saya.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /> </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Setelah Anda memeluk Islam, apakah orang-orang yang pernah Anda murtadkan ikut kembali memeluk Islam?</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagian besar mereka masuk Islam lagi. Memang ada sebagian kecil yang tetap bertahan (dengan agamanya), namun jumlahnya tak banyak. Malah ada yang beranggapan, waktu masih pendeta saja doa saya dikabulkan oleh Tuhan, apalagi sekarang setelah masuk Islam dan pulang dari Tanah Suci.</div> <div style="text-align: justify;"> Tapi saya katakan kepada mereka bahwa segala sesuatu itu hanya Allah yang mengatur. Manusia cuma bisa berkehendak saja.*</div> </span><center></center><a href="http://www.facebook.com/pages/Wisbenbae/163279313697664">Lihat yg lebih 'menarik' di sini !</a>

Raja Papua yang Suka Berdakwah

Mulanya ia seorang pendeta. Bermodal ilmu yang ia timba dari pendeta Jostri Ayome selama empat tahun di Jayapura, Papua, ia mulai rajin ...

Read more »