kini saya dan teman-teman di Garuda Merah Putih Expedition, melakukan perjalanan ke pulau Karimun Jawa, surga yang tersembunyi dan terpencil di selatan pulau Jawa
Dalam posting kali ini, saya akan ulas, pengalaman serta jurnal perjalanan kami di karimun, mulai hari pertama kami disana hingga hari menginjakkan kaki kami di jepara lagi,
semua tulisan di susun oleh: Adhi Kurniawan, dan foto oleh saya sendiri :Arief Ridhatama
Enjoy..
hari pertama:
Setelah pada ekspedisi pertama kami mengunjungi Lombok, pada ekspedisi kedua ini kami menuju Karimunjawa, kepulauan di utara pesisir Jawa 80 mil dari Jepara. Keinginan ke Karimunjawa sudah ada setahun sebelumnya sehingga ketika ada kesempatan libur bersama dan ternyata banyak yang berminat ikut, rencana perjalanan ini kami susun mulai 2 bulan sebelum keberangkatan.
Perubahan jadwal penyeberangan KMP Muria secara tiba-tiba dan informasi yang simpang siur membuat tanggal keberangkatan berubah hingga 7 kali. Hingga 2 minggu sebelum pelaksanaan, disepakati ada 2 kali keberangkatan, yaitu gelombang 1 berangkat pada Minggu 12 September 2010 dan gelombang 2 berangkat pada Selasa 14 September 2010.
Masih dalam suasana Lebaran dan hiruk pikuk arus mudik, 3 orang teman berangkat dari Magelang sehingga kami berempat berangkat dari Ambarawa Minggu dinihari menuju Stasiun Poncol Semarang untuk menjemput 2 teman dari Jakarta. Kami segera meluncur ke Jepara untuk mengejar waktu keberangkatan KMP Muria. Perjalanan lancar karena hari masih pagi, kami sempat singgah di Masjid Agung Demak sebentar. Sayang dilewatkan jika tidak mampir di salah satu masjid yang menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa.
demak:
Kami tiba di Pelabuhan Kartini, Jepara jam 06.30. Antrean di depat loket ferry lumayan panjang karena saat itu adalah pelayaran pertama setelah Lebaran jadi banyak sekali keluarga yang ingin berlibur ke Karimunjawa dan beberapa warga asli yang ingin mudik. Untunglah teman kami dari Tuban yang tiba sejak subuh sudah mendapatkan 7 tiket sehingga kami tidak perlu antre lagi.
Pelabuhan Kartini adalah dermaga penyeberangan utama menuju Karimunjawa, terletak 1 km dari Terminal Bus Jepara. Dari Semarang menuju Jepara dapat dicapai dengan bus kecil yang berhenti di terminal tersebut, dari sana tinggal jalan kaki atau naik becak ke dermaga. KM Muria adalah satu-satunya transportasi umum milik ASDP Ferry Indonesia yang melayani rute Jepara-Karimunjawa. Sebetulnya ada alternatif lain, yaitu Kapal Cepat Kartini yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, tetapi biayanya sangat mahal dan telah dibooking untuk tamu-tamu resort mewah.
jepara:
Bisa dibilang KM Muria adalah urat nadi pariwisata di Karimunjawa, jika ferry ini tidak berlayar otomatis tamu tidak bisa berkunjung ke Karimunjawa. Hmm, semoga tagline “We Bridge The Nation” tidak hanya sekedar slogan saja, tetapi bisa benar-benar menjadi semangat bagi segenap kru dalam menjembatani bangsa. Bangga melayani nusantara.
Kapal berangkat jam 08.00. Penyeberangan menuju Karimunjawa kami tempuh dalam 6 jam. Setibanya di Pelabuhan Karimunjawa kami disambut ramah oleh Mbak Rani, yang menjadi “ibu kos” bagi kami selama kami di Karimunjawa. Dermaga berada di sisi selatan Karimunjawa, langsung berhadapan dengan barisan pegunungan Karimunjawa sehingga kalau dilihat dari jauh seperti Pulau Maitara dan Pulau Tidore di uang kertas seribuan.
tiba di karimun jawa:
kediaman mbak rani, penginapan asli warga karimun:
Sampai di rumah Mbak Rani yang hanya 1 km dari dermaga, kami disuguhi es kelapa muda. Luar biasa segar. Nyesss, setelah disengat panasnya matahari, sensasi sirup merah dan irisan tipis kelapa muda langsung membangkitkan nafsu makan dan segera menghajar tongkol goreng ala Karimunjawa. Hmm, lezat sekali. Gurih dan membuat otak menjadi pintar.
Saat ini di Karimunjawa sudah banyak tersedia hotel murah dan homestay. Pemerintah daerah setempat menaruh perhatian besar terhadap perkembangan pariwisata di Karimunjawa. Sejak 2008, kunjungan wisatawan mulai ramai dan tren terus meningkat hingga saat ini. Kami tidak menginap di homestay atau hotel karena pertimbangan biaya, selain itu dengan menginap di rumah Mbak Rani kami dapat ikut berinteraksi langsung dengan warga setempat dan merasakan kehidupan sosial di sana. Setelah istirahat sejenak dan beres-beres barang bawaan, kami jalan menuju dermaga nelayan di sisi barat pulau. Dari sini pemandangan sunset terlihat indah. Senja oranye di horizon laut dipadu langit yang masih sedikit kebiruan di atasnya, beberapa perahu nelayan melintas. Menjadi kombinasi siluet indah pada foto-foto yang dihasilkan.
foto by mbak siti:
maaf boi, waktu sunset ketiduran, jadi ditinggal temen2
Dari dermaga kami menuju alun-alun di depan kantor kecamatan. Alun-alun ini adalah pusat keramaian di Karimunjawa dan menjadi semacam “tempat-tidak-resmi-untuk-ketemuan-tanpa-sengaja-dan-janjian-untuk-ketemu-lagi-secara-tidak-sengaja-besok-dan-besoknya lagi” bagi tamu-tamu di yang berkunjung ke Karimunjawa. Saat itu tamu yang datang kebanyakan adalah keluarga-keluarga dari luar kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
Di sekeliling alun-alun ada beberapa kantor pemerintahan. Warga setempat diberi modal oleh kecamatan untuk berdagang di alun-alun. Mereka diberi tempat usaha dan diwajibkan berjualan setiap malam, ada atau pun tidak ada tamu yang berkunjung. Hal tersebut dilakukan untuk meramaikan suasana “pusat kota” Karimunjawa yang akan berimbas pada perkembangan wisata di sana. Oleh pemerintah setempat, warga dihimbau untuk bersikap ramah kepada tamu dan memang sikap ramah itulah yang kami terima dari warga selama kami berada di sana.
Hari pertama di Karimunjawa kami lewati dengan senyum indah sebelum tidur. Kesampaian juga keinginan kami untuk berkunjung di kepulauan eksotis ini. Seperti anak kecil yang mendapat es krim setelah sebelumnya hanya bisa menanti-nanti janji orangtuanya untuk membelikan es krim itu. (Bersambung)
Catatan
Karimunjawa hari 1, Minggu 12 Septebmer 2010, peserta 7 orang
Tujuan wisata : dermaga KM Muria, dermaga nelayan, alun-alun kecamatan
Click here to get MIMITMAMATKU FRESH HOT PICTURES to your inbox !