Jhon Jerome, warga Amerika pemalsu paspor dan Gayus Tambunan
Gayus Bongkar Keterlibatan CIA dan Satgas
Tribunnews.com - Rabu, 19 Januari 2011 14:13 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Janji Gayus HP Tambunan untuk buka-bukaan ia realisasikan. Seusai divonis 7 tahun penjara, Gayus menyebut dirinya selalu dipojokkan oleh anggota Satgas yakni Denny Indrayana dan dua rekannya yakni Mas Achmad Santosa serta Yunus Husein.
Dan yang paling mengejutkan, Gayus menyebut bahwa Jhon Jerome Grice yang membantunya membuat paspor palsu, adalah agen CIA.
"Soal John Grice, dia cerita ke saya bahwa dia adalah agen CIA dan kegiatannya diketahui salah satu anggota Satgas," tegas Gayus seusai divonis 7 tahun penjara di PN Jakarta Selatan, Rabu (19/7/2011).
Gayus menyesalkan, kenapa Deny Indrayana yang berjanji jika dirinya akan membongkar mafia pajak di Indonesia, justru dijadikan bulan-bulanan oleh Denny.
Gayus menyebut, dirinya diarahkan Denny untuk mengaku dirinya bertemu dengan Aburizal Bakrie di Bali. "Istri saya dipaksa-paksa untuk mengaku bertemu Ical di Bali, padahal tidak. Kalau tidak, kenapa yang tidak saya lakukan dipaksa untuk diakui," keluh Gayus sambil terisak.
Gayus juga mengatakan bahwa dirinya selalu diarahkan Denny Indrayana untuk selalu mengungkap tiga perusahaan Ical atau Aburizal Bakrie dalam kasusnya.
"Yang dijadikan sasaran tembak Denny, selalu Ical. Padahal, kalau mau membongkar mafia pajak, bukannya sasarannya tembaknya adalah Direktur dan Dirjen Pajak dan peran Cirus Sinaga yang membongkar kasus Antasari Azhar," urai Gayus.
http://www.tribunnews.com/
Raksasa Bisnis Amerika di Daftar Pasien Gayus
Lima perusahaan raksasa Amerika masuk daftar pasien Gayus Tambunan. Siapa saja mereka?
Rabu, 19 Januari 2011, 15:33 WIB
VIVAnews - Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, telah mengirimkan 151 daftar wajib pajak yang pernah ditangani Gayus Tambunan kepada pihak kepolisian.
Yang menarik dari daftar itu adalah sejumlah perusahaan raksasa asal Amerika Serikat. Sejumlah perusahaan Amerika yang masuk daftar pasien Gayus adalah Chevron Indonesia Company dan PT Chevron Oil Products Indonesia, PT Ford Motor Indonesia, PT McDermott Indonesia, PT Newmont Nusa Tenggara dan PT Dowell Anadrill Schlumberger.
VIVAnews telah meminta konfirmasi beberapa perusahaan Amerika yang masuk daftar 'pasien' Gayus. Direktur Komunikasi Korporat Ford Lea Kartika Indra mengatakan perusahaanya tidak pernah berurusan dengan Gayus Tambunan. Ia justru heran mengapa nama perusahaanya masuk dalam daftar tersebut.
Namun, Lea mengakui Ford memang memiliki sejumlah kasus sengketa pajak. Sampai saat ini, sengketa itu sudah ada yang diselesaikan, tapi ada juga yang belum tuntas. "Sengketanya kurang bayar dan lebih bayar," katanya.
Perusahaan lainnya adalah PT Newmont Nusa Tenggara. Manajer Komunikasi Korporat Newmont Nusa Tenggara, Kasan Mulyono mengakui perusahaannya memiliki sejumlah sengketa pajak.
Namun, menurut Kasan, Newmont telah mengikuti proses pengadilan pajak sesuai ketentuan. Bahkan Newmont telah mendapatkan status sebagai Wajib Pajak Patuh dari Kantor Pajak setiap tahun sejak 2003. "Ini merupakan bukti bahwa Newmont Nusa Tenggara selalu mematuhi semua ketentuan perpajakan."
Sekedar informasi Gayus Tambunan adalah pegawai Ditjen Pajak yang bertugas di bagian Penelaah Keberatan, serta bagian Banding Ditjen Pajak pada 2007. Dia berurusan dengan para wajib pajak yang menghadapi sengketa perpajakan.
Belakangan ini Gayus makin menyeruak terkait dengan kasus paspor palsunya yang dibuat oleh John Jerome Grice, seorang agen CIA, Amerika Serikat. "John Grice adalah agen CIA dan diketahui oleh Satgas," kata Gayus Tambunan usai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu 19 Januari 2011. Polisi menduga John Grice sebagai otak dalam pemalsuan paspor.
Saat dimintai konfirmasinya, juru bicara Kedubes Amerika Serikat di Jakarta, Paul Belmont, enggan mengomentari soal perusahaan-perusahaan Amerika yang masuk daftar 'pasien' Gayus. Ia hanya mengatakan mengetahui hal itu hanya dari media.
"Kami mengetahui apa yang terjadi hanya dari media, kami menolak berkomentar karena penyelidikan kasus ini masih berlanjut," ujar Belmont saat dihubungi VIVAnews.com.
Untuk mengetahui lebih jauh sepak terjang raksasa bisnis Amerika di Indonesia, berikut ini profil ringkasnya.
1. Ford Motor
Ford Motor adalah salah satu raksasa otomotif besar dunia asal Amerika Serikat. Di Indonesia, melalui Ford Motor Indonesia juga beroperasi sebagai agen tunggal pemegang merek Ford. Kegiatan bisnis FMI adalah impor, penjualan, serta perawatan dan suku cadang. Sepanjang 2010, FMI berhasil menjual 8.871 unit kendaraan dengan menguasai pangsa pasar mobil di Indonesia 1,2 persen.
2. McDermott
McDermott merupakan perusahaan konstruksi, rekayasa dan instalasi terkemuka yang fokus pada pengembangan proyek-proyek minyak dan gas lepas pantai di seluruh dunia. Beroperasi di lebih dari 20 negara yang tersebar di Atlantik, Timur Tengah dan Asia Pasifik, McDermott mempekerjakan 16 ribu lebih karyawan. McDermott melayani proyek-proyek energi sejak 1923.
3. Newmont
Newmont merupakan salah satu produsen emas terbesar dunia asal Amerika Serikat. Melalui PT Newmont Nusa Tenggara juga menjadi penambang emas dan tembaga besar di Indonesia. Newmont memiliki konsesi tambang emas dan tembaga di Lapangan Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Newmont mempekerjakan sekitar 8000 orang karyawan. Cadangan emas dan tembaga Lapangan Batu Hijau diperkirakan mencapai 1,1 miliar ton dan bisa bertahan hingga 2027. Newmont sedang mengeksplorasi lapangan lain, seperti Elang.
4. Chevron
Chevron Corp merupakan salah satu pemain minyak, pertambangan dan energi terbesar dunia asal Amerika Serikat. Selain di bisnis minyak, Cevron juga bergerak di sektor pertambangan, pembangkit, petrokimia dan energi. Di Indonesia, Chevron juga mengelola sejumlah ladang minyak dan gas melalui PT Chevron Pacific Indonesia. Salah satunya adalah di Riau. Chevron memproduksi sekitar 40 persen minyak mentah Indonesia. Chevron juga tengah mencari cadangan minyak dan gas dari Sumatera hingga lepas pantai Kalimantan Timur. Chevron juga menjual pelumas lewat PT Chevron Oil Products Indonesia.
5. Schlumberger
Schlumberger merupakan perusahaan penyedia layanan teknologi, solusi informasi dan manajemen proyek terpadu yang melayani industri minyak dan gas. Didirikan pada 1926, Schlumberger merupakan perusahaan terkemuka dunia yang mempekerjakan lebih dari 105.000 orang di 80 negara. Schlumberger pernah masuk jajaran perusahaan paling mengesankan di Amerika Serikat yang berpusat di Houston, AS. Di Indonesia, Schlumberger beroperasi lewat PT Dowell Anadrill Schlumberger.
http://us.bisnis.vivanews.com/
AS Siap Bantu Kejar Aset Gayus di LN
Senin, 17 Januari 2011 | 17:57 WIB
JAKARTA | SURYA Online - Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein mengatakan, pihaknya saat ini terus melakukan pengejaran terhadap aset-aset terdakwa kasus korupsi pajak Gayus HP Tambunan yang diduga berada di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, China, dan Amerika Serikat (AS).
Menurut Yunus, pemerintah AS siap bekerja sama jika aset mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak tersebut berada di negaranya.
“Saat ini, hanya AS saja yang memiliki MoU (nota kesepahaman) dengan Indonesia terkait pengembalian asetnya. AS akan siap membantu,” kata Yunus usai mengikuti rapat kabinet terbatas bidang politik, hukum, dan keamanan di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (17/1/2011).
Sementara itu, sambung Yunus, hingga saat ini Indonesia belum memiliki nota kesepahaman dengan Singapura, Malaysia, dan China. Terkait upaya pengejaran aset di ketiga negara tersebut, Yunus menekankan, PPATK belum menemukan titik terang.
http://www.surya.co.id/
---------------
Kalau yang suka membaca kisah petualangan CIA di berbagai negara, adalah hal biasa lembaga intelejen terbesar di dunia itu menjadi ujung tombak dalam melindungi perusahaan-perusahaan milik AS yang beroperasi di luar negeri. Mungkin anda masih ingat kisah sengketa Presiden Chile, Allieande, dengan perusahan elektrik dari AS, General Electric, tahun 1970-an lalu (silahkan lihat link ini). CIA sampai terlibat kudeta Presiden Chile yang seenaknya melakukan nasionalisasi bisnis GE waktu itu di negerinya. Jelaslah GE tak terima, dan ujung-ujungnya mereka minta bantuan CIA. CIA kemudian menyelesaikan tugasnya untuk mengembalikan asset-asset GE yang telah di nasionalisasi itu, setelah sang Presiden 'berhasil' digulingkan oleh sebuah kudeta lainnya.