Zakat Sebelum Haul
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Sebelumnya kita berikan definisi,
Di bulan Rajab th. 37 H, Paijo memiliki tabungan senilai 45 jt. Uang Paijo sudah satu nishab. Ketika Ramadhan di tahun yang sama, Paijo membayar zakat 2,5% dari tabungannya. Sementara uang itu baru mengendap 2 bulan di tempatnya Paijo.
Apa yang dilakukan Paijo adalah membayar zakat sebelum haul, tapi sudah nishab.
Ada 2 hal yang perlu kita bedakan,
[1] Membayar zakat sebelum haul.
[2] Membayar zakat sebelum nishab.
Sebab wajibnya zakat adalah memiliki harta sebesar satu nishab. Sementara haul adalah syarat wajib zakat.
Membayar zakat sebelum nishab, sama dengan membayar zakat sebelum waktunya, sebagaimana orang yang shalat sebelum masuk waktu.
Karena itulah ulama sepakat tidak boleh membayar zakat sebelum memiliki harta satu nishab.
Ibnu Qudamah mengatakan,
ولا يجوز تعجيل الزكاة قبل ملك النصاب بغير خلاف علمناه ، ولو ملك بعض نصاب فعجل زكاته أو زكاة نصاب : لم يجُز ؛ لأنه تعجَّل الحكم قبل سببه
Tidak boleh mendahulukan zakat sebelum memiliki harta satu nishab, tanpa ada perbedaan pendapat ulama yang kami tahu. Jika ada orang memiliki harta separuh nisab, lalu dia menyegerahkan zakat, atau dia bayar zakat satu nishab, hukumnya tidak boleh. Karena dia mendahulukan hukum sebelum sebab. (al-Mughni, 2/495)
Dalam Ensiklopedi Fiqh juga dinyatakan,
لا خلاف بين الفقهاء في عدم جواز التكفير قبل اليمين ؛ لأنه تقديم الحكم قبل سببه ، كتقديم الزكاة قبل ملك النصاب ، وكتقديم الصلاة قبل دخول وقتها .
Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang tidak bolehnya membayar kaffarah sumpah sebelum ada sumpah, karena berarti mendahulukan hukum sebelum ada sebabnya. Seperti mendahulukan zakat sebelum memiliki satu nishab, atau mendahulukan shalat sebelum masuk waktunya. (al-Masusu’ah al-Fiqhiyah, 35/48)
Bolehkah mendahulukan zakat sebelum haul setelah dia memiliki harta sebanyak satu nishab?
Ada 2 pendapat dalam masalah ini:
Pendapat Pertama, pendapat Malikiyah dan Zahiriyah.
Mereka melarang membayar zakat sebelum haul. Karena zakat adalah ibadah yang tidak boleh ditunaikan sebelum datang syarat wajibnya.
Pendapat Kedua, pendapat jumhur ulama.
Mereka membolehkan membayar zakat sebelum berlalu satu tahun (haul). Karena zakat adalah kewajiban bagi harta, sehingga boleh disegerakan sebagaimana bolehnya menyegerahkan pembayaran utang sebelum jatuh tempo.
Dan inilah pendapat yang kuat, dengan alasan,
Pertama, riwayat bahwa paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abbas bin Abdul Muthallib radhiyallahu ‘anhu pernah menyegerahkan pembayaran zakatnya sebelum haul.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bercerita,
أَنَّ الْعَبَّاسَ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ تَعْجِيلِ صَدَقَتِهِ قَبْلَ أَنْ تَحِلَّ فَرَخَّصَ لَهُ فِى ذَلِكَ
Abbas pernah bertanya kepada Rasulullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hukum menyegerahkan zakat sebelum haul. Lalu beliau memberikan keringanan akan hal itu. (HR. Turmudzi 680, ad-Darimi 1689 dan dihasankan al-Albani)
Dalam riwayat lain, juga dari Ali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesa kepada Umar radhiyallahu ‘anhu,
إِنَّا قَدْ أَخَذْنَا زَكَاةَ الْعَبَّاسِ عَامَ الأَوَّلِ لِلْعَامِ
Saya telah menarik zakatnya Abbas, tahun kemarin untuk tahun ini. (HR. Turmudzi 681 dan dihasankan al-Albani).
Setelah ad-Darimi menyebutkan hadis di atas, beliau mengatakan,
آخُذُ بِهِ وَلاَ أَرَى فِى تَعْجِيلِ الزَّكَاةِ بَأْساً
Saya mengambil pendapat ini, dan saya berpendapat, boleh menyegerakan zakat. (Sunan ad-Darimi, 5/107)
Kedua, haul dalam zakat adalah syarat wajib zakat. Dan orang boleh saja melakukan ibadah sebelum datang syarat wajib ibadah. Misalnya, diantara syarat wajib shalat adalah baligh. Namun anak tamyiz yang bellum baligh, boleh saja melakukan shalat, meskipun dia belum wajib shalat.
Ibnu Rajab menyebutkan dalam kaidah,
العبادات كلها سواء كانت بدنية أو مالية أو مركبة منهما لا يجوز تقديمها على سبب وجوبها ويجوز تقديمها بعد سبب الوجوب وقبل الوجوب أو قبل شرط الوجوب
“Semua ibadah sama, baik badaniyah, maliyah atau gabungan keduanya, tidak boleh dilakukan sebelum ada sebab wajibnya. Dan boleh dilakukan setelah ada sebab wajibnya dan sebelum adanya kewajiban atau syarat wajibnya. (al-Qawaid al-Fiqhiyah, 1/9).
Dalam Syarh al-Mumthi’, Imam Ibnu Utsaimin mengungkapkan dengan redaksi berbeda,
تقديم الشيء على سببه ملغى، وعلى شرطه جائز
Mendahulukan sesuatu sebelum adanya sebab wajibnya, tidak dihitung. Sementara mendahulukan sesuatu sebelum ada syarat wajibnya, boleh. (as-Syarh al-Mumthi’, 6/169).
Allahu a’lam.
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Follow @wisbenbae
Post a Comment Blogger Facebook