Dalam khazanah keilmuan Islam telah dikenal istilah “Khalifah”, “Imam”, dan “Amirul Mukminin”. Ketiganya adalah istilah syar’i dan sebutan bagi seorang penguasa. Dalam sejarah Islam, istilah-istilah tersebut telah dipakai untuk menggelari seorang penguasa yang mengurusi urusan kaum muslimin. Karena ketiga istilah ini memiliki sandaran dalil, ia menjadi sebaik-baik gelar bagi seorang penguasa. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya:
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ يَزِيدَ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ رُزَيْقِ بْنِ حَيَّانَ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ قَرَظَةَ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al Handlali telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami Al Auza’i dari Yazid bin Yazid bin Jabir dari Ruzaiq bin Hayyan dari Muslim bin Qaradlah dari ‘Auf bin Malik dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo’akan kalian dan kalian mendo’akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka.” Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?” maka beliau bersabda: “Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka.” (H.R. Muslim, No 3447)
Dalam riwayat lain disebutkan:
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ يَعْنِي ابْنَ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ أَخْبَرَنِي مَوْلَى بَنِي فَزَارَةَ وَهُوَ رُزَيْقُ بْنُ حَيَّانَ أَنَّهُ سَمِعَ مُسْلِمَ بْنَ قَرَظَةَ ابْنَ عَمِّ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ يَقُولُ سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيَّ يَقُولُا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قَالُوا قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ عِنْدَ ذَلِكَ قَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ أَلَا مَنْ وَلِيَ عَلَيْهِ وَالٍ فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ وَلَا يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ قَالَ ابْنُ جَابِرٍ فَقُلْتُ يَعْنِي لِرُزَيْقٍ حِينَ حَدَّثَنِي بِهَذَا الْحَدِيثِ آللَّهِ يَا أَبَا الْمِقْدَامِ لَحَدَّثَكَ بِهَذَا أَوْ سَمِعْتَ هَذَا مِنْ مُسْلِمِ بْنِ قَرَظَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ عَوْفًا يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَجَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَقَالَ إِي وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَسَمِعْتُهُ مِنْ مُسْلِمِ بْنِ قَرَظَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ رُزَيْقٌ مَوْلَى بَنِي فَزَارَةَ قَالَ مُسْلِم وَرَوَاهُ مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ قَرَظَةَ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ
Telah menceritakan kepada kami Daud bin Rusyaid telah menceritakan kepada kami Al Walid -yaitu Ibnu Muslim- telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Yazid bin jabir telah mengabarkan kepadaku bekas budak Bani Fazarah Ruzaiq bin Hayyan bahwa dia mendengarMuslim bin Qardzah bin ‘Ammi ‘Auf bin Malik Al Asyja’i dia berkata; saya mendengar ‘Auf bin Malik Al Asyja’i berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, kalian mendo’akan mereka dan mereka mendo’akan kalian. Sedangkan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka pun mengutuk kalian.” Mereka berkata, “Kemudian kami bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kami memerangi mereka ketika itu?” beliau menjawab: “Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian, tidak selagi mereka masih mendirikan shalat bersama kalian. Dan barangsiapa dipimpin oleh seorang pemimpin, kemudian dia melihat pemimpinnya bermaksiat kepada Allah, hendaknya ia membenci dari perbuatannya dan janganlah ia melepas dari ketaatan kepadanya.”
Ibnu Jabir berkata, “Lalu aku bertanya kepada Ruzaiq, yaitu ketika dia menceritakan kepadaku hadits ini, ‘Demi Allah wahai Abu Miqdam, apakah dia menceritakan ini kepadamu? ‘, Atau, Apakah kamu mendengar ini dari Muslim bin Qardlah, bahwa dia berkata, ‘Saya mendengar ‘Auf berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? ‘ dia menjawab, “kemudian dia duduk bertumpu di atas kedua lututnya dan menghadapkan ke kiblat sambil berkata, “Demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, sungguh saya pernah mendengarnya dari Muslim bin Qardlah berkata, ‘Saya mendengar ‘Auf bin Malik berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Musa Al Anshari telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslimtelah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir dengan isnad ini, Ruzaiq bekas budak Bani Fazarah. Muslim berkata; dan telah meriwayatkannya Mu’awiyah bin Shalih dari Rabi’ah bin Yazid dariMuslim bin Qardlah dari ‘Auf bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” (H.R. Muslim, No 3448)
Dalam kedua hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggelari penguasa dengan sebutan “imam”. Sedangkan sebutan “khalifah” kita temukan dalam riwayat berikut:
وَ حَدَّثَني وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةِ الْوَاسِطِيُّ. حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ عَنِ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بُوْيِعَ لِخَلِيْفَتَيْنِ، فَاقْتُلوْا الآخَرَ مِنْهُمَا
Dan telah menceritakan kepadaku Wahb bin Baqiyah Al-Wasithi telah menceritakan kepada kami Khalid bin Abdullah dari Al-Jurairi Dari Abu Nadirah Dari Abu Sa’ad Al-Khudri Ra., Katanya Rasulullah Saw. Bersabda:”Apabila di baiat (diangkat) orang Khalifa tandingan (sehingga terdapat Khalifah tandingan), maka bunuhlah yang terakhir.” (HR Muslim, No 1853)
Kemudian istilah “Amirul Mukminin” disandarkan pada ijma’ shahabat, sebagaimana terdapat dalam riwayat Al-Hakim dalam Al-Mustadrak:
عن ابن شهاب الزهري ” أن عمر بن عبد العزيز سأل أبا بكر بن سليمان بن أبي حثمة: لأى شيئ كان يكتب: من خليفة رسول الله صلى الله عليه وسلم في عهد أبي بكر رضي الله عنه، ثم كان عمر رضي الله عنه يكتب أولا: من خليفة أبي بكر، فمن أول من كتب: من أمير المؤمنين؟
فقال: حدثتني الشفاء، وكانت من المهاجرات الأول، أن عمر بن الخطاب رضي الله عنه كتب إلى عامل العراق، بأن يبعث إليه رجلين جلدين يسألهما عن العراق وأهله، فبعث عامل العراق بلبيد بن ربيعة وعدي بن حاتم، فلما قدما المدينة أناخا راحلتيهما بفناء المسجد ثم دخلا المسجد فإذا هما بعمرو بن العاص، فقالا: استأذن لنا يا عمرو على أمير المؤمنين، فقال عمرو: أنتما والله أصبتما اسمه، هم الأمير ونحن المؤمنون، فوثب عمرو فدخل على عمر أمير المؤمنين فقال: السلام عليك يا أمير المؤمنين. فقال عمر: ما بدا لك في هذا الاسم يا ابن العاص؟ لتخرجن مما قلت: فأخبره و قال : أنت أمير, ونحن المؤمنون, فجرى الكتاب بذلك من يومئذ.
Dari Ibnu Syihab Az-Zuhri bahwa Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada Abu bakar bin Sulaiman bin Hatsman untuk apa dia menulis surat “Dari khalifah Rasulullah saw di zaman Abu Bakar, dan penulisan dari “Khalifah Abu Bakar.” Lalu siapa yg pertama kali menulis “Dari Amirul Mukminin”?
Abu Bakar bin Sulaiman berkata: Asy-Syifa’ -seorang wanita muhajirat- berkata bahwa setiap kali menulis surat, Abu Bakar akan memulainya dengan kalimat: “Dari Khalifah Rasulullah.” Sedangkan Umar memulai dengan “Dari Khalifah khalifah Rasulullah.” Hingga suatu waktu Umar menulis surat kepada pejabat di Irak untuk mengutus dua orang yang kuat agar dia bertanya ttg Irak dan masyarakatnya. Pejabat itu mengutus Lubaid bin Rabi’ah dan ‘Adi bin Hatim kepada Umar. Keduanya lalu menuju Madinah dan masuk masjid Nabawi. Kedua org tadi brtemu dg ‘Amr bin ‘Ash. Mereka berkata: “Bantulah kamu meminta izin kepda Umar hingga kami dapat bertemu dg Amirul Mukminin.”
‘Amr berkata: “Demi Allah, nama yang kalian berdua katakan sangat cocok untuk Umar.”
Kemudian ‘Amr masuk menemui Umar. Dia berkata, “Assalamu’alayka ya Amirul Mukminin”.
Umar berkata: “Apa yg terbetik dibenakmu dg nama ini? Beritahukanlah kepadaku apa yg mendorongmu memanggilku dg sebutan tadi.”
“Amr memberitahukan apa yg terjadi, dan dia berkata. “Kami adalah kaum mukminin, dan engkau adalah Amir (pemimpin) kami”. Dan sejak saat itulah surat-surat yang dikirimkan Umar bin Khatthab menngunakan nama tersebut. [Tarikh Khulafa, Darul Ghad Al-Jadid, hal. 144]
Begitulah yang diriwayatkan oleh Al-Hakim sebagaimana yang dikutip oleh As-Suyuthi dalam Tarikh Khulafa’. Selain dari riwayat Al-Hakim, Ibnu Asakir juga pernah meriwayatkan hal yang sama dari Mu’awiyah bin Qurrah. Dari riwayat tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa gelar “amirul mukminin” pertama kali muncul pada masa pemerintahan ‘Umar r.a. Dan sebutan tersebut terus dipakai tanpa diingkari oleh siapa pun dari kalangan sahabat. Dengan begitu, para sahabat telah bersepakat atas kebolehan menggunakan istilah tersebut bagi penguasa kaum muslimin.
Inilah ketiga gelar yang disematkan kepada penguasa kaum muslimin. Dan ketiganya adalah sebaik-baik gelar karena memiliki landasan syar’i baik dari as-sunnah maupun ijma’ sahabat. Sehingga ketiganya menjadi istilah yang identik dengan sistem pemerintahan Islam. Sekaligus mendeskripsikan konsep kepemimpinan dalam Islam yang tegak di atas keimanan. Wallahu a’lam.
[Kusnady Ar-Razi, 5/7/2013]
Follow @wisbenbae