Allah Maha Segalanya, Ini Salah?
Bolehkah mengucapkan, Allah Maha Segalanya?
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Dalam KBBI, kata Maha artinya sangat, amat, teramat. Bisa juga diartikan besar. seperti Mahaguru, berarti guru besar.
Karena itu, kata Maha pada dasarnya tidak bisa berdiri sendiri. Dia statusnya sifat yang harus diikuti kata yang lain untuk bisa dipahami maknanya.
Semua Nama itu Baik dan semua Sifat Allah itu Indah
Prinsip ini sangat ditekankan oleh Allah dalam al-Quran. Ketika Allah memperkenalkan diri-Nya dalam al-Quran, Allah menyebutkan berbagai macam nama dan sifat-Nya yang indah. Seperti ar-Rahman, ar-Rahim, al-Hayyu, al-Qayyum, al-Mannan, ar-Razzaq, dst.
Bahkan Allah menegaskan, hanya miliknya nama-nama yang indah itu.
Allah berfirman,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
Hanya milik Allah al-Asma al-Husna, karena itu, gunakanlah nama itu untuk memanggil Allah. (QS. al-A’raf: 180)
Yang dimaksud al-Asma al-Husna adalah nama yang mengandung puncak kebaikan. Karena nama-nama ini mengandung sifat-sifat mulia yang sempurna. Sama sekali tidak ada makna buruk di sana.
Misalnya nama Allah al-Hayyu, artinya yang Maha Hidup. Nama ini menunjukkan bahwa hidupnya Allah adalah hidup sempurna (al-Hayat al-Kamilah). Hidup tidak didahului ketiadaan dan tidak akan berakhir.
Allah memiliki nama al-Alim, yang artinya Maha Mengetahui. Artinya, Dia Maha Mengetahui, dengan pengetahuan yang sempurna. Pengetahuan yang tidak ada cacat sama sekali dan tidak didahului kebodohan.
(al-Qawaid al-Mutsla, hlm. 6)
Demikian pula sifat Allah, Dia Dzat yang sifatnya mulia, sifat yang indah.
وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Hanyalah milik Allah sifat-sifat yang mulia. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.(QS. an-Nahl: 60).
Karena itu, semua sifat yang maknanya murni kekurangan, seperti mati, bodoh, pelupa, lemah, miskin, dst, semua menjadi sifat yang haram bagi Allah. (al-Qawaid al-Mutsla, hlm. 18).
Ketika orang yahudi menyebut Allah fakir, Allah mengancam mereka. Karena seperti ini berarti memberikan sifat buruk untuk Allah. Allah berfirman,
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: “Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya.” Kami akan mencatat perkataan mereka itu.(QS. Ali Imran: 181).
Allah Maha Segalanya?
Kita bisa memahami, kata ‘segalanya’ bermakna umum. Artinya bisa berarti baik atau berarti buruk.
Karena itu, kata segalanya atau segala sesuatu, umumnya dikembalikan kepada makhluk. Sehingga, jika disandarkan kepada Allah, kata ini harus menjadi objek.
Dan itulah yang Allah ajarkan dalam al-Quran. Kita banyak menjumpai ayat,
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu..”
Dalam al-Quran, kalimat ini Allah sebutkan sebanyak 33 kali.
Anda bisa perhatikan, segala sesuatu dalam ayat itu menjadi objek atas Maha Kuasanya Allah.
Kita juga sering mendengar,
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu..
Kalimat ini juga banyak dalam al-Quran. Dan anda bisa perhatikan, kata sesuatu di situ sebagai objek.
Demikian juga kalimat,
وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطًا
Allah Maha Meliputi segala sesuatu.
Karena itu yang tepat, kita tidak mengatakan Allah Maha Segalanya. Tapi kita mengatakan, “Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” atau “Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” sesuai dengan konteks pembicaraan.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Follow @wisbenbae
Post a Comment Blogger Facebook