
Pagi itu tana toraja terasa sangat dingin, motor sewaan saya arahkan menuju jalan yang mengarah ke makale, karena objek wisata di toraja ini terdapat di sepanjang jalan poros makale-rantepao. Tujuan pertama saya adalah objek wisata yang sangat terkenal di toraja, yaitu kete kesu. Saat motor yang saya tumpang mulai meninggalkan batas wilayah kota rantepao, saya melihat papan petunjuk arah ke objek wisata “Rante Karassik”.
![]() |
Rante Karassik |
Jujur saja kalau objek wisata Rante Karassik ini tidak ada dalam list objek wisata yang akan saya kunjungi di toraja. Jadi saya tak punya gambaran tetang objek wisata ini. Sampai ahirnya saya tahu kalau objek wisat itu berupa lapangan dengan batu batu megalitikum yang tertancap di tanah (hampir mirip seperti objek wisata gunung padang di jawa barat, tapi jumlah batunya sangat sedikit). Masuk objek wisata ini tidak di pungut bayara dan sepertinya objek wisat ini tak terawat. Saya hanya beberapa menit saja di sini,karena tak ada hal yang menarik di sini.
patung tedong |
Dari Rante Karassik, saya kembali menuju jalan poros. Kembali saya memacu motor menuju arah makale, tak terlalu jauh, saya bertemu pertigaan yang ada patung kerbau bule (tedong) tepat di sebuah persimpangan. Patung kerbau inilah yang menjadi patokan jika ingin ke kete kesu. Jika kita tetap lurus maka kita akan ke kota makale dan bertemu beberapa objek wisata lain, sementara jika kita berbelok ke sebelah kiri, kita akan menuju objek wisata "buntu pune" dan "kete kesu". Saya mengarahkan laju motor saya menuju kete kesu, namun sekitar 1 KM sebelum kete kesu, saya mampir dulu di objek wisata buntu pune.
Buntu pune maupun kete kesu berada di sebelah kanan jalan, jika kete kesu terlihat dari jalan raya namun buntu pune tidak nampak dari jalan. Sesampainya di buntu pune, saya hanya seorang diri saja, tak ada satu wisatawan pun di sini. Maklumlah mungkin ini masih terlalu pagi bagi wisatawan lain untuk memulai menjelajah toraja. Objek wisata buntu pune sendiri berupa rumah adat (tongkonan) dan kuburan yang di letakan di dinding – dinding batu. Puas menikmati keunikan rumah adat, saya melangkah lebih jauh mendekati kuburan yang terletak tak terlalu jauh dari rumah adat. Saya hanya sebentar saja melihat kuburan kuburan itu dan bergegas kembali ke rumah adat (suasana di kuburan cukup serem dan membuat nyali saya ciut, berkunjung seorang diri ke buntu pune saat tak ada wisatawan lain adalah pilihan yang salah, hahahaha). Saat kembali ke rumah adat, saya di kagetkan dengan gonggongan anjing yang berlari ke arah saya, hal ini bikin nyali saya makin ciut (oh tuhan kenapa kau ciptakan anjing – anjing galak seperti ini --____-- ). Berhubung saya sangat takut anjing, dan anjingnya sudah mulai semakin mendekat,jadi saya cepat cepat kembali ke parkiran dan meningalkan buntu pune. FYI : sepertinya jika memasuki objek wisata ini kita harus membayar tiket masuk, namun saat itu masih pagi jadi belum ada yang berjaga memungut tiket masuk.
Buntu Pune |
Sesampainya di kompleks pemakaman, saya di sambut oleh puluhan tengkorak kepala yang di susun seperti pajangan toko (--____--), tulang belulang di letakan bertumpuk di peti – peti yang sudah nampak usang dan rapuh, beberapa penti yang lain masih berada di dinding – dinding tebing dengan di topang kayu yang di tancapkan ke dinding tebing tersebut. Peti – peti yang di bawah ini mungkin peti – peti yang sudah jatuh karena kayu penopangnya sudah lapuk. Saat sedang asik – asik memotret tengkorak , tiba tiba kamera saya mati karena low batte (kenapa kamera saya matinya di tempat seperti ini ya? Saya kan jadi berpikir yang bukan – bukan, * nyali langsung ciut lagi ). Sebelum pikiran saya yang bukan bukan itu menjadi nyata, saya segera meninggalkan kompleks pemakaman dan kembali ke parkiran motor untuk mengahiri kunjungan saya di kete kesu. Tujuan saya berikutnya adalah objek wisata londa, namun karena kamera saya mati jadi saya putuskan untuk kembali ke rantepao dan mencarger kamera saya di salh satu warung padang.
![]() |
Kete Kesu |
![]() |
View jalan menuju Tilanga |
![]() |
Tilanga |
Puas menyaksikan aksi lompatan – lompatan dari para pengunjung yang berenang, saya putuskan mengahiri kunjungan di sini dan melanjutkan kunjungan saya berikutnya. Kembali saya arahkan motor menuju jalan poros ke arah makale. Tak terlalu jauh dari jalan yang menuju tilangan, kembali saya bertemu petunjuk arah menuju objek wisat lain, yaitu lemo. Untuk masuk objek wisata ini wisatawan domestik harus membayar tiket seharga 10k / orang. Objek wisata lemo sendiri berupa tebing yang di lubangi dan lubang- lubang tersebut di isi oleh peti – peti jenajah. Di atas tebing juga di letakan patung kayu yang di sebut “tau – tau“ . Setiap satu tau-tau mewakili satu jenajah yang di kubur di dinding tebing tersebut, dan tau-tau itu di ukir menyerupai muka orang yang sudah meninggal tersebut. Objek wisata lemo sangat asri karena kita bisa melihat hamparan sawah,hutan dan tebing – tebing yang di lubangi. Di sini juga terdapat banyak sekali penjual sovenir,dan yang paling unik adalah tau-tau yang bisa anda jadikan sovenir, menarik bukan.
![]() |
Lemo |
Apa mungkin penampilan saya kayak rampok kali ya karena saya menggendong tas segede bagong, harusnya anjing anjing itu sadar, kalau muka semanis dan setampan saya mana mungkin rampok, hahaha. Puas menikmati keunikan lemo, saya kembali arahkan motor menuju jalan poros ke arah makale. Di tengah perjalanan saya bertemu sebuah pertigaan yang mengarah ke Sangalla/Makula dan makale. Karena objek wisata yang akan saya tuju berikutnya berada di kawasan sangalla,maka saya arahkan laju motor saya menuju sangalla.
Objek wisata berikutnya yang akan saya tuju adalah kuburan bayi yang kubur di dalam pohon taraa, objek wisata ini di sebut “baby grave – kambira” . Objek wisata ini sangat jauh dari jalan poros makale-rantepao, sehingga saya harus berhenti berkali – kali untuk bertanya pada orang – orang yang saya temui di jalan dan memastikan bahwa jalan yang saya tempuh ini benar menuju objek wisata Kambira.
![]() |
Kambira |
Setelah menempuh jalan cukup jauh, kembali saya bertemu sebuah pertigaan (sepertinya ini sebuah pasar). Dari pertigaan ini, saya mengambil arah kiri sesuai petunjuk arah dari orang – orang yang sebelumnya saya tanya. Tak terlalu jauh dari pertigaan, saya ahirnya bertemu dengan sebuah petunjuk arah menuju kambira. Sesampainya di kambira saya harus membayar tiket masuk sebesar 10k / orang. Kambira sendiri bagi saya sangat tidak menarik, karena hanya ada sebuah pohon taraa saja yang sudah mati namun masih berdiri tegak di tengah rimbunnya pohon bambu (saya pikir akan ada banyak pohon taraa dengan banyak kuburan bayi di setiap pohonnya di objek wisata kambira ini).
Kecewa dengan penampakan objek wisata kambira, saya kembali arahkan motor menuju jalan poros. Kali ini saya menuju pusat kota makale, berputar – putar sebentar di kota makale dan saya kembali arahkan motor menuju kota rantepao untuk mengunjungi objek wisata yang tadi pagi saya terlewat, londa. Namun di tengah perjalanan hujan turun dengan deras, terpaksa saya harus berteduh. Saat hujan mulai reda dan hari mulai sore , saya putuskan untuk melewatkan objek wisata londa dan kembali ke pusat kota rantepao. FYI: secara keseluruhan objek wisata di tana toraja ini terdapat di sebelah kiri jalan (jika dari arah rantepao menuju makale). Semua objek wisata ini tidak berada di pinggir jalan poros rantepao – makale melainkan masuk ke jalan – jalan kecil yang terdapat di sepanjang jalan poros. Semua objek wisata di sini sudah di lengkapi petunjuk arah yang di pasang di pinggiran jalan poros rantepao – makale, kecuali objek wisata kambira (yang harus mengikuti jalan yang menuju Sangalla/Makula terlebih dahulu baru nanti akan bertemu dengan petunjuk arah menuju kambira). Jarak objek wisata ke jalan poros rantepao – makale berpariasi jauhnya, yang paling dekat adalah Rante karassik sementara yang paling jauh adalah kambira. Nah Kira – kira seperti inilah peta objek wisata di jalan poros antara rantepao dan toraja.
![]() |
Sesampainya di rantepao, saya buru- buru mengisi perut yang sudah sangat keroncongan di sebuah rumah makan halal dekat mesjid rantepao, sepiring nasi goreng yang di hargai 12k pun ludes dalam sekejap. Saya juga sempat menumpang mandi di mesjid rantepao. Setelah urusan mandi dan ibadah selesai, saya menuju tempat penyewaan motor untuk mengembalikan motor sewaan. Dari tempat penyewaan motor, saya berjalan kaki menuju agen bus lita n co untuk menunggu bis yang akan membawa saya kembali ke makasar. Harga tiketnya sama dengan tiket menuju toraja, yaitu 90k untuk bis kelas ekonomi. Pukul 7 malam bis yang saya tumpangi meninggalkan kota rantepao menuju makassar,,,,meninggalkan sejuta kenangan yang tak akan terlupakan di tana toraja yang sangat unik ini. Dan tentu saja trip kali ini semakin menambah rasa cinta saya akan negri yang indah ini. I.N.D.O.N.E.S.I.A
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !