Pagi itu tana toraja terasa sangat dingin, motor sewaan saya arahkan menuju jalan yang mengarah ke makale, karena objek wisata di toraja ini terdapat di sepanjang jalan poros makale-rantepao. Tujuan pertama saya adalah objek wisata yang sangat terkenal di toraja, yaitu kete kesu. Saat motor yang saya tumpang mulai meninggalkan batas wilayah kota rantepao, saya melihat papan petunjuk arah ke objek wisata “Rante Karassik”.
Rante Karassik |
Namanya terdengar asing di teling, penasaran dengan objek wisat itu,saya mengikuti petunjuk arah menuju objek wisata tersebut.
Jujur saja kalau objek wisata Rante Karassik ini tidak ada dalam list objek wisata yang akan saya kunjungi di toraja. Jadi saya tak punya gambaran tetang objek wisata ini. Sampai ahirnya saya tahu kalau objek wisat itu berupa lapangan dengan batu batu megalitikum yang tertancap di tanah (hampir mirip seperti objek wisata gunung padang di jawa barat, tapi jumlah batunya sangat sedikit). Masuk objek wisata ini tidak di pungut bayara dan sepertinya objek wisat ini tak terawat. Saya hanya beberapa menit saja di sini,karena tak ada hal yang menarik di sini.
Jujur saja kalau objek wisata Rante Karassik ini tidak ada dalam list objek wisata yang akan saya kunjungi di toraja. Jadi saya tak punya gambaran tetang objek wisata ini. Sampai ahirnya saya tahu kalau objek wisat itu berupa lapangan dengan batu batu megalitikum yang tertancap di tanah (hampir mirip seperti objek wisata gunung padang di jawa barat, tapi jumlah batunya sangat sedikit). Masuk objek wisata ini tidak di pungut bayara dan sepertinya objek wisat ini tak terawat. Saya hanya beberapa menit saja di sini,karena tak ada hal yang menarik di sini.
patung tedong |
Dari Rante Karassik, saya kembali menuju jalan poros. Kembali saya memacu motor menuju arah makale, tak terlalu jauh, saya bertemu pertigaan yang ada patung kerbau bule (tedong) tepat di sebuah persimpangan. Patung kerbau inilah yang menjadi patokan jika ingin ke kete kesu. Jika kita tetap lurus maka kita akan ke kota makale dan bertemu beberapa objek wisata lain, sementara jika kita berbelok ke sebelah kiri, kita akan menuju objek wisata "buntu pune" dan "kete kesu". Saya mengarahkan laju motor saya menuju kete kesu, namun sekitar 1 KM sebelum kete kesu, saya mampir dulu di objek wisata buntu pune.
Buntu pune maupun kete kesu berada di sebelah kanan jalan, jika kete kesu terlihat dari jalan raya namun buntu pune tidak nampak dari jalan. Sesampainya di buntu pune, saya hanya seorang diri saja, tak ada satu wisatawan pun di sini. Maklumlah mungkin ini masih terlalu pagi bagi wisatawan lain untuk memulai menjelajah toraja. Objek wisata buntu pune sendiri berupa rumah adat (tongkonan) dan kuburan yang di letakan di dinding – dinding batu. Puas menikmati keunikan rumah adat, saya melangkah lebih jauh mendekati kuburan yang terletak tak terlalu jauh dari rumah adat. Saya hanya sebentar saja melihat kuburan kuburan itu dan bergegas kembali ke rumah adat (suasana di kuburan cukup serem dan membuat nyali saya ciut, berkunjung seorang diri ke buntu pune saat tak ada wisatawan lain adalah pilihan yang salah, hahahaha). Saat kembali ke rumah adat, saya di kagetkan dengan gonggongan anjing yang berlari ke arah saya, hal ini bikin nyali saya makin ciut (oh tuhan kenapa kau ciptakan anjing – anjing galak seperti ini --____-- ). Berhubung saya sangat takut anjing, dan anjingnya sudah mulai semakin mendekat,jadi saya cepat cepat kembali ke parkiran dan meningalkan buntu pune. FYI : sepertinya jika memasuki objek wisata ini kita harus membayar tiket masuk, namun saat itu masih pagi jadi belum ada yang berjaga memungut tiket masuk.
Buntu Pune |
Setelah uji nyali di buntu pune, saya sampai di kete kesu. Dan karena masih pagi , jadi saya bisa masuk tanpa harus membayar tiket lagi (lumayan menghemat,hahaha). Kete kesu memiliki rumah adat (tongkonan) yang jumlahnya lebih banyak dan relatif lebih besar dari buntu pune, begitupun komplek kuburannya jauh lebih besar dan lebih banyak tengkorak tentunya. Pagi itu orang orang yang menghuni komplek kete kesu sudah mulai beraktivitas. Dari jauh saya melihat bangunan bangunan yang sepertinya bukan merupakan sebuah banguan permanen yang tidak di pakai lagi. Saya baru tahu saat salah seorang bocah menjelaskan kalau bangunan itu adalah bangunan bekas upacara adat (Rambu Solo’) yang baru saja mereka gelar satu bulan yang lalu. Komplek kete kesu sudah jauh lebih tertata rapi. Dari kompleks bangunan tongkonan menuju kompleks kuburan sudah terdapat jalan yang di semen dan terdapat beberapa bangunan toko sovenir di kiri kanan jalan (harga sovenirnya sangat terjangkau, dan anda harus menyempatkan untuk melihat – lihat dan membeli salah satu * kalau gak beli pasti nyesel, hahaha).
Sesampainya di kompleks pemakaman, saya di sambut oleh puluhan tengkorak kepala yang di susun seperti pajangan toko (--____--), tulang belulang di letakan bertumpuk di peti – peti yang sudah nampak usang dan rapuh, beberapa penti yang lain masih berada di dinding – dinding tebing dengan di topang kayu yang di tancapkan ke dinding tebing tersebut. Peti – peti yang di bawah ini mungkin peti – peti yang sudah jatuh karena kayu penopangnya sudah lapuk. Saat sedang asik – asik memotret tengkorak , tiba tiba kamera saya mati karena low batte (kenapa kamera saya matinya di tempat seperti ini ya? Saya kan jadi berpikir yang bukan – bukan, * nyali langsung ciut lagi ). Sebelum pikiran saya yang bukan bukan itu menjadi nyata, saya segera meninggalkan kompleks pemakaman dan kembali ke parkiran motor untuk mengahiri kunjungan saya di kete kesu. Tujuan saya berikutnya adalah objek wisata londa, namun karena kamera saya mati jadi saya putuskan untuk kembali ke rantepao dan mencarger kamera saya di salh satu warung padang.
Sesampainya di kompleks pemakaman, saya di sambut oleh puluhan tengkorak kepala yang di susun seperti pajangan toko (--____--), tulang belulang di letakan bertumpuk di peti – peti yang sudah nampak usang dan rapuh, beberapa penti yang lain masih berada di dinding – dinding tebing dengan di topang kayu yang di tancapkan ke dinding tebing tersebut. Peti – peti yang di bawah ini mungkin peti – peti yang sudah jatuh karena kayu penopangnya sudah lapuk. Saat sedang asik – asik memotret tengkorak , tiba tiba kamera saya mati karena low batte (kenapa kamera saya matinya di tempat seperti ini ya? Saya kan jadi berpikir yang bukan – bukan, * nyali langsung ciut lagi ). Sebelum pikiran saya yang bukan bukan itu menjadi nyata, saya segera meninggalkan kompleks pemakaman dan kembali ke parkiran motor untuk mengahiri kunjungan saya di kete kesu. Tujuan saya berikutnya adalah objek wisata londa, namun karena kamera saya mati jadi saya putuskan untuk kembali ke rantepao dan mencarger kamera saya di salh satu warung padang.
Kete Kesu |
Saat batre sudah penuh, saya kembali meneruskan perjalanan yang tertunda. Kembali saya arahkan motor menuju makale. Dan kembali bertemu dengan patung kerbau bule, namun kali ini saya memilih jalan yang lurus yang ke arah makale. Sebenarnya letak londa tak terlalu jauh dari pertigaan yang ke arah kete kesu itu, namun sudah begitu lama saya berkendara, saya tak juga berhasil menemukan petunjuk arah menuju londa, mungkin terlewat .
View jalan menuju Tilanga |
Jadi saya putuskan untuk mengunjungi londa nanti saja saat semua list tempat wisata yang harus di kunjungi selesai di kunjungi semua.
Motor terus saya pacu menuju arah makale, sampai ahirnya saya melihat papan petunjuk arah menuju objek wisata Tilanga. Objek wisata tilanga ini berupa sebuah kolam alami yang terdapat di rimbunnya pepohonan di bawah pegunungan karts toraja. Menuju objek wisata ini, mata kita akan di manjakan oleh pemandangan yang luar biasa cantik. Sawah yang hijau, langit yang super biru, dan pegunungan karts yang memanjang akan memanjakan mata anda, saya merasa kalau ini adalah view terindah selama saya berada di toraja. Perjalanan menuju Tilanga cukup jauh dari jalan poros dan dengan kondisi jalan yang kurang begitu baik. Untuk memasuki objek wisata ini setiap pengunjung di minta bayaran sebesar 10k / orang. Setelah membayar tiket masuk, saya langsung di serbu anak – anak kecil yang menawarkan telur bebek mentah untuk memancing masapi (belut raksasa/moa) keluar dari lubang – lubang batu karts yang terdapat di kolam itu. Jika anda tertarik ingin melihat masapi,anda cuku merogoh kocek 3k / butir telur.
Bagi saya pribadi,kolam ini begitu unik. Kolam ini di kelilingi pepohonan besar yang membuat suasanan di kolam ini begitu asri dan sejuk, di tambah lagi batuan karts yang membentuk kolam ini membuat semuanya lebih indah. Siang itu banyak pengunjung yang sedang asik merasakan segarnya kolam dengan cara melompat dari tepian tebing . kolam ini cukup dalam jadi aman jika ada yang melompat di atas tebing yang cukup tinggi.
Tilanga |
Puas menyaksikan aksi lompatan – lompatan dari para pengunjung yang berenang, saya putuskan mengahiri kunjungan di sini dan melanjutkan kunjungan saya berikutnya. Kembali saya arahkan motor menuju jalan poros ke arah makale. Tak terlalu jauh dari jalan yang menuju tilangan, kembali saya bertemu petunjuk arah menuju objek wisat lain, yaitu lemo. Untuk masuk objek wisata ini wisatawan domestik harus membayar tiket seharga 10k / orang. Objek wisata lemo sendiri berupa tebing yang di lubangi dan lubang- lubang tersebut di isi oleh peti – peti jenajah. Di atas tebing juga di letakan patung kayu yang di sebut “tau – tau“ . Setiap satu tau-tau mewakili satu jenajah yang di kubur di dinding tebing tersebut, dan tau-tau itu di ukir menyerupai muka orang yang sudah meninggal tersebut. Objek wisata lemo sangat asri karena kita bisa melihat hamparan sawah,hutan dan tebing – tebing yang di lubangi. Di sini juga terdapat banyak sekali penjual sovenir,dan yang paling unik adalah tau-tau yang bisa anda jadikan sovenir, menarik bukan.
Lemo |
Di objek wisat ini terdapat sebuah jalan setapak yang akan menuntun anda melihat berbagai lubang – lubang yang ada di dinding tebing. Sekali lagi di sini saya di kagetkan dengan anjing – anjing yang terus menyalak menggonggong ke arah saya.
Apa mungkin penampilan saya kayak rampok kali ya karena saya menggendong tas segede bagong, harusnya anjing anjing itu sadar, kalau muka semanis dan setampan saya mana mungkin rampok, hahaha. Puas menikmati keunikan lemo, saya kembali arahkan motor menuju jalan poros ke arah makale. Di tengah perjalanan saya bertemu sebuah pertigaan yang mengarah ke Sangalla/Makula dan makale. Karena objek wisata yang akan saya tuju berikutnya berada di kawasan sangalla,maka saya arahkan laju motor saya menuju sangalla.
Objek wisata berikutnya yang akan saya tuju adalah kuburan bayi yang kubur di dalam pohon taraa, objek wisata ini di sebut “baby grave – kambira” . Objek wisata ini sangat jauh dari jalan poros makale-rantepao, sehingga saya harus berhenti berkali – kali untuk bertanya pada orang – orang yang saya temui di jalan dan memastikan bahwa jalan yang saya tempuh ini benar menuju objek wisata Kambira.
Apa mungkin penampilan saya kayak rampok kali ya karena saya menggendong tas segede bagong, harusnya anjing anjing itu sadar, kalau muka semanis dan setampan saya mana mungkin rampok, hahaha. Puas menikmati keunikan lemo, saya kembali arahkan motor menuju jalan poros ke arah makale. Di tengah perjalanan saya bertemu sebuah pertigaan yang mengarah ke Sangalla/Makula dan makale. Karena objek wisata yang akan saya tuju berikutnya berada di kawasan sangalla,maka saya arahkan laju motor saya menuju sangalla.
Objek wisata berikutnya yang akan saya tuju adalah kuburan bayi yang kubur di dalam pohon taraa, objek wisata ini di sebut “baby grave – kambira” . Objek wisata ini sangat jauh dari jalan poros makale-rantepao, sehingga saya harus berhenti berkali – kali untuk bertanya pada orang – orang yang saya temui di jalan dan memastikan bahwa jalan yang saya tempuh ini benar menuju objek wisata Kambira.
Kambira |
Setelah menempuh jalan cukup jauh, kembali saya bertemu sebuah pertigaan (sepertinya ini sebuah pasar). Dari pertigaan ini, saya mengambil arah kiri sesuai petunjuk arah dari orang – orang yang sebelumnya saya tanya. Tak terlalu jauh dari pertigaan, saya ahirnya bertemu dengan sebuah petunjuk arah menuju kambira. Sesampainya di kambira saya harus membayar tiket masuk sebesar 10k / orang. Kambira sendiri bagi saya sangat tidak menarik, karena hanya ada sebuah pohon taraa saja yang sudah mati namun masih berdiri tegak di tengah rimbunnya pohon bambu (saya pikir akan ada banyak pohon taraa dengan banyak kuburan bayi di setiap pohonnya di objek wisata kambira ini).
Kecewa dengan penampakan objek wisata kambira, saya kembali arahkan motor menuju jalan poros. Kali ini saya menuju pusat kota makale, berputar – putar sebentar di kota makale dan saya kembali arahkan motor menuju kota rantepao untuk mengunjungi objek wisata yang tadi pagi saya terlewat, londa. Namun di tengah perjalanan hujan turun dengan deras, terpaksa saya harus berteduh. Saat hujan mulai reda dan hari mulai sore , saya putuskan untuk melewatkan objek wisata londa dan kembali ke pusat kota rantepao. FYI: secara keseluruhan objek wisata di tana toraja ini terdapat di sebelah kiri jalan (jika dari arah rantepao menuju makale). Semua objek wisata ini tidak berada di pinggir jalan poros rantepao – makale melainkan masuk ke jalan – jalan kecil yang terdapat di sepanjang jalan poros. Semua objek wisata di sini sudah di lengkapi petunjuk arah yang di pasang di pinggiran jalan poros rantepao – makale, kecuali objek wisata kambira (yang harus mengikuti jalan yang menuju Sangalla/Makula terlebih dahulu baru nanti akan bertemu dengan petunjuk arah menuju kambira). Jarak objek wisata ke jalan poros rantepao – makale berpariasi jauhnya, yang paling dekat adalah Rante karassik sementara yang paling jauh adalah kambira. Nah Kira – kira seperti inilah peta objek wisata di jalan poros antara rantepao dan toraja.
Sesampainya di rantepao, saya buru- buru mengisi perut yang sudah sangat keroncongan di sebuah rumah makan halal dekat mesjid rantepao, sepiring nasi goreng yang di hargai 12k pun ludes dalam sekejap. Saya juga sempat menumpang mandi di mesjid rantepao. Setelah urusan mandi dan ibadah selesai, saya menuju tempat penyewaan motor untuk mengembalikan motor sewaan. Dari tempat penyewaan motor, saya berjalan kaki menuju agen bus lita n co untuk menunggu bis yang akan membawa saya kembali ke makasar. Harga tiketnya sama dengan tiket menuju toraja, yaitu 90k untuk bis kelas ekonomi. Pukul 7 malam bis yang saya tumpangi meninggalkan kota rantepao menuju makassar,,,,meninggalkan sejuta kenangan yang tak akan terlupakan di tana toraja yang sangat unik ini. Dan tentu saja trip kali ini semakin menambah rasa cinta saya akan negri yang indah ini. I.N.D.O.N.E.S.I.A
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !