Kita tdk pnya satelit yg cukup, tak pnya radar yg memadai, tak punya alutista yg modern dan cukup. Kita tak bisa sensor informasi. Rencana pemerintah mau dirikan Badan Sensor Nasional terkendala dana dan opini publik. Pasti akan diserang sbg musuh kebebasan. Padahal, serbuan informasi ke otak2 para anak bangsa saat ini sdh sangat serius. Itu membentuk perilaku negatif. Perlemah ketahanan bangsa
Saat ini kita hny pny lembaga sensor film. Tapi tdk pny lembaga sensor informasi. Jumlah stasiun TV nasional + lokal saat ini 260 buah. Padahal , jgnkan dari 260 stasiun TV tsb, dari 10 stasiun TV saja, kita tdk sanggup mengawasinya. KPI tak berdaya. Kurang orang &sumber daya . Dalam sehari 1 Stasiun TV siarkan 50 tanyangan program. 10 stasiun TV anggap 500 tayangan. Sebulan = 15.000 program. Bgmn mengawasinya? Banyak Program2 TV yg tdk sesuai dgn nilai2 bangsa dan dapat memperlemah ketahanan nasional terutama ideologi dan karakter anak bangsa
Tanpa disadari, serbuan informasi melalui TV2 ini lama kelama2an membentuk perilaku dan karakter masyarakat penontonnya terutama anak2 muda bangsa ini makin kehilangan kepribadian dan jati dirinya. Semakin lama, perilaku anak2 muda kita mirip kloningan tokoh2 sinetron di TV. Nilai2 agama, budi pekerti, moral dan akhlak pun menipis, sebentar lagi hilang digantikan hedonisme dan pragmatisme. Paham komunis yg dulu jadi momok kini kembali tumbuh subur. Siapa yg tak suka akan dilawan dgn jargon2 HAM, demokrasi dan egaliterisme
Demokrasi yg sejatinya adalah alat utk capai kesejahteraan rakyat malah berubah membawa lbh banyak kemudaratan. Reformasi yg menjadi harapan, malah kebablasan. Perangkat hukum dan moral aparaturnya sangat berantakan. Negeri ini limbung kebingungan
Desentralisasi dan otonomi daerah lebih banyak menghasilkan raja2 kecil di daerah yg korup dan tak fikirkan nasib rakyatnya. Yg tercipta adalah segelintir orang2 kaya penguasa dan pengusaha baru yg bebas ber KKN ria. Rakyat tetap miskin dan pengangguran bertambah. Semua anomali hasil reformasi dan demokrasi ini seperti bom waktu. Suatu saat bisa meledak menjadi riots atau civil war. Berbahaya. Siapa yg paling bertanggungjawab atas segala kesalahan ini? Presiden. Karena dialah kepala negara dan kepala pemerintahan.
Itu sebabnya, kita, semua rakyat indonesia, harus berani tradisikan transparansi tentang siapa sebenarnya calon pemimpin kita. Ungkap semua. Tradisi utk mengkritisi calon pemimpin. Menelanjangi semua kebaikan dan keburukannya, sgt penting utk cegah penyesalan dikemudian hari. Jika semua kebaikan dan kebusukan calon pemimpin, termasuk agenda2 tersembunyinya sdh diungkapkan, selanjutnya terserah rakyat memutuskan. Membuka kebusukan2 pemimpin atau calon pemimpin itu bukan dosa. Bukan aib. Karena itu adalah utk kemaslahatan umat. Utk Kepentingan umum.
Jokowi pertanyakan, kenapa kami kritisi dia. Ahok malah lebopih parah, menuduh kami pernah ketemu dia. Padahal semua itu bohong. semangat utk mengkritisi calon pemimpin dan transparansi harus ditradisikan di negeri ini. Tdk boleh berlindung dibalik tuduhan : itu aib. Kalau tidak mau dikritisi dan dibahas sosok pribadinya, ya ga usah maju jadi calon pemimpin. Di rumah aja. Ngendon kayak ayam mau bertelur
TrioMacan200018 days ago
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !