Kerjaan aing emang menuntut sering survey keluar-masuk hutan, naek-turun gunung, and I enjoy it.
(+) sejalan dengan hobi, and get paid for that..
(+) berhubung dibiayai kantor, jadi transportasi terjamin ga perlu ngompreng.. :D trus bisa nyewa pemandu dan porter buat bawain barang2 (buat yang berjiwa muda mungkin jadi kurang menantang, tapi buat yang udah berumur ngebantu banget)
(+) diusahain hit and run serta menghindari flying camp - jika memungkinkan
(-) titik2 yang mau didatangi sudah ditentukan, jadi ga bisa (belum tentu) sampai ke puncak gunung, meskipun tinggal 50m lagi..
(-) waktu terbatas, ga bisa atau ga sempet eksplor keindahan gunung lebih lanjut
begini kisahnya (mohon maaf kalo ceritanya jelek :D)
Awal bulan Mei lalu kami berkesempatan untuk survey ke gunung Sinabung dan Sibayak yang terletak di kabupaten Karo, Sumatera Utara dan mengapit kota Berastagi.
Hari pertama kami naik ke kawah yang berada di sisi selatan gunung Sinabung. Kami tidak mendaki melalui rute umum pendakian yaitu dari danau Lau Kawar, melainkan naik dari desa Sukameriah, Gurukinanti Gurukinayan (± 1100 m). Jarak yang ditempuh dari desa ini menuju kawah adalah tiga jam (waktu “normal”nya dua jam), dengan mengambil jalur para penambang belerang di kawah tersebut.

Sekitar sepertiga perjalanan di awal masih melalui perkebunan dan lahan terbuka yang kemiringannya masih landai. Jalur selanjutnya memasuki hutan, terdapat sekali turunan dan selanjutnya… nanjak teruuusss…. Karena jalur ini jarang dilalui (penambang belerang tidak setiap hari ke kawah), maka pada beberapa tempat terdapat jalur yang sudah tertutup. Selain itu, kemiringan yang cukup terjal dikombinasikan dengan bebatuan lepas semakin menambah kesulitan dan juga bahaya di jalur ini. Tak heran, sering terdengar teriakan “Awas…! Batu…!” Lumayan kan kalau batu sebesar bola tennis mampir di kepala??
Setelah keluar dari hutan dan mendekati kawah, jalur mulai landai kembali TETAPI jalur menyempit serta di sisi kiri jalur terdapat jurang yang dalam. Salah langkah, bisa-bisa meluncur ke bawah…

Akhirnya sampai juga di kawah dengan ketinggian sekitar 1869 m di atas permukaan laut. Manifestasi yang ada berupa fumarol dengan deposisi belerang di sekitarnya (solfatara). Harus berhati-hati di sini karena uap mengandung gas SO2 yang menyesakkan nafas, bikin batuk dan iritasi mata.

Berhubung perjalanan hari pertama sudah sangat melelahkan, hari kedua kami putuskan untuk tidak naik ke puncak Sinabung. Kami putuskan untuk ke kawah gunung Sibayak terlebih dahulu yang relatif mudah karena sudah merupakan tempat wisata. Cukup berjalan selama 20 menit, sudah sampai di kawasan kawah Sibayak.




Akhirnya, setelah 3,5 jam perjalanan, pada ketinggian sekitar 2420 m, terdapat dataran luas untuk beristirahat yang dikelilingi oleh puncak-puncak gunung Sinabung. Puncak yang tertinggi, puncak utama memiliki ketinggian 2475 m. Selain puncak utama, puncak ketiga merupakan puncak yang popular di kalangan para pendaki gunung. Penduduk sekitar menamakannya sebagai puncak Batu Segal dan lebih popular sebagai “Flash Gordon”. Sayang, karena tertutup kabut, kami tidak bisa mengambil foto flash Gordon. Selain itu, karena kondisi cuaca tidak memungkinkan, kami tidak dapat turun ke kawah sebab terdapat akumulasi gas SO2 yang beracun.

Kirim Artikel Perjalanan anda yg lebih menarik di sini !
Post a Comment Blogger Facebook
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.