Kru Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) kosmonaut Rusia Yuri Malenchenko (2 dari kiri) dan astronaut Amerika Serikat Sunita Williams (2 dari kanan) berjalan menuju pesawat ulang alik Soyuz TMA-05M di kosmodrom Baikonur, Kazakhstan, Minggu (15/7). REUTERS/Vyacheslav Oseledko/Pool
Radiasi di antariksa amat berbahaya bagi astronaut karena dapat mencapai dua pertiga dari batas aman yang bisa ditoleransi oleh tubuh manusia seumur hidupnya. Untuk melindungi para penjelajah antariksa, wahana yang mereka tumpangi harus dilindungi tameng anti-radiasi berbahan khusus.
“Plastik ternyata lebih efektif menghalangi radiasi ketimbang aluminium,” ujar Cary Zeitlin, peneliti antariksa dari University of New Hampshire di Amerika Serikat.
Wahana antariksa umumnya terbuat dari aluminium. Bahan ini dipilih karena ringan dan kokoh. Namun temuan Zeitlin menunjukkan bahwa bahan ini kalah tangguh dalam menahan sinar kosmik.
Selain plastik, peneliti menemukan bahan yang mengandung unsur hidrogen bisa menjadi dinding tangguh dalam menangkal radiasi. Salah satu bahan yang seperti ini adalah air.
Pada CRaTER juga terpasang material yang dikenal sebagai jaringan plastik imitasi. Bahan ini meniru jaringan otot manusia yang terpapar radiasi. Jaringan buatan ini terbukti rentan terkena radiasi antariksa ketika dilindungi aluminium ketimbang plastik.
Wahana bikinan National Aeronautics and Space Administration (NASA) ini memantau permukaan bulan pada ketinggian 50 kilometer dari permukaan bulan. Bulan sendiri tak memiliki atmosfer, sehingga astronaut yang berjalan di permukaan atau di orbit dengan mudah terpapar radiasi. Tanpa perlindungan material khusus, astronaut akan terpapar radiasi yang pada akhirnya merusak jaringan tubuh mereka.
Peraturan yang diterapkan NASA menyatakan astronaut seharusnya tidak boleh terpapar radiasi lebih dari 1.000 millisieverts (mSv) seumur hidupnya. Tingkat radiasi setinggi itu diasosiasikan dengan kenaikan risiko kanker yang mematikan sebesar 5 persen.
Tim peneliti dari University of New Hampshire dan Southwest Research Institute menguji tingkat radiasi dari partikel bermuatan yang bergerak cepat atau sinar kosmis galaksi pada sebuah wahana penjelajah bulan. Mereka memasang Cosmic Ray Telescope for the Effects of Radiation (CRaTER) pada badan wahana Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO). Menggunakan peralatan ini, peneliti bisa memantau daya tahan aneka material dalam menghalangi radiasi.
“Plastik ternyata lebih efektif menghalangi radiasi ketimbang aluminium,” ujar Cary Zeitlin, peneliti antariksa dari University of New Hampshire di Amerika Serikat.
Wahana antariksa umumnya terbuat dari aluminium. Bahan ini dipilih karena ringan dan kokoh. Namun temuan Zeitlin menunjukkan bahwa bahan ini kalah tangguh dalam menahan sinar kosmik.
Selain plastik, peneliti menemukan bahan yang mengandung unsur hidrogen bisa menjadi dinding tangguh dalam menangkal radiasi. Salah satu bahan yang seperti ini adalah air.
Pada CRaTER juga terpasang material yang dikenal sebagai jaringan plastik imitasi. Bahan ini meniru jaringan otot manusia yang terpapar radiasi. Jaringan buatan ini terbukti rentan terkena radiasi antariksa ketika dilindungi aluminium ketimbang plastik.
Wahana bikinan National Aeronautics and Space Administration (NASA) ini memantau permukaan bulan pada ketinggian 50 kilometer dari permukaan bulan. Bulan sendiri tak memiliki atmosfer, sehingga astronaut yang berjalan di permukaan atau di orbit dengan mudah terpapar radiasi. Tanpa perlindungan material khusus, astronaut akan terpapar radiasi yang pada akhirnya merusak jaringan tubuh mereka.
Peraturan yang diterapkan NASA menyatakan astronaut seharusnya tidak boleh terpapar radiasi lebih dari 1.000 millisieverts (mSv) seumur hidupnya. Tingkat radiasi setinggi itu diasosiasikan dengan kenaikan risiko kanker yang mematikan sebesar 5 persen.
Follow @wisbenbae