GuidePedia

1


Kisah Bahrun Naim, Si Penjaga Warnet yang Jadi Perekrut ISIS. Tujuh tahun lalu nama Bahrun Naim yang bekerja di sebuah warung Internet di Solo, tak dikenal oleh publik. Kemarin, namanya mencuat ke publik karena diidentifikasi sebagai dalang serangan teror bom di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta.

Pria yang akrab disapa Bahrun ini punya nama lengkap Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo. Ketika bekerja sebagai teknisi komputer, Bahrun juga menjual bendera dan pernak-pernik yang dihiasi simbol bernuansa Islami.

Menurut informasi yang dilansir dari laman CNN Indonesia, Bahrun dikenal sebagai orang yang tertutup dan jarang terlibat dialog dengan tetangga di sekitar rumah.


Ia anak kedua dari empat bersaudara. Lahir di Pekalongan pada 6 September 1983. Ayahnya bernama Fathurrohman.

Bahrun ditangkap pada 2011 karena kepemilikan senjata ilegal dan dipenjara selama tiga tahun. Polisi mengatakan sejak itu ia kerap muncul sebagai pemain kunci dalam jaringan militan yang tumbuh di sekitar Solo dan Jawa Tengah. Bukan hanya itu, Bahrun juga punya pengaruh di Sulawesi.

Bahrun tak lagi bekerja dalam dunia teknologi informasi selepas bebas dari penjara. Ia memilih jadi penulis lepas dan aktif di Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), namun terus mengasah kemampuan meretas jaringan komputer.

Pengamat terorisme yang juga mantan aktivis Islam, Muhammad Jibriel Abdul Rahman, mengaku kenal dengan Bahrun sejak delapan tahun lalu dan sudah lama tidak berkontak dengannya.

Jauh sebelum Bahrun bergabung dengan ISIS, Jibriel tahu bahwa Bahrun adalah pemuda yang loyal kepada Imam Samudra –pelaku teror bom di Bali. “Namun setelah Imam Samudra tak ada, saya tak tahu lagi Bahrun seperti apa,” kata dia.

Pada bulan Februari 2015, Bahrun mengikuti jejak Abu Bakar Ba’asyir bergabung ke ISIS. Bahrun bersama dua istri dan anak-anak meninggalkan Indonesia untuk berangkat ke Suriah guna bergabung dengan kelompok yang berbasis di Raqqa itu.

“Dia aktivis yang ada di Solo dan sangat menguasai siber. Dia sangat menguasai ilmu hacking,” kata Jibriel dalam wawancara dengan jurnalis CNN Indonesia, Bagus Wijanarko.

Jibriel mengatakan keahlian komputerisasi ini dimanfaatkan Bahrun untuk mempromosikan ISIS lewat media siber, bahkan jadi petinggi ISIS di kawasan Asia Tenggara. Jibriel pun percaya Bahrun merupakan salah satu perekrut anggota baru lewat media siber.

“Kalau ada berita perekrutan ISIS melalui siber, itu sangat benar,” tegas Jibriel.

Bahrun punya jaringan kuat dengan para peretas atau hacker ISIS. Dalam perjalanan ke Suriah, Bahrun mengaku dalam blog pribadinya –yang kini sudah ditutup– bahwa ia kerap dibantu oleh peretas dalam mengacaukan sistem imigrasi dan bandara sehingga namanya tak masuk dalam daftar hitam petugas.

Untuk mengacak sistem imigrasi itu, Bahrun membagi kelompoknya menjadi tiga tim. “Tim pertama adalah pembuka, tim kedua adalah inti, dan tim ketiga adalah penyelamat. Saya berada di tim penyelamat untuk mengontrol jalannya semua rencana hijrah,” tulis Bahrun.

Di dalam blog pribadinya, Bahrun beberapa kali menulis cara membuat senjata dan peledak. Bahrun pun sempat membuat catatan cara menanggulangi serangan peretas global yang berupaya menumbangkan segala jenis akun Internet terkait ISIS. Artikel itu bertajuk “Membaca Serangan Anonymous terhadap Anshar Daulah.”

“Akhir-akhir ini kita agak disibukkan dengan tingkah pola para hacker kuffar yang tergabung dalam Anonymous. Mereka berame-rame melancarkan serangan di dunia maya terhadap hal-hal yang berbau Daulah Islamiyyah. Baik itu situs, akun sosial media, maupun data-data terkait anshar daulah Islam, maupun personil daulah Islam,” tulisnya.

Di tulisannya, Bahrun juga memberi beberapa tips sebagai cara mengantisipasi serangan peretas Anonymous. Ada pula tips agar anggota ISIS melakukan “pemasaran secara online” dengan mengumpulkan tulisan, video, dan gambar, dalam satu keping CD untuk diberikan kepada teman, keluarga, atau siapaun. Jika perlu, data itu dicetak lalu disebar ke rumah ibadah, terminal, pusat perbelanjaan, pasar, dan sekolah.

Aparat penegak hukum Indonesia mencatat ada komunikasi antara Bahrun dengan seorang yang ada di Indonesia melalui aplikasi Telegram. Pesan itu terkait dengan cara perakitan bom.

Kini, polisi percaya Bahrun terlibat erat dalam mengkoordinasi serangan bom di Thamrin, Jakarta Pusat, 14 Januari 2016. Markas Besar Kepolisian RI menyatakan Bahrun Bahrun sebagai pentolan ISIS. “Dia petinggi ISIS yang pernah memberikan warning (kepada Indonesia),” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan.

Rentetan serangan berupa ledakan dan baku tembak di Thamrin itu menyebabkan puluhan orang menjadi korban dan dua di antaranya meninggal. Sementara lima orang pelaku teror tewas di tempat, dan salah satunya diketahui bernama Sukiman alias Afif, yang dahulu adalah tukang pijat Aman Abdurahman.


Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top