Operasi penggerebekan transaksi narkoba kerap dilakukan di Kompleks Permata, Kelurahan Kedaung Kaliangke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Di sana, tepatnya di RW 07, sejumlah rumah telah beralih fungsi sebagai lapak penjualan narkoba. Dari 16 rukun warga di RW 07, penjualan narkoba terjadi di RT 01 sampai RT 07. Wilayah inilah yang dikenal sebagai Kampung Ambon.
Di Kampung Ambon, kebanyakan penduduk berasal dari Maluku. Belakangan ini, RT 07 telah bersih dari lapak narkoba. Namun, kata sumber Tempo, bebas dari lapak bukan berarti bebas dari pengedar. Sebab, di enam rukun tetangga lainnya, penjualan narkoba sangat masif, selama 24 jam.
Pada hari-hari biasa, setidaknya ada 52 lapak di sana. "Pada musim penggerebekan, berkurang jadi 20 lapak," ujar si sumber di Kampung Ambon, Ahad, 7 April 2013.
Ketika penggerebekan meredup, lapak kembali berkembang. Jumlahnya bisa naik lagi menjadi 50 buah. Tak jarang juga jadi lebih banyak. "Total pendapatan penjual di sana bisa mencapai Rp 2 miliar per hari," kata sumber itu.
Pasien atau PS adalah sebutan bagi pembeli narkoba di sana. Biasanya, PS datang dengan orang yang sudah terkenal di Kampung Ambon. Warga sekitar yang bekerja sama dengan penjual akan menjadi pemandu bagi PS. "Mereka tinggal menyebut, misalnya Lapak X. Tapi, kalau muka baru, akan dilihat dulu, ditanyai dulu."
Ada kamera pemantau atau CCTV di setiap bagian depan rumah, yang merekam kedatangan pengunjung. Ketika masuk ke sebuah "restoran", PS bakal dimintai KTP di meja kasir. Kemudian, mereka dipersilakan memilih "menu" narkoba. Contoh narkoba terpampang pada rak etalase yang didampingi alat timbang.
Di tiap "restoran", setidaknya ada tiga bilik bagi PS bila ingin langsung menikmati narkoba. Dan seorang pramusaji, biasanya perempuan, akan menghidangkan narkoba pilihan pasien. "Harga layanan sudah sepaket dengan sabunya," ujar si sumber.
Lapak narkoba tak cuma menyajikan pelbagai obat terlarang. Mereka juga menyediakan menu pendamping, seperti kopi, teh, dan camilan. "Seperti restoran biasa."
Soal pernyataan Kepolisian Resor Jakarta Barat bahwa Kampung Ambon dapat bersih pada Mei 2013, sumber Tempo meragukannya. Kata dia, si pedagang dan pembeli biasanya hanya libur sementara sebab ada gerebekan. Dan dalam penggerebekan itu, biasanya yang teringkus hanya penjual di lapak.
"Bandar sendiri masih berkeliaran," kata dia. "Mustahil Kampung Ambon bersih kalau bandarnya tidak ditangkap."
Di Kampung Ambon, kebanyakan penduduk berasal dari Maluku. Belakangan ini, RT 07 telah bersih dari lapak narkoba. Namun, kata sumber Tempo, bebas dari lapak bukan berarti bebas dari pengedar. Sebab, di enam rukun tetangga lainnya, penjualan narkoba sangat masif, selama 24 jam.
Pada hari-hari biasa, setidaknya ada 52 lapak di sana. "Pada musim penggerebekan, berkurang jadi 20 lapak," ujar si sumber di Kampung Ambon, Ahad, 7 April 2013.
Ketika penggerebekan meredup, lapak kembali berkembang. Jumlahnya bisa naik lagi menjadi 50 buah. Tak jarang juga jadi lebih banyak. "Total pendapatan penjual di sana bisa mencapai Rp 2 miliar per hari," kata sumber itu.
Pasien atau PS adalah sebutan bagi pembeli narkoba di sana. Biasanya, PS datang dengan orang yang sudah terkenal di Kampung Ambon. Warga sekitar yang bekerja sama dengan penjual akan menjadi pemandu bagi PS. "Mereka tinggal menyebut, misalnya Lapak X. Tapi, kalau muka baru, akan dilihat dulu, ditanyai dulu."
Ada kamera pemantau atau CCTV di setiap bagian depan rumah, yang merekam kedatangan pengunjung. Ketika masuk ke sebuah "restoran", PS bakal dimintai KTP di meja kasir. Kemudian, mereka dipersilakan memilih "menu" narkoba. Contoh narkoba terpampang pada rak etalase yang didampingi alat timbang.
Di tiap "restoran", setidaknya ada tiga bilik bagi PS bila ingin langsung menikmati narkoba. Dan seorang pramusaji, biasanya perempuan, akan menghidangkan narkoba pilihan pasien. "Harga layanan sudah sepaket dengan sabunya," ujar si sumber.
Lapak narkoba tak cuma menyajikan pelbagai obat terlarang. Mereka juga menyediakan menu pendamping, seperti kopi, teh, dan camilan. "Seperti restoran biasa."
Soal pernyataan Kepolisian Resor Jakarta Barat bahwa Kampung Ambon dapat bersih pada Mei 2013, sumber Tempo meragukannya. Kata dia, si pedagang dan pembeli biasanya hanya libur sementara sebab ada gerebekan. Dan dalam penggerebekan itu, biasanya yang teringkus hanya penjual di lapak.
"Bandar sendiri masih berkeliaran," kata dia. "Mustahil Kampung Ambon bersih kalau bandarnya tidak ditangkap."
ape lo ?
Dapatkan Wisbenbae versi Android,GRATIS di SINI !
Follow @wisbenbae