“Subliminal Message” merupakan pesan-pesan yang disampaikan ke alam bawah sadar seseorang sehingga ia tidak menyadarinya meskipun menerimanya ke dalam otak).
“Subliminal Message” ini mampu menyuruh seseorang atau mampu memberikan instruksi yang kemudian dilakukan oleh orang tersebut, tanpa yang bersangkutan sadar dirinya sedang disuruh. Melihat definisi praktis ini, penulis mengkhawatirkan bahwa hal ini “Subliminal Message” termasuk sihir.
“Subliminal Message” ini mampu menyuruh seseorang atau mampu memberikan instruksi yang kemudian dilakukan oleh orang tersebut, tanpa yang bersangkutan sadar dirinya sedang disuruh. Melihat definisi praktis ini, penulis mengkhawatirkan bahwa hal ini “Subliminal Message” termasuk sihir.
Sihir, sebagaimana kita ketahui, merupakan sebuah tindakan memanipulasi seseorang sehingga ia mengalami sesuatu, atau melakukan sesuatu, atau membenci sesuatu, atau menyukai sesuatu, tanpa kemauan atau kesadarannya.
“Subliminal Message” dilakukan bukan dengan mantra atau sesajen sebagaimana sihir, namun dengan teknik-teknik psikologi rekayasa dan manipulasi atau apapun namanya yang pada dasarnya memanfaatkan teknik-teknik memanipulasi kesadaran. Aktifitas ini dapat dimasukkan ke dalam “mind control” atau pengendalian pikiran di mana di dalamnya termasuk “brainwashing” (cuci otak), “hypnotizing” (hipnotis), sihir, dan lain sebagainya. Seringkali kita tak dapat menarik garis batas yang jelas antara satu sama lain.
Dalam Islam, sihir dan yang sejenisnya haram bahkan pelakunya adalah musyrik. Dukun-dukun sihir termasuk katagori “thaghut” kemusyrikan dan tentu saja sudah dianggap keluar dari Islam alias kafir.
Lebih jauh dapat kita lihat bahwa keseluruhan aktifitas mind control – kendali pikiran ini adalah aktifitas yang termasuk katagori ‘menghilangkan akal’ sebagaimana narkoba dan minuman keras (khamr).
Mind Control [Kendali Pikiran] Sebagai Alat Pengendali Massa
Pada tahun 1949, George Orwell, seorang novelis menulis karyanya yang cukup monumental yaitu “1984”. Dalam novel tersebut Orwell menggambarkan (atau memperingatkan) bahwa kelak pada tahun 1984 ada sebuah negara yang sedemikian rupa merampas kebebasan rakyatnya hingga melakukan pengintaian warga dan pengendalian massa lewat media dan propaganda.
Ketika novel tersebut ditulis, orang memahami bahwa itulah yang dilakukan oleh negara-negara komunis terhadap rakyatnya. Namun kini, tampaknya bahkan hal tersebut terjadi di negara “bebas” bernama Amerika. Steven Jacobson, penulis buku Mind Control in the United States, adalah teknisi film berpengalaman dalam teknik “Subliminal Message” yang digunakan dalam media komunikasi. Ia mengungkapkan betapa masalah mind control - kendali pikiran ini sungguh sangat mengkhawatirkan, sebab menurut dia teknik ini sangat kuat pengaruhnya, sangat efektif dan lebih mengerikan lagi, tidak disadari oleh yang menjadi korban atau obyeknya. Ia juga mengkhawatirkan penggunaan teknik ini menjadi liar tak terkendali sebab selain pihak otoritas belum memberikan aturannya, juga bahkan teknik ini tidak banyak diketahui selain oleh insan-insan media dan para pemerhatinya.
Di Amerika Serikat lewat internet ada sedikit geliat usaha untuk berusaha menyembunyikan atau ‘mengkaburkan kenyataan tentang betapa efektifnya teknik ini’, namun sebagaimana sifat dunia maya, pro dan kontra tidak terbendung masuk ke jalur diskusi, dan pada akhirnya kita dapat menarik kesimpulan sendiri bahwa ternyata ke-efektif-annya. Diskusi dapat dengan kita lihat dari berbagai komen di blog-blog dan situs-situs yang membicarakannya. Dan kita bahkan dapat menemukan para penjual konten-konten “Subliminal Message” ini untuk kepentingan komersial yang ditujukan bagi para pengguna pribadi maupun lembaga atau perusahaan yang mau menggunakannya. Kelompok seperti ini adalah kelompok yang jelas dan tegas menguraikan betapa efektifnya cara ini.
Mengapa Sedemikian Efektif?
Dalam bukunya Mind Control in the United States, Steven Jacobson menguraikan mengapa teknik ini begitu efektif.
Pertama, teknik ini menggarap alam bawah sadar manusia yang memiliki kekuatan besar saat diolah dengan tepat. Dengan mengalihkan si manusia dari aktifitas berpikir dan mengandalkan perasaannya untuk bertindak, ide yang dimasukkan akan diterima tanpa perlawanan.
Kedua, penggunaan berbagai alat tambahan seperti musik, warna kontras, dan berbagai teknik pengolahan di studio, kekuatan “Subliminal Message” ini semakin bertambah.
Ketiga, ketika beroperasi di alam bawah sadar, dorongan nafsu-nafsu (syahawat) manusia yang dibawa sejak lahir bagaikan bahan bakar yang tidak habis-habisnya bagi ke-efektif-an teknik ini.
Siapa Yang Memanfaatkan Teknik-Teknik Ini?
Terlepas dari pro-kontra masyarakat (itu pun hanya di antara kalangan yang memahami masalah ini), teknik-teknik mind control – kendali pikiran digunakan oleh banyak pihak. Khususnya mereka yang bergerak di bidang media massa baik elektronik maupun cetak, mereka sangat faham dan sangat memanfaatkan teknik-teknik ini untuk kepentingan mereka sendiri.
“Subliminal Message” dan yang sejenisnya digunakan sebagai alat politik negara (baca: penguasa saat itu), termasuk untuk kampanye pemenangan pemilu, baik untuk menggerakkan orang memilih kandidat tertentu, maupun untuk mengirim pesan tersembunyi yang mengungkap siapa jati diri sesungguhnya dari kandidat tersebut.
Selain penggunaan oleh pihak-pihak “otoritas”, teknik ini juga luas digunakan oleh perusahaan pembuat iklan dalam rangka meningkatkan penjualan produk yang diiklankannya.
Pihak militer juga diketahui menggunakan teknik “Subliminal Message” ini untuk melakukan “Healing” atau terapi atas para serdadu yang mengalami trauma perang. Setidaknya itulah yang diakui secara terbuka, dan tentunya pihak militer tak berbeda dalam sikap mereka menggunakan teknik-teknik ini untuk tujuan intelijen maupun ”Psywar” (perang psikologis) terhadap musuh. Disinyalir intelijen Amerika menggunakannya misal dalam film The Exorcist.
Apa Akibatnya Jika Teknik Ini Digunakan Secara Luas?
Sebenarnya tidak ada data apakah saat ini teknik-teknik mind control – kendali pikiran tersebut belum digunakan secara luas. Sangat boleh jadi sudah. Namun mungkin bisa lebih parah lagi jika kita tidak berusaha menghentikannya.
Sebagaimana disebutkan di atas, mind control – kendali pikiran dengan subliminal message yang saat ini sebagai primadonanya, telah digunakan oleh beberapa pihak.
Pihak “otoritas” atau pemerintah resmi, dan berarti penggunaanya di jalur politik.
Media massa
Para produsen hiburan
Para pembuat iklan untuk keperluan komersial.
Pribadi-pribadi maupun perusahaan maupun lembaga yang membeli dari produsen konten subliminal.
Intelijen
Siapa lagi?
Namun ada yang lebih mengkhawatirkan lagi, yaitu ketika “Subliminal Message” disinyalir digunakan oleh para pembuat film dan games, baik film maupun games dewasa dan anak-anak, pertanyaannya adalah “Untuk tujuan apa?” atau “Untuk kepentingan siapa?”. Dan lebih mengerikan lagi ternyata kebanyakan “Subliminal Message” yang digunakan oleh pihak-pihak ini justru mempromosikan sex, ****ografi dan sejenisnya! Apalagi yang dapat kita simpulkan bahwa “tujuan” mereka tidak lain adalah penyesatan ummat manusia ke jalan setan dan membentuk budaya kerusakan moral yang luar biasa.
“Subliminal Message” dilakukan bukan dengan mantra atau sesajen sebagaimana sihir, namun dengan teknik-teknik psikologi rekayasa dan manipulasi atau apapun namanya yang pada dasarnya memanfaatkan teknik-teknik memanipulasi kesadaran. Aktifitas ini dapat dimasukkan ke dalam “mind control” atau pengendalian pikiran di mana di dalamnya termasuk “brainwashing” (cuci otak), “hypnotizing” (hipnotis), sihir, dan lain sebagainya. Seringkali kita tak dapat menarik garis batas yang jelas antara satu sama lain.
Dalam Islam, sihir dan yang sejenisnya haram bahkan pelakunya adalah musyrik. Dukun-dukun sihir termasuk katagori “thaghut” kemusyrikan dan tentu saja sudah dianggap keluar dari Islam alias kafir.
Lebih jauh dapat kita lihat bahwa keseluruhan aktifitas mind control – kendali pikiran ini adalah aktifitas yang termasuk katagori ‘menghilangkan akal’ sebagaimana narkoba dan minuman keras (khamr).
Mind Control [Kendali Pikiran] Sebagai Alat Pengendali Massa
Pada tahun 1949, George Orwell, seorang novelis menulis karyanya yang cukup monumental yaitu “1984”. Dalam novel tersebut Orwell menggambarkan (atau memperingatkan) bahwa kelak pada tahun 1984 ada sebuah negara yang sedemikian rupa merampas kebebasan rakyatnya hingga melakukan pengintaian warga dan pengendalian massa lewat media dan propaganda.
Ketika novel tersebut ditulis, orang memahami bahwa itulah yang dilakukan oleh negara-negara komunis terhadap rakyatnya. Namun kini, tampaknya bahkan hal tersebut terjadi di negara “bebas” bernama Amerika. Steven Jacobson, penulis buku Mind Control in the United States, adalah teknisi film berpengalaman dalam teknik “Subliminal Message” yang digunakan dalam media komunikasi. Ia mengungkapkan betapa masalah mind control - kendali pikiran ini sungguh sangat mengkhawatirkan, sebab menurut dia teknik ini sangat kuat pengaruhnya, sangat efektif dan lebih mengerikan lagi, tidak disadari oleh yang menjadi korban atau obyeknya. Ia juga mengkhawatirkan penggunaan teknik ini menjadi liar tak terkendali sebab selain pihak otoritas belum memberikan aturannya, juga bahkan teknik ini tidak banyak diketahui selain oleh insan-insan media dan para pemerhatinya.
Di Amerika Serikat lewat internet ada sedikit geliat usaha untuk berusaha menyembunyikan atau ‘mengkaburkan kenyataan tentang betapa efektifnya teknik ini’, namun sebagaimana sifat dunia maya, pro dan kontra tidak terbendung masuk ke jalur diskusi, dan pada akhirnya kita dapat menarik kesimpulan sendiri bahwa ternyata ke-efektif-annya. Diskusi dapat dengan kita lihat dari berbagai komen di blog-blog dan situs-situs yang membicarakannya. Dan kita bahkan dapat menemukan para penjual konten-konten “Subliminal Message” ini untuk kepentingan komersial yang ditujukan bagi para pengguna pribadi maupun lembaga atau perusahaan yang mau menggunakannya. Kelompok seperti ini adalah kelompok yang jelas dan tegas menguraikan betapa efektifnya cara ini.
Mengapa Sedemikian Efektif?
Dalam bukunya Mind Control in the United States, Steven Jacobson menguraikan mengapa teknik ini begitu efektif.
Pertama, teknik ini menggarap alam bawah sadar manusia yang memiliki kekuatan besar saat diolah dengan tepat. Dengan mengalihkan si manusia dari aktifitas berpikir dan mengandalkan perasaannya untuk bertindak, ide yang dimasukkan akan diterima tanpa perlawanan.
Kedua, penggunaan berbagai alat tambahan seperti musik, warna kontras, dan berbagai teknik pengolahan di studio, kekuatan “Subliminal Message” ini semakin bertambah.
Ketiga, ketika beroperasi di alam bawah sadar, dorongan nafsu-nafsu (syahawat) manusia yang dibawa sejak lahir bagaikan bahan bakar yang tidak habis-habisnya bagi ke-efektif-an teknik ini.
Kempat, terdapat sejumlah pihak yang sangat bernafsu menggunakannya dan karenanya rela mengeluarkan biaya besar untuk membeli produk seperti ini bahkan membiayai riset-risetnya. Dengan kekuatan uang mereka pula-lah segala kontroversi etikanya dapat diredam ke bawah permukaan sehingga sebagian besar masyarakat dunia tidak tahu menahu soal jahat tersebut.
Siapa Yang Memanfaatkan Teknik-Teknik Ini?
Terlepas dari pro-kontra masyarakat (itu pun hanya di antara kalangan yang memahami masalah ini), teknik-teknik mind control – kendali pikiran digunakan oleh banyak pihak. Khususnya mereka yang bergerak di bidang media massa baik elektronik maupun cetak, mereka sangat faham dan sangat memanfaatkan teknik-teknik ini untuk kepentingan mereka sendiri.
“Subliminal Message” dan yang sejenisnya digunakan sebagai alat politik negara (baca: penguasa saat itu), termasuk untuk kampanye pemenangan pemilu, baik untuk menggerakkan orang memilih kandidat tertentu, maupun untuk mengirim pesan tersembunyi yang mengungkap siapa jati diri sesungguhnya dari kandidat tersebut.
Selain penggunaan oleh pihak-pihak “otoritas”, teknik ini juga luas digunakan oleh perusahaan pembuat iklan dalam rangka meningkatkan penjualan produk yang diiklankannya.
Pihak militer juga diketahui menggunakan teknik “Subliminal Message” ini untuk melakukan “Healing” atau terapi atas para serdadu yang mengalami trauma perang. Setidaknya itulah yang diakui secara terbuka, dan tentunya pihak militer tak berbeda dalam sikap mereka menggunakan teknik-teknik ini untuk tujuan intelijen maupun ”Psywar” (perang psikologis) terhadap musuh. Disinyalir intelijen Amerika menggunakannya misal dalam film The Exorcist.
Apa Akibatnya Jika Teknik Ini Digunakan Secara Luas?
Sebenarnya tidak ada data apakah saat ini teknik-teknik mind control – kendali pikiran tersebut belum digunakan secara luas. Sangat boleh jadi sudah. Namun mungkin bisa lebih parah lagi jika kita tidak berusaha menghentikannya.
Sebagaimana disebutkan di atas, mind control – kendali pikiran dengan subliminal message yang saat ini sebagai primadonanya, telah digunakan oleh beberapa pihak.
Pihak “otoritas” atau pemerintah resmi, dan berarti penggunaanya di jalur politik.
Media massa
Para produsen hiburan
Para pembuat iklan untuk keperluan komersial.
Pribadi-pribadi maupun perusahaan maupun lembaga yang membeli dari produsen konten subliminal.
Intelijen
Siapa lagi?
Namun ada yang lebih mengkhawatirkan lagi, yaitu ketika “Subliminal Message” disinyalir digunakan oleh para pembuat film dan games, baik film maupun games dewasa dan anak-anak, pertanyaannya adalah “Untuk tujuan apa?” atau “Untuk kepentingan siapa?”. Dan lebih mengerikan lagi ternyata kebanyakan “Subliminal Message” yang digunakan oleh pihak-pihak ini justru mempromosikan sex, ****ografi dan sejenisnya! Apalagi yang dapat kita simpulkan bahwa “tujuan” mereka tidak lain adalah penyesatan ummat manusia ke jalan setan dan membentuk budaya kerusakan moral yang luar biasa.
Post a Comment Blogger Facebook