Jessica teman Mirna. ©2016 /muhammad luthfi rahman
Wisbenbae.blogspot.com - Hampir sebulan Polda Metro Jaya berusaha mengungkap tabir gelap kematian Wayan Mirna Salihin (27) yang tewas saat minum es kopi Vietnam di Olivier Cafe, Jakarta. Mirna meninggal di tengah dua sahabatnya yakni Jessica Kumala Wongso dan Hani. Perhatian publik pun tertuju pada misteri racun sianida yang ada di kopi pesanan Mirna.
Sejumlah saksi diperiksa, mulai dari ayah korban yakni Darmawan Salihin, suami Mirna yakni Arief Soemarko (Suami Mirna) dan Sendy (adik sekaligus saudara kembar Mirna), dua sahabat Mirna yakni Jessica dan Hani, hingga pembantu Jessica. Jessica berulang kali bolak balik menjalani pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya.
Dugaan polisi mengarah pada sosok Jessica. Berbekal alat bukti yang dikantongi Polisi dan dua kali konsultasi dengan Kejaksaan Tinggi DKI, Jessica resmi ditetapkan sebagai tersangka atas kasus kematian Mirna. Perempuan jebolan Billy Blue College of Design, Sydney, Australia ini dijemput paksa di Hotel Neo, Mangga Dua Square, Jakarta Utara kemudian ditahan di Mapolda Metro Jaya.
Yudi Wibowo Sukinto, kuasa hukum Jessica tak terima dengan penetapan tersangka. menurutnya, penetapan tersangka tidak didasarkan pada bukti kuat. Polisi bergeming dan tetap mengembangkan kasus kematian Mirna dengan tersangka Jessica. Tabir gelap kematian Mirna masih tanda tanya, bukan hanya polemik penetapan status Jessica sebagai tersangka, atau barang bukti yang dimiliki polisi, tapi juga motif pembunuhan terhadap Mirna. Sejak pemeriksaan hingga saat ini polisi masih menutupi motif Jessica membunuh Mirna.
Beragam spekulasi muncul. Pertama soal hubungan cinta segitiga antara Jessica, Mirna dan suaminya yakni Arief. Ada dugaan Mirna tewas karena dia memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya seorang pria dan meninggalkan Jessica yang terbakar api cemburu. Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan menuturkan, polisi masih terus mendalami motifnya.
Dalam kasus ini polisi menduga ada keterlibatan Jessica yang merupakan kerabat dekat Mirna. Jessica merupakan orang yang menghidangkan es kopi tersebut. Selain itu, dari hasil penyelidikan polisi juga menduga Jessica memiliki kelainan seksual. Anton menyatakan tidak menutup kemungkinan Jessica seorang lesbi. Hanya saja, polisi masih mendalami untuk membuktikan hal tersebut.
Jessica ditahan 2016 /muhammad luthfi rahman
"(Motif asmara) Sangat mungkin," kata Anton di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (20/1).
"Mungkin saja (lesbi), kan sedang diselidiki juga, belum bisa memastikan," pungkas dia.
Namun, Jessica langsung membantahnya. "Itu saya ketawa, saya tolak itu, tidak benar," jawabnya tertawa.
Motif lain muncul yakni terkait warisan. Motif ini dikait-kaitkan karena sebelum Mirna meninggal, dia baru saja memberikan satu perusahaan oleh ayahnya. "Dia (Mirna) kerja setiap hari di salah satu perusahaan saya. Saya baru kasih salah satu, sudah kejadian kayak gini," kata Darmawan di Polda Metro, Kamis (21/1).
Terkait spekulasi soal ini, Yudi sang kuasa hukum Jessica langsung membantahnya. "Warisan siapa? Jessica kan nggak ada saudara sama bapaknya Mirna, siapa yang dapat warisan? Kalau dapat warisan ya motivasinya suaminya. Itu yang ditinggalkan," jelasnya di Mapolda Metro Jaya, Selasa (3/2).
"Kalau ngomong atau motif warisan loh, itu (suaminya) ya. Kalau klien saya enggak ada motif warisan," tambahnya.
Yudi juga mempertanyakan soal motif yang dijadikan dasar bagi polisi menetapkan Jessica sebagai tersangka. "Motifnya orang ngeracun itu kan, satu bilang politik, kedua masalah harta dan ketiga masalah percintaan. Masalah apalagi?," katanya.
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri punya pandangan sendiri untuk mengungkap tersangka dan motif pembunuhan dengan cara meracun. Dia yakin pembunuh Mirna bukan Jessica. Karena, bahan kimia sianida yang digunakan pelaku sebagai racun untuk menghabisi nyawa korban biasa digunakan seseorang untuk membunuh dengan motif kekuasaan, politik dan menutupi skandal.
"Tidak (Jessica). Pembunuhan dengan sianida bukan karena amarah atau sakit hati tapi lebih pada isu-isu yang lebih tinggi, entah itu karena persaingan bisnis, apa itu untuk menutupi skandal, untuk menghabisi lawan politik, tapi tidak berkaitan dengan hati dan perasaan," kata Reza dalam diskusi bertajuk 'Mencari Sang Pembunuh' di Jakarta, Sabtu (30/1).
konpers kasus mirna 2016 muhammad luthfi rahman
Jika catatan kasus pembunuhan dengan menggunakan sianida kembali dibongkar, maka dapat dipastikan jumlahnya sangat sedikit. Bahkan, motif dari pembunuhan itu pun bukan karena dendam dan rasa sakit hati seseorang.
"Kalau kita buka literatur pembunuhan penggunaan sianida jumlahnya sangat sangat sangat sedikit, dari jumlah yang sangat sangat sangat sedikit itu pembunuhan dengan sianida lebih dilatarbelakangi motif yang tidak tersangkut pahut dengan hati manusia, tidak ada kebencian di situ tidak ada sakit hati di situ," jelasnya.
Menurutnya, sianida merupakan bahan kimia yang sulit didapat. Seseorang yang ingin mengakses bahan yang bisa mematikan itu perlu melewati syarat dan prosedur ketat. Di antaranya, si pembeli harus mengisi data diri dan memverifikasi tujuan penggunaan sianida.
"Penggunaan racun untuk misalkan konflik pribadi, untuk apa digunakan racun yang sebegitu eksklusif. Kalau sekedar dendam dari orang dekat cukup menggunakan racun yang bisa dibeli di kios sebelah, sementara sianida dengan penggunaan takaran 15 gram tidak mudah diakses, dan saya tidak berpikir bahwa orang dekat korban memiliki akses mendapatkan barang tersebut," jelas Reza.
Polda Metro Jaya memilih fokus pada penguatan alat bukti dan mengesampingkan pencarian motif dari kasus pembunuhan itu. "Tidak perlulah tersangka buka motif, kami tidak mengejar pengakuan. Kami menguatkan alat bukti, sehingga nanti sinkron dengan yang ada, inilah tugas penyidik membuktikan," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Mohammad Iqbal.
Post a Comment Blogger Facebook