SWASEMBADA PANGAN DALAM 3 TAHUN?
IMPOR PANGAN MASIH BESAR DI 2016
Oleh: Sigid Kusumowidagdo
Pemerintah Jokowi -JK telah mengumumkan di awal bahwa pemerintah akan bekerja untuk tercapainya swasembada pangan dalam kurun waktu 3 tahun (berarti di 2018).
Badan Dunia Pengan dan Pertanian ( FAO =Food and Agricultural Organization) mengartikan swasembada (self-sufficiency) sebagai kecukupan persediaan pangan, tetapi tidak berarti semua orang punya akses pangan yang harganya terjangkau dan bergizi.
Maka FAO telah menggunakan konsep "Food Security" (Keamanan Pangan) yang artinya "situasi yang terjadi apabila semua orang, setiap saat memiliki akses secara fisik, sosial ekonomi terhadap makanan yang cukup, aman, bergizi yang memenuhi kebutuhan nutrisi, pilihan makanan (food preference) untuk kehidupan yang aktif dan sehat ".
Bagi Indonesia untuk mecapai swasembada pangan itu sulit. Lebih sulit lagi keamanan pangan. Kita lihat rencana impor pangan utama 2016 yang diumumkan oleh Menko Ekuin, Menteri Pardagangan, Menteri Pertanian, Kepala Bulog dan pejabat-pejabat lain di media massa sbb:
RENCANA IMPOR 2016:
1. BERAS = 1,5 JUTA ton dari Vietnam, Thailand, Pakistan
2. GULA MENTAH = untuk Industri 3,2 juta ton
3. GULA PASIR (KRISTAL) = 200.000 ton
4. KEDELAI = 1 juta ton
5. JAGUNG = 2,4 juta ton (200.000 ton per bulan)
6. SAPI BAKALAN = 700.000 - 800.000 ekor
7. DAGING SAPI = (prime cut, secondary cut) 50.000 - 60.000 ton
8. GARAM = 1,5 juta ton
9. HORTIKULTUR (Sayuran dan buah); Belum ada angka pasti untuk 2016.
Indonesia adalah eksportir dan importir.
Sebagai referensi di tahun 2014 impornya lebih banyak dari ekspor, defisit sebesar US $ 1,176 juta = Rp11,76 Triliun.
Disamping impor utama di atas masih banyak impor bahan makanan olahan contoh bakso ikan dan udang yang impornya senilai US $ 107,899/tahun dari Malaysia, Singapura, Thailand.
Banyak kendala bagi swasembada pangan antara lain: 66,8% petani Indonesia berusia 45 tahun dan 73,97% berpendidikan SD ke bawah sehingga sulit berinovasi; Setiap tahun 110 000 ribu ha. tanah pertanian di konversi menjadi lahan industri, pemukiman dan infrastruktur, yang akan meningkat di tahun-tahun mendatang.
Pemerintah perlu membuat target yang realistis, langkah konkrit dan penting sekali konsisten.
Langkah Presiden membagikan traktor tangan gratis 30.000-50.000 ke petani di Mei 2015 adalah langkah konkrit. Sayangnya timbul kontroversi karena kemudian ditarik kembali dan dikabarkan kemudian dijual Rp 7 juta per traktor untuk petani dan Rp 2,5 juta per traktor untuk kelompok tani.[]
Gimana sih pak, kok janji kampanyenya mleset mulu ? 8-)
ReplyDelete