Istanbul - Keberadaan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang berperang mengatasnamakan Islam, menjadi isu yang menyedot perhatian banyak negara termasuk Indonesia. Namun bagi seorang ulama Suriah, ISIS sejak kemunculannya tak lain propaganda intelijen internasional yang ingin menjatuhkan Islam.
"Bagi pihak-pihak yang sangat dekat dengan fenomena ISIS di Suriah, kami mengetahui betul bahwa mereka ini jauh dari nilai-nilai Islam. Sebab tujuan mereka adalah untuk menghancurkan Islam sendiri, untuk menstigmakan keburukan dan kejahatan terhadap ajaran Islam," kata ulama asal Suriah Syaikh Abdullah Mustafa Rahhal saat berdiskusi dengan Forum Indonesia Peduli Syam yang dihadiri detikcom di Istanbul, Turki, Sabtu (30/5/2015).
Abdullah menceritakan dia tinggal di Provinsi Idlib, Suriah, membina Islamic Center bagi lebih dari 5.000 murid dan pejuang-pejuang sipil yang berperang melawan rezim Bashar al-Asaad, termasuk melawan ISIS yang didukung rezim Bashar.
"Kami yang langsung menghadapi dan menjadi saksi hidup. Kami bukan hanya melihat keadaan di Suriah, tapi kami yang menciptakan peristiwa itu dan mengadakan revolusi di Suriah dan membina pejuang," ujar Abdullah yang datang ke Turki untuk menemui tim kemanusiaan Indonesia FIPS.
"Kami sendiri yang menangkap anggota ISIS, bahkan bukan hanya orang biasa, tapi pemimpin-pemimpinnya. Mereka yang kami tangkap kalau tidak perwira militer pemerintahan, atau perwira dari Iran atau Rusia kemudian dari intelejen Garda Nasional Suriah. Mereka berasal dari sana," paparnya dalam bahasa Arab.
Anggota ISIS alias intelijen yang tertangkap itu diketahui mengganti namanya dengan nama-nama Islam, memakai jenggot, atribut-atribut muslim termasuk mengkampanyekan bendera yang dikenal sebagai simbol ISIS seolah mereka mujahidin. Tak sedikit dari mereka adalah non-muslim.
"Kami yang langsung menangkap, menginterogasi orang-orang ISIS, bahkan pemimpinnya. Sehingga kami bisa yakin mengeluarkan pernyataan bahwa ini adalah proyek intelijen, proyek asing yang ingin mengacaukan revolusi Suriah tapi dengan tangan lain, dengan cara seolah-olah ini pejuang Islam padahal itu untuk tujuan rezim," ungkap Abdullah didampingi puteranya yang juga pernah ditangkap ISIS
Menurutnya, ISIS mendapat dukungan dan turut diciptakan oleh rezim Bashar karena ingin menghentikan perlawanan rakyat Suriah yang menginginkan revolusi atau pergantian rezim. Momentum perlawanan itu terjadi pada Maret 2011 saat banyak sipil terbunuh.
"Setelah 6 bulan mereka mendeklarasikan ISIS, kami berani ungkapkan sikap secara tegas dan terang-terangan kepada masyarakat bahwa ISIS menyimpang dari ajaran Islam, karena mereka mulai menimbulkan banyak korban dari anak-anak, memperkosa wanita melakukan pembunuhan dan lainnya," paparnya.
Abdullah membantah pemberitaan media internasional bahwa ISIS sudah menguasai banyak kota di Suriah dan semakin meluas. Menurut kesaksiannya, ISIS hanya menguasai satu provinsi saja bernama Rakka. Lainnya seperti Idlib tempatnya tinggal dan Allepo dikuasai oposisi atau pejuang Suriah.
Selebihnya, dikuasai tentara Bashar seperti Damaskus, Latqia, Homs, meski wilayah pedesaannya masih ada pasukan oposisi. "Kenapa kita lambat menguasi kota yang dikuasasi rezim Suriah, karena untuk hindari pertempuran besar yang bisa mengakibatkan korban warga lebih banyak," terang Abdullah.
Sementara organisasi kemanusiaan terbesar di Turki, IHH (Insan Hak ve Hürriyetleri ve Insani Yardim Vakfi) atau Organisasi HAM, Kebebasan dan Bantuan Kemanusiaan, juga menyebut isu ISIS adalah masalah yang sangat kompleks. Tak diketahui pasti siapa yang menciptakan ISIS.
"ISIS adalah isu yang sangat kompleks. Siapa ISIS? Siapa orang-orang itu? Bagaimana kelompok ini bisa muncul? Siapa yang mendukung mereka? Bagaimana mereka mendapat kekuatan besar dalam waktu singkat? Sangat banyak pertanyaan tentang ISIS," kata Koordinator Hubungan Internasional dan Diplomasi IHH Izzet Sahin, Jumat (29/5).
Izzet mengatakan, banyak peperangan terjadi sebelumnya di Bosnia, Kosovo, Chechnya, Afghanistan, dan negara lain, tapi tidak ada dari mereka mendeklarasikan negara di dalam negara. Sementara ISIS sebaliknya, bahkan mereka didukung rezim Suriah dan Irak menindas sipil.
"Untuk ISIS semua orang adalah kafir. Orang Sunni kafir, Syiah kafir, sampai mereka tunduk dan mendukung khilafah. Ini adalah paham ISIS," ucapnya.
Sumber: detik
Post a Comment Blogger Facebook