Pukul, 20.00 aku baru sampai di shelter transjakarta Pancoran. Damn It! Butuh satu jam setengah untuk mengarungi kerasnya jalur Ibukota, perkiraanku meleset dua kali lipat Kupikir sebelum waktu menyentuh 19.30 aku sudah sampai dan bisa mengisi dahulu perut yang sedari siang belum kuisi dengan makanan padat
Setelah turun dari transjakarta, dengan nafas yang sesak dan badan yang terasa lemas , setengah sadar ku ayunkan kakiku melangkah hingga akhirnya sampai di meeting point dengan kawan-kawanku.
Masuk ke dalam mobil, aku akan makan pikirku Ahh ternyata lagi-lagi meleset, semua logistik kami ada di bagasi dan tak ada yang membawa makanan, hanya ada sebungkus ceres yang dapat kugapai dari kantung kecilku
Rute Jakarta – Jawa Barat siap untu kami tempuh dengan ”nebeng” mobil Pak Omas dan turut menumpang di kediaman beliau hingga Sabtu pagi
Selain menghemat budget tentu ini juga menghemat tenaga, tak perlu lagi kami berdesakan di dalam bus menuju Garut
Tak banyak cerita selama perjalanan, hanya ada alunan lagu Jawa campur Dangdut yang terdengar lewat pemutar musik dari mobil Pak Omas. Kami lebih banyak tidur dan terdiam karena masih kelelahan dengan aktifitas kami sepanjang Jumat tadi
Perut pun kenyang, kami kembali ke kamar yang telah disediakan untuk kemudian beristirahat dan menenggelamkan diri dalam gelapnya malam
Sekali lagi, Terima Kasih Pak! :
Rumah Pak Omas:
angkot:
Setelah sempat debat, akhirnya sang supir langsung menjalankan kendaraannya menuju ke kawasan Cisurupan
Untungnya hal itu tak terjadi, kami sampai dengan selamat di Cisurupan, walau sayang angkot yang kami tumpangi harus diberhentikan paksa oleh para tukang ojek dan supir pick up disana
Turun dari angkot, kami pun sempat debat antara naik ojek atau naik pick up , Naik ojek memakan biaya Rp. 35.000 per orang, menumpang pick dikenakan biaya Rp. 200.000 / mobil dengan ketentuan satu mobil maksimal 12 orang
Inisiatif pun muncul, akhirnya kami mencari para pendaki lain yang hendak ke tujuan yang sama dengan kami untuk menekan biaya sewa mobil. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya kami bertemu dengan 4 orang pendaki pria yang salah duanya cukup menarik perhatian mataku :
uhuk:
11.30 WIB, kami bersepuluh dengan menumpangi pick up menuju camp David
Jujur, ini pertama kalinya aku naik kendaraan seperti ini , awalnya seru walau sedikit ngeri saat melewati jalanan rusak
pick up:
Setelah kurang lebih 30 menit berada di atas pick up, akhirnya kami sampai di camp David atau gerbang masuk Gunung Papandayan. Setelah mengurus biaya simaksi sebesar Rp. 2000,- / orang kami mencari tempat yang teduh dan mulai makan siang sembari menunggu beberapa rekan yang
Camp David:
12.30 WIB Pendakian dimulai
Dengan ngantuk001 sebagai leader, dilanjut dengan pasangannya, g.a.p, muso, aku dan terakhir tengenesia sebagai leader Awal pendakian nafas terasa sesak dan jantung berdebar, ya aku selalu seperti ini saat 15 hingga 30 menit pendakian awal mungkin itu masa transisi
Belerang:
Melewati kawasan belerang dengan baunya yang sedikit menusuk hidung belum lagi sinar matahari yang cukup terik siang itu membuat kami sebentar-sebentar duduk istirahat. Tak lupa kami pun menyempatkan untuk mengabadikan momen lewat kamera yang dibawa agan ngantuk001
Setelah lama melewati kawasan belerang kami tiba di sebuah kawasan penuh rumput dan cantigi dan nampaknya kawasan vegetasi mulai terlihat
bakso:
Disini, rombongan mulai tak sesuai formasi awal, mas muso dan april melaju didepan, sementara aku dan yang lainnya berjalan dibelakang hinnga pada akhirnya aku berjalan sendiri di antara 2 rombongan kecil itu, maksud hati ingin mengejar mas muso namun tak juga terlihat wujud mereka akhirnya, sambil memperbaiki nafas aku menunggu 3 kawan dibelakang, cukup lama mungkin 10 menit
Yeeay Pondok Saladah :
Usai mencari tempat yang kira-kira aman dan nyaman untuk mendirikan tenda, kami pun lang mendirikan tenda dan melakukan ibadah ashar Dilanjut dengan mengambil air, masak seperlunya dan sibuk dengan aktivitas masing-masing
kemping:
Iseng, akhirnya aku dan sista g.a.p turut berjalan sore menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang tak bisa kami temui di tempat lain Setelah melewati jalanan yang cukup becek kami pun berencana untuk mencari kayu bakar agar bisa kami gunakan untuk api unggun nanti malam
pemandangan sore:
Setelah mendapatkan beberapa buah kayu bakar, kami akhirnya kembali ke tenda dan bergabung dengan cerita sendu tengenesia Sempat ditertawakan akibat ternyata kayu bakar yang dibawa ternyata masih basah
Ditemani dengan mie yang kami masak dan beberapa roti kami bercerita di bawah redupnya sinar senter hingga akhirnya kami kembali terlelap hingga subuh tiba Walau mimpi menyaksikan laga Liverpool vs Arsenal sempat kualami saat tidur :
Minggu pagi, 04.30 WIB, kami terbangun dan bersiap untuk summit hingga Tegal Alun
Hutan Mati - Tanjakan Mamang :
Tegal alun:
Setelah itu kami pun tak ingin kalah dengan pendaki lainnya untuk mengambil gambar, kami berfose depan kamera saling bergantian :
1 jam sudah kami menikmati Tegal Alun, setelah itu kami kembali bergegas bersiap turun kembali ke camp
Saat menuruni tanjakan mamang, sepertinya aku sempat salah pijakan yang membuat salah satu kaki ini merasa nyeri saat dibawa jalan dan membuat perjalanan turun kami memakan waktu yang sama dengan saat naik
Sempat hampir salah pilih jalur saat di Hutan Mati, akhirnya kami tiba dengan selamat di Pondok Saladah
turun:
Di tenda, kami membuat sarapan kembali dan tak lupa membereskan perbekalan logistik dan re packing untuk persiapan pulang
kegiatan:
Dengan membuat pisang bertabur keju, ceres dan susu kami menikmati kembali sarapan pagi itu
Pondok Saladah2:
TURUN YUK:
Sayang saat perjalanan turun, kami tak menemui lagi tukang bakso yang aku temui justru seorang pria : yang menyapaku karena kaos yang kukenakan :
Memasuki kawasan belerang, perjalanan mulai tak beraturan, agan ngantuk001, april, g.a.p dan tengenesis didepan, semnetara aku dan mas muso terpisah jauh dibelakang Karena langkahku yang lebih lambat saat turun membuat mas muso dengan sabar menemaniku
BELERANG LAGI:
Saat tiba dikumpulan 4 rekan yang lain, ternyata rekan dari agan ngantuk001 kakinya terkilir hingga membuat aku membawa tas kerilnya yang lumayan berat sementara tasku kuserahkan kepada aboi ngantuk001
12.30 WIB akhirnya kami tiba di camp david dan pemandangan pertama yang kami lihat adalah tukang bakso
Ternyata tukang baksonya hari ini mangkal disini belum ke atas
Setengah sudah kami menumpangi pick up hingga akhirnya kami tiba di Cisurupan, sampai di sebuah rumah makan padang, kami isi perut dahulu sebelum akhirnya kami mampir ke Bandung selama 24 jam dan baru keesokan harinya kami pulang ke rumah masing-masing
Mission Complete!
Terimakasih kepada Pak Omas dan keluarga
Terimakasih kepada rekan kerja yang memberikan aku cuti
Terimakasih kepada warga Garut, Bandung dan sekitarnya
Terimakasih kepada para petugas dan pendaki Gunung Papandayan yang ramah-ramah :
Terimakasih kepada pembaca catper ini
Terimakasih Untuk Kamu
Terimakasih telah membaca catper yang mungkin sangat panjang ini
Sumber
Post a Comment Blogger Facebook
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.