Belakangan, Rusia dan China memiliki status pariah di mata elit kekaisaran AS. "Dalam beberapa bulan terakhir, kita menyaksikan AS mencoba mendorong Rusia ke Timur dan mencabik-cabiknya," ujar analis geopolitik, John V. Walsh.
Pada saat yang sama, Obama melintasi Asia Timur, mencoba merajut aliansi militer dan ekonomi bersama anti-China di Pasifik Barat dengan Jepang sebagai faktor penentu. "Jadi, secara mencolok, AS telah bersekutu dengan neo-Nazisme di Ukraina dan militerisme Jepang di... Asia," papar kritikus tajam kekiasaran AS ini.
Semua itu terjadi, lanjutnya, justru di tengah perubahan yang cukup besar di Rusia dan China, yang mengklaim tidak lagi tertarik dengan perang salib anti-kapitalis. "Satu negara lain yang juga bernasib sama [dizalimi AS] adalah Iran," kata Walsh.
Rusia dan China merupakan dua pusat kekuatan besar di luar kendali kekaisaran AS. "Demi dominasi global, AS tidak akan mentolerir pusat kekuasaan alternatif dan menantang semacam itu," tegas Walsh.
Alasannya, pusat-pusat tersebut memberi alternatif bagi pihak lain yang ingin mengecap kemerdekaan dari cegkeraman Barat. "Karenanya, organisasi semacam BRICS (Brasil, Rusia, India, China, and Afrika Selatan) tak akan ada, atau setidanya tidak akan berarti banyak, tanpa 'R' dan 'C'," imbuhnya.
Tapi, kata Walsh, pertempuran melawan kolonialisme belum berakhir. "Tentu India, sebagian besar Amerika Latin, sebagian besar Asia Timur, dan sebagian besar Afrika belum membebaskan diri dari Barat dan mengembangkan potensi ekonominya; mereka belum lolos dari keterbelakangan karena masih dalam pelukan Barat" tambahnya.
Beberapa pemerintah muncul menantang AS, seperti Bolivia, Venezuela, dan Ekuador. "AS terlibat... dalam upaya menggulingkan pemerintah atau pemimpin yang menantangnya," terang Walsh.
Beberapa figur pemimpin seperti Mossadegh (Iran), Allende (Chile), dan Chavez (Venezulea), yang asli demokrat, ingin membawa rakyatnya terbebas dari kemiskinan. "Merekalah yang berusaha dihancurkan Barat, saat dunia tahu sekarang ini bahwa 'demokrasi' dan 'hak asasi manusia' tak ada hubungannya dengan strategi neo-kekaisaran AS," tegas Walsh.
Akhirnya, Iran merupakan musuh terbesar ketiga AS dan Barat. "Menariknya, Iran mengikuti arus yang sama dengan China dan Rusia," imbuhnya.
Setelah pemimpin terpilih sosial demokrat dan nasionalis, Mossadegh, digulingkan CIA yang kemudian menobatkan sosok diktator brutal, Shah Pahlevi, terjadi revolusi damai yang dipimpin para ulama pada 1979. Revolusi spektakuler yang menggulingkan Shah dan memotong hubungan dengan Barat itu kini menjadi simbol perlawanan bagi negara-negara Muslim terhadap imperialisme dan arogansi AS cs, serta anak pariahnya, rezim zionis "Israel".
Di dalam negeri AS sendiri, muncul resistensi publik yang terus meluas terhadap sikap agresif dan haus perang rezimnya. "Menurut mereka, pemerintah tidak boleh ikut campur dalam kehidupan bangsa-bangsa lain... [menyudahi] neokolonialisme, neo-imperialisme," ujar Walsh.
Rakyat AS pada umumnya tidak ingin lagi pemerintahnya melakukan intervensi di luar negeri, tidak percaya itu sebagai kewajiban moral, serta menolak membiayainya. "[Karenanya] pintu terbuka untuk meluasnya gerakan anti-perang dan anti-kekaisaran; dan dibutuhkan kerjasama yang solid agar kita tidak terbenam dalam kobaran api [peperangan] dunia."
Post a Comment Blogger Facebook