Hans Forssberg anggota panitia Karolinska Institute Nobel berbicara kepada wartawan dalam konferensi pers di Stockholm, Swedia pada 5 Oktober 2015. Panitia memberikan Hadiah Nobel dalam bidang kesehatan atau fisiologi kepada William Campbell, Satoshi Omura dari Jepang dam Tu Youyou dari Tiongkok.© EPA/FREDRIK SANDBERG SWEDEN OUT
Tiga peneliti memenangi Hadiah Nobel dalam bidang kesehatan atas karya mereka yang berhasil menemukan cara memerangi malaria dan infeksi parasit cacing.
Salah satu pemenang, Youyou Tu dari Tiongkok, telah dikenal sebagai penemu Artemisinin, obat yang berhasil menurunkan tingkat kematian akibat malaria, dengan menggunakan ramuan Tiongkok yang sudah digunakan selama berabad-abad.
Dulu orang menggunakan klorokina atau kina sebagai obat malaria. Mulai 1950-an, klorokina mulai tersedia secara luas dan tingkat kematian akibat Malaria mulai menurun secara drastis di Afrika.
Namun, penggunaan obat jenis ini yang berlebihan menyebabkan malaria menjadi kebal.
"Sampai akhir 1960-an, berbagai usaha telah dilakukan untuk mengenyahkan malaria namun gagal dan penyakit ini kembali menyebar," kata Dewan Nobel dalam pernyataan tertulis (PDF). Komunitas kesehatan membutuhkan obat untuk mengobati malaria.
Ternyata Tu berhasi menggunakan ramuan herbal Tiongkok sebagai obat untuk menghadapi serangan malaria.
Artemisia annua yang diteliti Yu telah lama digunakan sebagai obat demam, demikian dilaporkan New York Times.
Hasilnya sebenarnya tidak konsisten pada awalnya, sehingga Yu berpaling kepada literatur obat Tiongkok dan menggunakan pengetahuan itu untuk menentukan bagaimana komponen aktif Artemisia annua bisa disarikan. Komponen penting itu kemudian disebut Artemisinin, dan terbukti secara efektif mampu melawan paraist malaria pada hewan dan manusia.
"Artemisinin menjadi agen antimalaria yang baru yang dengan cepat mampu membunuh parasit Malaria pada awal perkembangan parasit itu, sehingga menunjukkan potensi yang sangat besar dalam pengobatan malaria yang akut," ujar Panitia Nobel seperti dikutip The Guardian.
Saat ini malaria menginfeksi sekitar 200 juta orang setiap tahun dan Artemisinin digunakan di tempat malaria menjadi masalah bagi manusia. Saat dipadukan dengan perawatan lainnya, Artemisinin berhasil menurunkan tingkat kematian akibat malaria lebih dari 20 persen pada orang dewasa, dan lebih dari 30 persen pada anak-anak.
Di Afrika obat ini diperkirakan berhasil menolong lebih dari 100.000 jiwa dari kematian per tahun.
Terapi kombinasi berdasar Artemisinin sekarang menjadi andalan melawan malaria dan komunitas kesehatan dunia terus menggunakannya karena ketiadaan vaksin malaria.
Tu berbagi Hadiah Nobel bersama William C. Campbell dan Satoshi Omura, yang menemukan obat Avermectin.
William C Campbell dan Satoshi Omura mengembangkan obat baru untuk mengatasi infeksi yang disebabkan parasit cacing gelang.
Cacing parasit mempengaruhi sepertiga penduduk dunia dan menyebabkan sejumlah penyakit, termasuk jenis kebutaan River Blindness dan Lymphatic Filariasis atau atau cacing dalam sistem limpa.
Setelah selama puluhan tahun dengan kemajuan yang terbatas, penemuan dua obat baru -Avermectin untuk River Blindness dan Lymphatic Filariasis, serta Artemisinin untuk malaria- dipandang telah menyebabkan perubahan besar.
Announcement of the Nobel Prize in Physiology or Medicine 2015
Post a Comment Blogger Facebook