GuidePedia

0
http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/muslim-jerman-_110719192027-763.jpg
Ramadhan di negeri seberang memberi pengalaman berarti bagi Suratno. Dosen Falsafah dan Agama Universitas Paramadina yang selama empat tahun bermukim di Jerman mengungkapkan, ketika Ramadhan tak sedikit warga non-Muslim setempat yang ingin mengetahui Islam.

“Bagi saya, hal yang terkenang hingga saat ini adalah ketika berkah Ramadhan sampai dirasakan warga Jerman,” ujar pria yang mengenyam pendidikan Doktor bidang Politik Antropologi dan Agama di Universitas Frankfurt, Jerman. Suratno tiba di Jerman pada 2009 dan kembali ke Indonesia pada 2013.

Ayah satu anak ini menceritakan, sering kali ketika kegiatan Ramadhan, khususnya saat berbuka puasa, ada warga Jerman tertarik dengan puasa. Mereka yang non-Muslim ingin mengetahui aktivitas umat Islam ketika Ramadhan. Bahkan, menunggu dan memperhatikan shalat Tarawih yang dilakukan setelah Isya.

Mereka datang dengan seorang teman Muslim di kampus maupun tempat kerja. Suratno yang saat itu menjabat Ketua Tahfidziyah PCI -NU Jerman mempunyai seorang teman non-Muslim. Dia meminta izin ikut berbuka puasa bersama di Masjid Turki yang berada dekat tempat tinggalnya.

Temannya juga ingin tahu shalat Tarawih. Tak jarang, non-Muslim datang penasaran dan mengajukan pertanyaan, “Mengapa harus berpuasa? Mengapa shalat Tarawih jumlahnya banyak? Dan, mengapa harus setelah shalat Isya?”

Bahkan, waktu Suratno ceramah, dia tak menyangka banyak non-Muslim menyimak. “Beberapa dari mereka bertanya lebih lanjut mengenai Ramadhan,” katanya menjelaskan.

Suratno membawa keluarganya dan berdiam di Kota Frankfurt am Maim, Jerman. Saat itu, tempat tinggalnya dekat dengan Masjid Turki.

“Alhamdulillah, tempat tinggal saya dekat dengan Masjid Turki. Masjid Turki Dien Islam selalu mengadakan kegiatan sapanjang Ramadhan,” ujarnya.

Warga Muslim dari berbagai negara berkumpul untuk beribadah, meskipun mayoritas dari jamaahnya adalah Muslim asal Turki. Ibadah Ramadhan tak terlewatkan untuk dilaksanakan. Tapi, karena masjid tersebut tidak besar, hanya jamaah laki-laki yang shalat.

Terdapat beberapa jenis makanan yang rutin dan selalu ada ketika berbuka puasa bersama di Masjid Turki itu, salah satunya Turkish Delight yang bentuknya seperti kue mochi.

Umat Islam di Jerman berpuasa selama 19 jam pada musim panas. Sementara, di Jerman biasanya anak-anak Muslim berpuasa ketika berusia 13-14 tahun. Orang tua memeriksakan kondisi anaknya sebelum diizinkan berpuasa. [yy/republika.co.id] 
 
 Sumber 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top