Pada tahun 2007, Philip Giraldi, mantan direktur operasi CIA menulis artikel tentang terjadinya perang Iran melawan Amerika-Israel yang memicu Perang Dunia III. Artikel ini mendapat sambutan luas dan terbesar di berbagai media massa independen hingga media-media utama dunia.
Giraldi adalah salah seorang penggerak satu kelompok mantan pejabat inteligen Amerika yang beberapa waktu lalu menulis surat kepada Presiden Barack Obama dan memintanya untuk tidak melakukan "perang bodoh" melawan Iran, negara yang jauh lebih kuat dibanding Irak dan Afghanistan yang tidak bisa ditaklukkan sepenuhnya oleh Amerika.
Menanggapi
situasi yang semakin genting antara Amerika dan Iran akhir-akhir ini,
Giraldi kembali merilis analis-nya yang telah diperbaharui tentang
jalannya perang antara Amerika dan Israel melawan Iran yang dimuat di
situs antiwar.com tgl 12 Januari yang lalu. Secara ringkas analisis
perang tersebut adalah sbb:
Tersudut oleh sanksi ekonomi yang diterapkan Amerika dan sekutu-sekutunya, Iran memutuskan melakukan aksi penutupan Selat Hormuz. Sebuah kapal fregat Amerika, USS Ingraham, melintas di selat tersebut untuk melakukan misi patroli di lepas pantai Bushehr tampat reaktor nuklir Iran berada. Ia dicegat oleh kapal patroli cepat Iran yang mengultimatumnya untuk menyingkir. Ultimatum diabaikan dan kapal patroli Iran menembakkan granat berpeluncur roket ke USS Ingraham yang dibalas dengan tembakan meriam Phalanx. Kapal patroli Iran tenggelam dalam insiden tersebut dan menewaskan seluruh awaknya. Di pihak Amerika beberapa awal kapal tewas dan luka-luka.
Merespon
insiden tersebut Armada V Amerika mengirimkan pesawat-pesawat tempurnya
yang berpangkalan dari dek kapal induk USS John C. Stennis,
menghancurkan pangkalan laut dimana kapal patroli Iran berasal. Presiden
Obama mengadakan konperensi pers menuduh Iran telah melakukann
provokasi dan tindakan perang serta berjanji untuk melakukan apapun
untuk mendukung kekuatan militer Amerika di kawasan konflik, namun ia
menahan diri untuk tidak menyerang Iran dengan kekuatan penuh. Sidang
darurat DK dan Majelis UMum PBB menyerukan gencatan senjata, namun
ditolak Amerika dan Israel.
Israel
memanfaatkan situasi dengan melakukan serangan udara atas
fasilitas-fasilitas nuklir Iran, menewaskan puluhan orang termasuk
tenaga-tenaga ahli Rusia. Iran menembak jatuh 6 pesawat tempur Israel.
Congress
Amerika dengan dukungan pers, menyerukan serangan militer besar-besaran
Amerika kepada Iran. Obama memerintahkan aksi militer terbatas terhadap
Iran. Dengan keunggulan udara dan laut, Amerika menghancurkan
fasilitas-fasilitas nuklir, militer dan infrastruktur Iran serta ribuan
warga sipil Iran tewas.
Setelah
jeda sejenak, Iran membalas dengan menembakkan rudal-rudal jarak sedang
dan jarak jauhnya. Kapal induk USS John C. Stennis tertembak rudal Iran
dan mengalami rusak berat hingga harus naik dok. Iran juga mengerahkan
kapal-kapal patroli cepat berpeluru kendalinya untuk melakukan aksi-aksi
serangan bunuh diri yang menimbulkan korban tidak sedikit pada Armada
V.
Demonstran
pendukung Iran berlangsung ricuh di Beirut. Hizbllah menembakkan
roket-roket dan rudalnya ke Israel menghantam Tel Aviv dan menewaskan
ratusan warga Israel. Israel membalas dengan membom Lebanon dan Syria
yang dianggap mendukung Hizbollah. Rudal-rudal jarak jauh Shahab-3 Iran
menghantam Israel, menewaskan lebih banyak korban. Israel memobilisasi
pasukan dan mengerahkannya ke perbatasan dengan Lebanon dan Syria. Syria
dan Lebanon juga memobilisasi pasukan. Kerusuhan terjadi di Baghdad
menuntut pemerintah Irak memberikan dukungan kepada Iran seraya
menyerang kantor kedubes Amerika.
Para
pejuang Shiah pro-Iran melakukan aksi sabotase terhadap kilang-kilang
minyak Saudi. Sebuah kapal tanker Kuwait dihantam rudal Iran, tanker
lainnya menghantam ranjau laut yang ditebar Iran. Perusahaan-perusahaan
asuransi menolak klaim asuransi dengan alasan korban perang tidak
manjadi tanggungan asuransi. Jalur Selat Hormuz tertutup total oleh
blokade Iran menyebabkan harga minyak dunia melonjak hingga $300
per-barrel. Indeks Dow Jones melorot hingga 900 point hingga membuat
banyak kebangkrutan.
Amerika
menawarkan gencatan senjata, tapi ditolak Iran yang sudah mengalami
kehancuran fisik dan ngotot untuk membalas dendam. Presiden Afgahnistan
ditembak mati oleh pengawal Shiah-nya. Terjadi kevakuman pemerintahan
dan Taliban mengambil alih kekuasaan. Wilayah Mazar-i-Sharif yang
mayoritas dihuni masyarakat Shiah menyatakan pisah dari Afghanistan dan
menggabungkan diri dengan Iran.
Pakistan
menyatakan kondisi darurat perang dan memerintahkan Amerika mengurangi
personil diplomatik dan militernya. Pakistan juga menutup perbatasannya
dengan Afghanisan, membuat pasukan NATO di Afghanistan secara otomatis
terkepung. Operasi penyelamatan besar-besaran melalui udara pun
dilakukan NATO terhadap pasukannya yang tertinggal, dengan meninggalkan
sejumlah besar perlengkapan militer.
Pemerintahan
Lebanon dan Palestina mengundurkan diri dan digantikan oleh Hizbollah
dan HAMAS. Hujan rudal Iran menghantam kilang-kilang minyak Saudi dan
negara-negara Teluk, memaksa mereka membujuk Iran untuk menghentikan
aksinya dan menyatakan diri netral serta berjanji tidak akan memberikan
bantuan kepada Amerika.
Ribuan
sukarelawan menumpuk di perbatasan Gaza, Mesir, menuntut pemerintah
mengijinkan mereka berperang di Palestina. Demonstran Shiah menumbangkan
regim Sunni Bahrain dan membentuk pemerintahan baru yang pro Iran,
memaksa Armada V Amerika meninggalkan pangkalannya di Bahrain. Indeks
Dow Jones semakin hancur.
Amerika
membujuk Cina dan Rusia untuk mempengaruhi Iran menyetujui gencatan
senjata, namun ditolak kedua negara dengan alasan Amerika lah yang
menjadi provokator perang selain korban jiwa tenaga ahli mereka di Iran.
Aksi-aksi pemboman bunuh diri terjadi di kota-kota besar Amerika dan
Eropa. Obama mengancam Iran akan menggunakan senjata nuklirnya kecuali
Iran setuju gencatan senjata. Iran tetap menolak. Negara-negara nuklir
di di sekitar kawasan, Cina, Rusia, India, Pakistan dan Israel langsung
menyatakan kondisi darurat nuklir.
Kapal-kapal
perang Amerika satu demi satu mendapat serangan rudal Iran.
Kantor-kantor kedubes Amerika di kawasan Timur Tengah mendapat serangan.
Demo-demo anti Amerika pecah di seluruh negara Islam termasuk Indonesia
dan Malaysia. Kantor konsulat Amerika di Karachi dibakar massa.
Aksi-aksi
teroris di Amerika memaksa penerbangan domestik anjlok hingga separo.
Amerika menangkapi para pemimpin Islam yang dianggap membahayakan,
demikian juga para aktifis anti-perang. Israel terus-menerus menerima
serangan roket dan rudal dari Lebanon, Syria, Palestina dan Iran.
Serangan balasan Israel menghancurkan negara-negara musuhnya tapi tidak
mampu menghentikan serangan musuh. Pemerintah Israel tumbang dan
digantikan regim baru yang lebih keras. India mengancam menyerang
Pakistan jika tidak memberikan jaminan keamanan arsenal nuklirnya.
Amerika
menggunakan senjata nuklirnya, tipe bom neutron yang mematikan namun
kurang menimbulkan kerusakan fisik. Ratusan ribu rakyat Iran tewas
seketika. Namun Iran terus melawan dan menembakkan rudal-rudalnya.
Kapal-kapal perang Amerika pun bertenggelaman terkena tembakan rudal
anti-kapal Iran. Cina dan Rusia menyatakan kondisi siaga nuklir
tertinggi.
Militan
Pakistan yang didukung militer mengkudeta pemerintah. India yang
khawatir nuklir Pakistan jatuh ke tangan teroris melakukan serangan
kilat ke Pakistan dengan sasaran utama kota Wah dan Multan yang
merupakan pusat persenjataan nuklir dan konvensional Pakistan. Pakistan
membalas dengan menembakkan rudal nuklirnya ke New Delhi.
Perang Dunia III pun pecah.
Meski
Giraldi adalah pakar politik dan inteligen, ia melupakan fakta bahwa
Saudi dan negara-negara Teluk serta Jordania adalah sekutu
Amerika-Israel yang sudah lama terlibat dalam skenario serangan terhadap
Iran. Karena itu mereka pun aktif terlibat dalam serangan udara ke Iran
bersama Amerika. Demikian juga NATO, aktif terlibat dalam peperangan di
pihak Amerika.
Ia
juga melupakan fakta bahwa Iran telah memiliki sistem pertahanan udara
canggih yang merontokkan 1/3 pesawat-pesawat Amerika dan
sekutu-sekutunya. Iran juga memiliki ribuan rudal-rudal dan torpedo
kecepatan tinggi yang sulit dideteksi radar hingga mampu menenggelamkan
sebagian besar Armada V. Belum lagi ratusan speedboat dan kapal patroli
cepatnya yang juga dilengkapi dengan rudal anti-kapal.
Sumber : theglobal-riview, indocropcicles, wikipedia
Follow @wisbenbae
Post a Comment Blogger Facebook