Premium call merupakan salah satu istilah yang lazim untuk menyebut telepon seks berbayar. Tarif untuk mendengarkan godaan libido dari wanita di ujung telepon tergolong fantastis, penelepon dikenakan biaya Rp 1.700 per 30 detik.
"Halo sayang. Kamu lagi kesepian ya?" sapa hangat perempuan yang mengaku bernama Adel tersebut ketika mengangkat telepon dari konsumen.
Dia mendeskripsikan dirinya pada fantasi yang ada dalam pikiran pria kebanyakan dan selalu mengaku sebagai mahasiswi. "Kata orang aku cantik, rambutku panjang dan aku seksi loh," ujar Adel genit.
Ketika pria yang menjadi konsumennya mulai menggoda, itulah kesempatan bagi Adel untuk melancarkan jurus-jurus untuk mengeruk keuntungan dengan durasi telepon itu. Kepada merdeka.com, Adel mengaku biasanya pria yang meneleponnya selalu disuruh untuk membayangkan ketika wanita sedang mandi.
"Aku lagi mau mandi. Kamu lagi apa? Kamu mau temenin aku mandi ya. Kamu coba bayangin deh," tiru Adel.
Dia mengatakan saat pria tersebut sudah diburu nafsu, maka durasi telepon semakin lama dan otomatis tarif premium call itu membengkak. Menurut Adel, setiap hari selama melayani puluhan penelepon cabul bila masuk pada shift malam 22.00-06.00 WIB.
Walaupun menjaring penelpon hingga puluhan, Adel mengaku hanya dibayar Rp 800 ribu per bulan.
Dalam hitungan kasar, bila 20 kali telepon dikali 10 operator dikali per telepon 20 menit, dengan tarif Rp 1.700 per 30 detik. Lalu dikali tiga shift. Maka angka yang muncul adalah sekitar Rp 40 juta per hari. Kalikan 30 hari, maka rata-rata pengusaha bisnis ini mendapat penghasilan Rp 1,2 miliar. Sangat menggiurkan.
Operator telepon seks ini punya dua sasaran. Yang pertama mereka yang awam dan tertarik menelepon karena penasaran dengan iklan sensual di koran, ataupun sms yang menggoda. Yang kedua, mereka yang memang sudah kecanduan telepon seks. Tak cuma ABG, orang dewasa dan tua pun menjadi pelanggannya.