Sebuah ulasan dalam New Scientist menyebutkan, buah sukun (Artocarpus altilis) merupakan salah satu "superfoods " yang berpotensi mengatasi kelaparan di seluruh dunia sekaligus menyediakan protein dalam dosis yang menyehatkan.
Berat sukun yang secara keseluruhan sekitar tujuh kilogram dapat memberikan porsi karbohidrat untuk lima orang anggota keluarga.
Para ilmuwan percaya, sukun berpotensi memberi makan masyarakat di seluruh dunia jika buah ini menghasilkan sekitar 204 kilogram/musim.
Sukun yang dikonsumsi di seluruh Kepulauan Pasifik ini memiliki kandungan, vitamin, serat, mineral, bebas gluten dengan kandungan karbohidrat dan protein yang kaya.
Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, satu cangkir, atau 220 gram sukun mengandung 1.070 miligram kalium, 60 gram karbohidrat, dan 2,4 gram protein.
Kandungan energi, serat, dan protein dalam sukun ini dapat membantu mengatasi penyebab utama kematian pada anak di negara berkembang: kekurangan gizi.
Kemudian, menurut American Heart Association, peningkatan asupan serat dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh, sekaligus meningkatkan kolesterol baik (HDL) (baik). Hal ini membantu melindungi tubuh terhadap penyakit jantung dan serangan jantung.
Sebuah tim peneliti di National Tropical Botanical Garden Hawaii (NTBG) sekarang ini bekerja bersama Aliansi amal untuk End Hunger mendistribusikan buah ini ke negara-negara yang tidak memiliki pasokan makanan secara teratur.
Diane Ragone, seorang ahli holtikultura dan anggota NTBG , yang mempelajari tanaman ini sejak 1980-an, telah menelusuri kembali asal mula sukun dengan bantuan Nyree Zerega, direktur Program Pascasarjana di Universitas Northwestern dan Chicago Botanic Garden.
Penelitian ini telah membantu para ilmuwan mempelajari bagaimana mereka dapat mendistribusikan sukun ke negara-negara yang tingkat kemiskinan dan kelaparannya tinggi.
Saat ini, para ahli sedang menyelidiki varietas tanaman sukun mana yang cocok untuk lingkungan dan iklim tertentu, serta sesuai dengan selera lokal masyarakat di negara-negara kurang dalam ketahanan pangannya.
Selain itu, mereka juga berusaha mengidentifikasi varietas tanaman dapat menghasilkan panen dan mengandung kadar protein terbaik.
Berat sukun yang secara keseluruhan sekitar tujuh kilogram dapat memberikan porsi karbohidrat untuk lima orang anggota keluarga.
Para ilmuwan percaya, sukun berpotensi memberi makan masyarakat di seluruh dunia jika buah ini menghasilkan sekitar 204 kilogram/musim.
Sukun yang dikonsumsi di seluruh Kepulauan Pasifik ini memiliki kandungan, vitamin, serat, mineral, bebas gluten dengan kandungan karbohidrat dan protein yang kaya.
Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, satu cangkir, atau 220 gram sukun mengandung 1.070 miligram kalium, 60 gram karbohidrat, dan 2,4 gram protein.
Kandungan energi, serat, dan protein dalam sukun ini dapat membantu mengatasi penyebab utama kematian pada anak di negara berkembang: kekurangan gizi.
Kemudian, menurut American Heart Association, peningkatan asupan serat dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh, sekaligus meningkatkan kolesterol baik (HDL) (baik). Hal ini membantu melindungi tubuh terhadap penyakit jantung dan serangan jantung.
Sebuah tim peneliti di National Tropical Botanical Garden Hawaii (NTBG) sekarang ini bekerja bersama Aliansi amal untuk End Hunger mendistribusikan buah ini ke negara-negara yang tidak memiliki pasokan makanan secara teratur.
Diane Ragone, seorang ahli holtikultura dan anggota NTBG , yang mempelajari tanaman ini sejak 1980-an, telah menelusuri kembali asal mula sukun dengan bantuan Nyree Zerega, direktur Program Pascasarjana di Universitas Northwestern dan Chicago Botanic Garden.
Penelitian ini telah membantu para ilmuwan mempelajari bagaimana mereka dapat mendistribusikan sukun ke negara-negara yang tingkat kemiskinan dan kelaparannya tinggi.
"Di Polynesia, secara tradisional, Anda akan menanam sukun ketika anak lahir, karena akan menjamin ketersediaan makanan sepanjang kehidupan anak," kata Zerega, seperti dilansir Medical Daily.
Saat ini, para ahli sedang menyelidiki varietas tanaman sukun mana yang cocok untuk lingkungan dan iklim tertentu, serta sesuai dengan selera lokal masyarakat di negara-negara kurang dalam ketahanan pangannya.
Selain itu, mereka juga berusaha mengidentifikasi varietas tanaman dapat menghasilkan panen dan mengandung kadar protein terbaik.
Post a Comment Blogger Facebook