Oleh karenanya, apapun langkah yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu selaku operator penyelenggaraan pemilihan presiden, sangat berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam menentukan pemimpin Indonesia lima tahun kedepan. Untuk itu, Guru besar UIN Ar-Raniry Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin memberikan contoh semasa pemilihan khalifah adalah model pertama demokrasi.
Menurut Prof. Hasbi Amiruddin, pertama kita harus tahu dulu bahwa periode khalifah adalah periode awal penunjukkan model demokrasi, Nabi sendiri tidak menjelaskan bagaimana cara pengalihan kekuasaan, tetapi mereka pedomani pada al-Qur’an yaitu secara musyawarah, ketika Abu Bakar memimpin, model pemilihan tidak ada tetapi menurut situasi yang ada. Memang ketika Abu Bakar memimpin itu agak kacau, dan ketika beliau sakit dia melihat pengalaman yang lalu, dia undang sahabat-sahabat untuk menanyakan siapa yang dapat mengantikan saya nanti.
Lalu ada pendapat beberapa orang untuk mengusulkan umar sebagai penganti Abu Bakar. Lalu Abu Bakar senang dengan Umar karena beliau masih muda, pandai, cerdas, dan punya kemampuan. Lalu beliau mengajukan kepada sahabat-sahabat, bagaimana kalau umar saja, ada yang berpendapat kalau umar itu orangnya keras, Abu Bakar menjawab, “Beliau keras karena selama ini saya lembut, jadi harus ada yang keras.”
Kekhalifahan Umar
Hasbi menjelaskan ketika Umar bin Khatab jadi pemimpin memang betul seperti bayangan Abu Bakar, bisa menciptakan keamanan dalam negeri dan juga mampu mempertahankan kemandirian sehingga Negara luar tidak mampu menganggu Negara Islam. Ada zakat untuk orang kafir ketika masa Nabi dan Abu Bakar, agar mereka tidak menggangu orang Islam, tapi ketika Umar zakat itu di tiadakan, kalau memang mereka berani melawan, silahkan. Jadi itulah kekuatan orang Islam. Demikian juga dia sudah memperluaskan tempat-tempat dan sudah mulai membagikan kekuasaaan dan juga ada legislatife, eksekutif dan yudikatif. Itu dipraktekkan pada masa Umar.
Maka itu ketika beliau akan meninggal dunia dan akan pergantian, beliau didatangi oleh sahabat, karena sahabat kagum sama umar, “bagaimana nanti anak Umar saja yang menggangtikan Umar?”, lalu umar mengatakan, “tidak boleh, ini bukan kerajaan, ini amanah”.
Transisi Umar ke Usman
Kemudian ketika Umar sudah tua, Umar membentuk sistem yang menjadi orang-orang terpilih yang bisa membuat musyawarah, memimpin musyawarah untuk memilih khalifah, ditunjuk lima orang yaitu Abdur Rahman Bin ‘Auf, Ali bin Abi Thalib, Usman Bin Affan, Thalhah Bin Ubaidillah dan Zubair Bin Awwam. Jadi lima orang inilah yang akan membentuk berupa semacam panitia untuk memilih siapa yang akan menjadi pemimpin. Ketika sahabat ini mengajukan pertanyaan, “bagaimana nanti kami ada yang mentok pemikiran, bagaimana kalau kami ajak Abdullah bin Umar”, boleh ajak Abdullah bin Umar, tapi hanya hak memberikan pemikiran saja, tidak boleh memilih. Begitu dibatasi tidak boleh terlimbat keluarga dalam pemilihan khalifah.
Dan alhamdulillah jelas Hasbi musyawarah itu berjalan dengan baik. Dan disini kita lihat, tidak ada diantara mereka yang mencalonkan diri, tapi semua dicalonkan oleh orang lain, misalnya Ali, ketika ditanya oleh Abdur Rahman Bin ‘Auf, “siapa calon pemimpin kita, dia menunjukkan Usman bin Affan”, ketika ditanya kepada Usman bin Affan, Usman siapa pemimpin kita, “Usman menjawab Ali”.
Jadi tidak ada yang mencalonkan diri semua berpikir mana yang lebih baik menurutnya, tidak menunjukkan dirinya sendiri dan lima orang ini ketika memilih, jadi tidak cukup suara, Ali memilih Usman, Usman memilih Ali. Jadi diajaklah musyawarah kemesjid ramai-ramai, seperti kampanye saat sekarang, lalu Umar menghentikan, tidak boleh seperti itu. Sekarang kita mencari mana yang lebih menyakinkan. Ketika itu Abdur Rahman Bin ‘Auf menanyakan kepada Ali, “Ali jika kamu nanti jadi pemimpin, apakah kamu sanggup melakukan seperti harapan rakyat”, dia menjawab “insya Allah, saya akan melakukan semampu saya”, lalu beliau Tanya kepada Usman, “Usman, bagaimana kalau kamu nati terpilih sebagai pemimpin, apakah kamu akan melaksanakan sesuai dengan harapan rakyat?”, Ya, saya siap. Jadi model jawaban ini dianalisis oleh Abdur Rahman Bin ‘Auf , artinya Usman lebih siap menjalankan pemerintahan. Karena itu dia menyerahkan keputusan kepada Allah. Dan saat itu diangkatlah Usman sebagai pemimpin.
Masa Khalifah Usman
Jika melihat kesiapan mental dan memang ternyata Usman walaupun sudah tua sekali, namun lima tahun awal dia sanggup memimpin dan bagus pimpinannya. Hanya saja, mungkin karena sudah tua waktu itu belum ada system pemerintahan periode, artinya seperti sekarang ada yang lima tahun, empat tahun, itu belum ada masa khalifah. Beliau memimpin sampai belaiu meninggal.
Orang melihat ketika sudah tua kali ada kekurangan, mungkin tidak sanggup berpkir, mungkin tidak sanggup bekerja dan mungkin tidak sanggup menjaga pengaruh orang-orang lain.
Jadi saya kira ini menjadi contoh buat kita, bahwa walaupun keikhlasan itu ada, orang-orangnya baik tapi memang periodesisasi itu harus ada, empat atau lima tahun, supaya kita bisa evaluasi bahwa apakah dia masih sanggup atau tidak ?
Post a Comment Blogger Facebook