Suasana pabrik Djarum.© Eko Susanto/CC BY 2.0 /Flickr
Di Asia, keluarga memiliki ruang istimewa dalam gugus bisnis. Dan pada praktiknya, nilai-nilai yang diturunkan menjadi inti falsafah usaha yang dijalani pun bermula dari keluarga.
Forbes menyebut bahwa 'dinasti' Lee dari Samsung Group, yang kekayaannya pada 2014 setara dengan 22 persen pendapatan domestik bruto (PDB) Korea Selatan, menjadi ilustrasi sempurna dari bisnis yang pijakannya adalah keluarga.
Ya, majalah ekonomi itu baru saja merilis daftar orang kaya tahunannya. Dan kali ini, untuk kali pertama, Forbes menyiarkan 50 Keluarga Terkaya Asia, dengan keluarga Leedari Korea Selatan sebagai pemuncak daftar.
Dalam proses pembuatan daftar, Forbes menilai kekayaan ratusan keluarga dengan batas minimal kekayaan USD2,9 miliar. Proses penilaian beralaskan pada harga saham dan nilai tukar yang berlaku pada 25 September 2015.
India menjadi negara yang paling banyak menempatkan wakilnya dengan 14 keluarga.
Menariknya, meski nyaris sebagian keluarga adalah keturunan Cina, tak satu pun dari 50 keluarga dalam daftar berbasis di Cina.
Indonesia, tentu saja, masih menyumbang wakil-wakilnya. Ada lima keluarga. Jika kekayaan mereka dihimpun, jumlahnya USD32,9 miliar atau sekitar Rp440,9 triliun.
Siapa saja mereka?
1. Keluarga Hartono (urutan ke-12 Asia)
Total kekayaan, USD12,7 miliar atau sekitar Rp170,2 triliun.
Sumber pemasukan terbesar: Djarum (Kudus)
Pada 1950, Oei Wie Gwan membeli perusahaan rokok hampir gulung tikar di Kudus, Jawa Tengah, yang lantas bernama Djarum. Kedua putranya, Robert Budi dan Michael Hartono, mengambil alih imperium bisnis tersebut setelah sang ayah meninggal pada 1963.
Djarum kini menjadi salah satu penghasil rokok terbesar Indonesia.
Selain Djarum, keluarga tersebut menjadi pemegang saham terbesar Bank Central Asia.
2. Keluarga Widjaja (urutan ke-28 Asia)
Total kekayaan, USD5,8 miliar atau sekitar Rp77,8 triliun
Sumber pemasukan terbesar: Sinar Mas Group
Eka Tjipta Widjaja bermigrasi dari Cina ke Indonesia saat masih menjadi bocah ingusan. Ia mengawali bisnis sebagai penjaja biskuit pada usia 17 tahun dan lantas mendirikan Sinar Mas pada 1962.
Saat ini, tangan-tangan gurita bisnis keluarga Widjaja menjamah sektor kertas dan bubur kertas, pertanian dan pangan, pembangunan real estate, jasa keuangan, energi dan infrastruktur, serta telekomunikasi.
Sahamnya yang paling bernilai tertanam di raksasa kelapa sawit Golden Agri-Resources.
3. Keluarga Lohia (urutan ke-31 Asia)
Total kekayaan: USD5,4 miliar atau Rp72,8 triliun.
Sumber pemasukan terbesar: Indorama Corporation
Terlahir di India sebagai Mohan Lal Lohia, pria ini, serta putranya, Sri Prakash Lohia, berhijrah ke Indonesia pada 1973 untuk merintis Indorama Synthetics, usaha benang pintal, pada 1975. Dalam perjalanan waktu, Indorama memproduksi banyak produk industri termasuk Polyethylene, Polypropylene, Polyester, Spun Benang, Kain, Sarung tangan Medis, dan Pupuk.
4. Keluarga Wonowidjojo (urutan ke-32 Asia)
Total kekayaan: USD4,9 miliar atau Rp65,7 triliun.
Sumber pemasukan terbesar: Gudang Garam
Trah Wonowidjojo beralih ke Indonesia pada 1927. Pada awalnya, Tjoa Jien Hwie alias Surya Wonowidjoyo bekerja di pabrik rokok pamannya, sebelum akhirnya mendirikan Gudang Garam pada 1958.
Gudang Garam merupakan peringkat kelima tertua dan terbesar (setelah Djarum) dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar 514 are di Kediri, Jawa Timur.
5. Keluarga Salim (urutan ke-37)
Total kekayaan: USD4,1 miliar atau Rp54,9 triliun.
Sumber pemasukan terbesar: Salim Group
Anthony Salim membawa Salim Group sebagai perusahaan yang menekuni pangan, perkebunan, otomotif, telekomunikasi, properti, ritel, dan perbankan.
Ayahnya, Liem Sioe Liong, berangkat ke Indonesia dari Fujian, Cina, pada 1938 dan merintis usaha sebagai penjual pakaian keliling. Sang ayah bertemu dengan Suharto pada 1967. Setelah Soeharto berkuasa, pertemuan mereka terbukti membawa faedah luar biasa selama berpuluh-puluh tahun.
Post a Comment Blogger Facebook