Inilah kota di pedalaman Sumatra Selatan yang memiliki kenangan erat dengan kedatangan warga asal pedalaman Jawa Tengah.
Loko tertua di Balai Yasa Lahat, bertahun 1957. Hingga sekarang masih dioperasikan di kawasan bengkel kereta tinggalan Hindia Belanda ini. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)
Sejarah kereta api di Hindia Belanda bermula pada 1864 di Jawa. Sementara pembangunan rel kereta api di Sumatra dimulai di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), dan Sumatera Selatan (1914).
Di Sumatra Selatan, Staatsspoorwegen, sebuah perusahaan kereta api Hindia Belanda, memulai membangun jalur kereta dari Muara Enim hingga Lahat pada 1924. Baru pada 1931 dibangunlah Werkplaats—kini dikenal sebagai Balai Yasa Lahat—yang fungsinya sebagai jasa pelayanan perbaikan gerbong kereta dan lokomotif, juga jasa lainnya yang berkaitan dengan bengkel perkeretaapian.
Kereta api telah mengubah wajah Lahat. Warga kota pun menyakini kaitan sejarah Talang Jawa, sebuah kampung orang-orang Jawa di tengah Kota Lahat, dengan kedatangan kuli-kuli asal Purworejo-Kutoarjo di Jawa Tengah pada masa Hindia Belanda. Konon, para kuli asal Jawa itu dihimpun untuk bekerja di bengkel kereta api. Kemudian mereka membangun perkampungan di sebelah tempat bekerja mereka yang kini bertoponimi Talang Jawa.
Stasiun Lahat berlokasi antara Stasiun Prabumulih dan Stasiun Lubuklinggau. Jalur kereta api Sumatra Selatan telah menjadi salah satu transportasi alternatif ketika melancongi Lahat.
Salah satu sudut di pengendali menara air, Balai Yasa Lahat. Bengkel kereta ini tidak hanya memperbaiki lokomotif, tetapi juga gerbong kereta. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)
Journalist | Text Editor National Geographic Indonesia
Post a Comment Blogger Facebook