Seandainya kita bisa mendengarnya, suara lubang hitam akan terdengar mirip dengan suara gemerisik dari saluran tv yang setelannya buruk.
Menggunakan teleskop Hubble, astronom menemukan ada dua lubang hitam raksasa di galaksi Markarian 231. yang berjarak 600 juta tahun cahaya dari Bumi. (Space Telescope Science Institute, Baltimore, Maryland)
Antariksa menyimpan sejuta misteri yang menggelitik rasa ingin tahu manusia. Salah satu obyek masih terus diselidiki hingga saat ini adalah Lubang Hitam.
Lubang hitam adalah bagian dari ruang waktu yang merupakan gravitasi paling kuat. Medan gravitasi objek seperti ini sangat ekstrim sehingga untuk bisa lepas dari tarikan gravitasinya kita membutuhkan kecepatan cahaya atau bahkan lebih besar dari kecepatan cahaya untuk bisa keluar dari sana. Karena tidak ada objek yang dapat bergerak melebihi kecepatan cahaya, maka praktis tidak ada partikel apapun yang bisa lolos dari lubang hitam kalau sudah memasuki jarak tertentu dari lubang hitam.
Ketika lubang hitam menyedot apapun benda disekitarnya, saat itu mungkin akan terdengar cukup berisik.
Lalu, seperti apakah suara lubang hitam?
Sebenarnya, karena gelombang suara tidak dapat merambat di ruang hampa seperti di luar angkasa, kita tidak dapat mendengar suara yang dihasilkan lubang hitam. Tapi, seandainya kita bisa mendengarnya, suara itu akan terdengar mirip dengan suara gemerisik dari saluran tv yang setelannya buruk.
Setidaknya itulah hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.Kesimpulan itu didapat setelah para peneliti menyoroti perilaku pertambahan ukuran cakram, yang terdiri dari kumpulan materi seperti gas dan debu kosmik di sekeliling lubang hitam.
Pertambahan cakram sering digunakan sebagai alat untuk mempelajari lubang hitam, sebab tak seperti lubang hitam itu sendiri, mereka memancarkan cahaya.
“Meski lubang hitam tak bisa diamati secara langsung, berkat keberadaan cakram ini kita dapat menyimpulkan seperti apa suara lubang hitam,” ujar Dr. Simone Scaringi, penulis utama. Scaringi merupakan ilmuwan di Max-Planck-Institute for Extraterrestrial Physics di Jerman.
“Penting untuk disadari, bagaimana pun juga, karena di luar angkasa merupakan ruang hampa udara, tak ada suara sungguhan. Yang kami lakukan adalah mengamati variasi kecerahan dari waktu ke waktu dalam pertambahan lubang hitam. Kemudian, kami mengkonversi variasi cahaya itu ke dalam variasi suara,” jelasnya.
Dengan kata lain, Scaringi dan rekan-rekannya mengobservasi pola pergeseran cahaya dari pertambahan cakram. Mereka menggunakan teleskop luar angkasa Kepler milik NASA, teleskop berbasis darat dan satelit XNM-Newton milik European Space Agency (ESA), kemudian mengubahnya menjadi gelombang suara.
Misalnya, jika intensitas cahaya dari pertambahan cakram berfluktuasi 10 kali per detik, itu diubah menjadi gelombang suara 10 siklus per detik, atau 10 Hertz, seperti dilansir dariSpace.com
Scaringi lantas menerjemahkan suara tersebut ke dalam rentang frekuensi yang dapat didengar manusia.
Variasi yang terlihat di sistem cakram berfrekuensi sangat rendah atau sangat tinggi, tergantung dari ukuran sistem dan akan berada di luar jangkauan pendengaran manusia. “Karena itulah kami harus mengubahnya ke dalam rentang frekuensi yang dapat kita dengar,” ujar Scaringi.
Para ilmuwan sangat terkejut ketika menemukan variasi kecerahan semacam itu tak hanya di cakram sekeliling lubang hitam, akan tetapi juga di sekeliling benda-benda langit lainnya, termasuk bintang katai putih dan bintang-bintang muda.
"Ini adalah hasil yang benar-benar menarik," kata Dr. Christian Knigge, profesor fisika dan astronomi di University of Southampton di Inggris.
Ia menambahkan,"Ini menunjukkan bahwa proses obyek astronomi tumbuh dasarnya sama, terlepas dari jenis, massa atau ukuran objek."
(Lutfi Fauziah/Sumber: huffingtonpost.com, langitselatan.com, space.com)
Post a Comment Blogger Facebook