GuidePedia

0


Benarkah kebudayaan Mesir Kuno yang ada zaman dulu sama seperti yang kita baca selama ini?

Lukisan Ratu Mesir memainkan Senet, salah satu game board populer di zaman Mesir Kuno. (Gianni Dagli Orti/Corbis)

Lebih dari sebuah peradaan, Mesir kuno merupakan tempat dimana kebudayaan manusia lahir dan berkembang. Leluhur Mesir hidup selama kurang lebih 3000 tahun dan kebudayaannya menjadi begitu sangat kaya dan beragam sehingga dikenal berbagai lapisan masyarakat dunia, dari generasi satu ke yang lainnya.

Namun tahukah Anda? Ada beberapa fakta dari kebudayaan Mesir kuno yang ternyata tidak terjadi demikian di kehidupan nyata Mesir pada jamannya. Apa sajakah itu?

Clepotra bukan keturunan Mesir
Mendengar Cleopatra, kita akan otomatis mengasosiasikannya dengan keelokannya sehingga dinobatkan sebagai Ratu tercantik di Kerajaan Mesir Kuno. Meski lahir di Alexandria, ia merupakan keturunan Yunani Makedonia, tepatnya keturunan Ptomely I, salah satu letnan dari Raja Alexander The Great, yang memimpin kerajaan Mesir dari abad 323 hingga 30 Sebelum Masehi.

Rakyat Mesir Kuno mencintai permainan papan
Di malam hari usai bekerja seharian penuh, pekerja Mesir kerap bermain board gamessambil bersantai bersama rekan mereka. Permainan yang bisa dimainkan di atas papan dengan 30 kotak itu berupa permainan yang dinamakan “Mehen”, “Dogs and Jackals”, dan “Senet”. Cara bermainnya sederhana, layaknya bermain ular tangga dengan melempar dadu secara bergiliran. Menurut penelitian, mereka sudah melakukan kegiatan ini sejak 3500 SM, didukung oleh adanya penemuan papan permainan Senet di makam para Firaun yang memerintah di Dinasti ke-18, yakni sekitar 1333 hingga 1324 SM.

Wanita Mesir Kuno berhak atas banyak hal dan kebebasannya beragam
Anggapan bahwa wanita Mesir seringkali dilecehkan, diremehkan, bahkan tidak dianggap keberadaannya di Mesir sana ternyata tidak benar.

Para wanita di Mesir memiliki hak kesepakatan yang legal dan mampu memiliki hak finansial secara mandiri, itu berarti mereka dapat menjual atau membeli bangunan, berperan sebagai juri/hakim, dan terkadang juga dapat terlibat dalam suatu perjanjian kontrak. Wanita Mesir yang pekerjaannya dilakukan di luar rumah mendapat upah yang setara dengan yang diterima pria pada masa itu. Wanita di Mesir juga berhak menceraikan suaminya, bukan selamanya terikat dengan suami seperti yang terjadi pada wanita Yunani.

Para Farao (pemimpin Mesir) bertubuh gemuk dan menderita diabetes
Meski kita seringkali melihat patung orang Mesir yang digambarkan bertubuh kekar, nyatanya itu tidak terjadi di kenyataannya dahulu. Setelah para ilmuwan meneliti tubuh dari mumi-mumi Farao Mesir, ternyata ditemukan bahwa dulunya berat badan para Farao seringkali berlebih dan tidak sehat, bahkan diduga menderita diabetes akibat konsumsi bir,wine, roti dan madu yang tinggi kadar gulanya.

Piramida tidak dibangun oleh para budak
Dengan ditemukannya bermacam rangka yang menunjukkan pemiliknya pernah mengalami radangs sendi dan penyakit sejenis, pembangunan piramida-piramida Mesir yang sangat besar dan mengagumkan itu tentu tidak mudah.

Namun demikian, penemuan bukti terbaru menunjukkan bahwa pembangunan piramida Mesir dilakukan oleh para artisan. Jika bukan oleh orang yang ahli dalam hal memahat,graffiti yang menunjukkan kelompok atau tim pemahat bernama lucu seperti “Drunkards of Menkaure” atau “Friends of Khufu” barangkali tidak akan muncul. Budak-budak Mesir dulunya hanya bekerja sebagai pelayan istana.

Aksi mogok kerja pertama kali dilakukan pekerja Mesir kuno
Meski warga mesir kuno seringkali menganggap para Farao sebagai dewa hidup, mereka tidak takut melakukan protes untuk miliki lingkungan kerja yang lebih baik. Dulu pada abad ke-12 SM, saat Farao Ramses III sedang berkuasa, para pekerja melakukan aksi mogok dan melakukan demo untuk meminta upah yang tidak mereka terima saat membangun menara kerajaan di Deir el-Medina. Aksi mogok itu tercatat sebagai aksi mogok pertama dalam sejarah.

Pria Mesir Kuno juga bersolek
Kosmetik tidak mengenal gender di jaman Mesir kuno. Dengan para wanita yang bersolek demi penampilan, para pria Mesir juga tampil tak kalah memukau dari para wanita. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kepercayaan mereka untuk melindungi diri dari Dewa Horus dan Ra, yakni Dewa Matahari dalam mitologi Mesir.

Kosmetik yang digunakan berasal dari bijih besi mineral yang digerus sehingga menjadi bahan yang disebut kohl, yang kerap dibalurkan di atas kelopak mata dan kemudian dihiasi ornamen yang terbuat dari kayu, tulang atau gading. Untuk wanita, mereka menggunakan henna untuk melukis tangan dan kuku-kuku mereka. Tak hanya itu, baik wanita maupun pria juga menggunakan parfum yang terbuat dari minyak dan kayu manis. Tak hanya untuk menarik perhatian dan mempercantik diri, orang Mesir Kuno percaya bahwa kosmetik berfungsi pula sebagai obat penyembuh mujarab.

(Difa Restiasari. Sumber: History)


Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top