GuidePedia

0
http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/muslimah-kamboja-_121023133313-815.JPG
Bagi perempuan Muslim di Kamboja, empat dekade tidak mampu menghapus memori pelecehan seksual yang mereka hadapi di tangan Khmer Merah antara tahun 1975 hingga 1979 di negara berpenduduk mayoritas Buddha tersebut.

"Mereka membenci Muslim Khmer. Mereka hanya ingin memperkosa wanita muslim. Mereka menganiaya Muslim Khmer," demikian kesaksian oleh responden Muslim dalam sebuah penelitian, Anadolu Agency melaporkan pada Selasa 3 Juni, sebagaimana dilansir onislam.net.

"Upaya untuk memadamkan budaya Cham dan etnis [termasuk meskipun eksekusi massal] akan menciptakan lingkungan yang ideal terhadap kekerasan seksual untuk berkembang."

Kesaksian Muslim itu adalah bagian dari penelitian yang baru dirilis, yang merinci pelecehan seksual terhadap wanita Muslim empat dekade yang lalu.

Ketika gerakan ultra-komunis Khmer Merah merebut kekuasaan pada tahun 1975, mereka melarang agama, terutama menargetkan populasi Muslim di negara itu. Pada 1979, ketika Khmer Merah jatuh, sekitar 400.000 Muslim telah tewas. Sebagian besar masjid di negara itu juga hancur atau dinodai selama upaya radikal Khmer Merah untuk menciptakan utopia komunis.

Studi yang dilakukan leh kelompok bantuan hukum lokal, The Cambodian Defenders Project (CDP), berjudul "Agama Dihancurkan oleh Khmer Merah".

Mengutip kesaksian dari 150 korban dan saksi, studi ini menemukan bahwa, komunitas Muslim menjadi sasaran karena bahasa, kebiasaan makanan, pakaian dan cara ibadah mereka berbeda.

"Dalam lingkungan xenophobia ini, kekerasan seksual tampaknya telah menjadi metode lain dimana Khmer Merah menganiaya kaum minoritas," penelitian ini menambahkan.

Responden melaporkan bahwa pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap perempuan Champa (muslim Khmer) biasa terjadi di tempat kerja dan koperasi.

Puluhan cerita pelecehan seksual terhadap wanita Muslim yang telah menderita dari kawin paksa juga didokumentasikan dalam penelitian ini.

"Saya dipaksa untuk membuat komitmen [menikah]. Saya sangat kecil. Saya baru berusia lebih dari 10 tahun. Bagaimana saya bisa protes?" Kata salah seorang responden Muslim yang tidak mau disebutkan namanya.

Perbudakan seks

Pembunuhan brutal adalah nasib para korban yang diperkosa beramai-ramah atau dalam beberapa kasus dipaksa menjadi budak seksual.

"Seorang kader Khmer Merah menginginkan seorang wanita ketika ia melihat bahwa dia sangat cantik. Suaminya dipanggil untuk dibunuh. Empat laki-laki memperkosanya dan dia [kemudian] dipanggil untuk dibunuh, cerita seorang muslim Khmer.

"Sekitar sepuluh wanita cantik [Khmer dan Khmer Islam] disekap untuk pemerkosaan. Setelah tiga sampai tujuh hari perkosaan, mereka dibunuh," seorang responden merinci bagaimana beberapa perempuan Muslim Khmer dipaksa menjadi budak seks.

Menderita selama bertahun-tahun di bawah rezim Khmer Merah, umat Islam diwajibkan untuk tetap diam pada penindasan.

Kasus kawin paksa juga didokumentasikan dalam sebuah buku oleh akademik muslim Champa yakni Farina So.

Di bawah judul "Hijab Kamboja: Memori Wanita Muslim Champa Setelah Khmer Merah", penulis menjelaskan bagaimana perkawinan paksa digunakan untuk membersihkan minoritas Muslim.

Saat ini Muslim membentuk sekitar 2 persen dari 13 juta populasi Kamboja, yang mayoritasnya penganut Buddha.

Muslim Kamboja banyak tinggal di kota-kota dan desa-desa nelayan di tepi sungai Tonle Sap dan Mekong dan di provinsi Kampot di wilayah selatan.

Mayoritas Muslim Kamboja termasuk dalam kelompok etnis yang dikenal dengan Champa, merujuk pada kerajaan di Kamboja pada masa lalu.

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top