Pintu masuk utama Alai Darwaza
Pintu masuk utama Alai Darwaza dibangun pada tahun 1311 oleh Alauddin Khalji dan makam Imam Zamim di depannya dengan latar belakang Qutub Minar.
Dari balik kaca jendela mobil sedan tua, terlihat puncak menara Qutub Minar yang berwarna merah menjulang tinggi dari kejauhan. Minaret lima lantai setinggi 72,5 m ini dibangun dari susunan batu sandstone merah merupakan minaret tertinggi di dunia dan masuk dalam UNESCO World heritage Site. Minaret yang terletak tidak jauh di pinggiran selatan kota Delhi dengan ciri Arsitektur Indo-Islamic yang terinspirasi dari Minaret Jam di Herat, Afghanistan.Sesampainya di depan pintu masuk, supir memberikan kartu nama dengan tulisan nomer mobil di belakangnya. “Here is the vehicle number, buy the ticket there, the entrance is there and I will wait at the parking lot”, jelasnya sambil menunjuk lokasi parkir yang terletak di seberang jalan.
Jalanan terlihat lengang karena mobil tidak diperkenankan parkir di sepanjang jalan. Para pedagang dan tempat penjualan tiket masuk pun dipusatkan di satu tempat bersebelahan dengan lokasi parkir mobil. Di atas loket penjualan tiket tertera tiket masuk untuk orang lokal dijual seharga Rs 10 sedangkan untuk orang asing Rs 500. Sudah sangat umum, pemerintah India memberlakukan perbedaan harga tiket kepada turis lokal dan internasional hampir di semua lokasi kunjungan wisatawan.
Lokasi pintu masuk komplek Qutub tepat berada di seberang loket penjualan tiket masuk. Suasana agak ramai pada saat itu karena bertepatan dengan musim liburan awal tahun. Mayoritas pengunjung adalah wisatawan lokal yang berlibur dengan keluarga mereka. Setelah melewati pintu masuk dan berjalan melewati taman yang terawat rapih, Qutub Minar semakin terlihat secara keseluruhan hingga kepala ini harus mendongak ke atas. Ukiran Ayat ayat Qur’an berukuran besar menghiasi permukaan dinding Qutub Minar.
Qutub Minar dengan ukiran kaligrafi
Menurut sejarah, pada 1192 penguasa perang Aybak menyerbu dan menduduki Delhi sekaligus membangun dinasti Islam pertama di India. Pembangunan Qutub Minar dipelopori oleh Qutb-ud-din Aybak penguasa Islam pertama di India pada tahun 1193 untuk merayakan kemenangan sekaligus sebagai simbol masuknya ajaran Islam untuk mendominasi di negara dengan populasi pemeluk agama Hindu. Hingga akhir hidupnya Aybak hanya mampu menyelesaikan lantai dasar Qutub Minar. Penerusnya, Iltutmish menantu dari Aybak berhasil menambah 3 lantai dan pada tahun 1368 Firuz Shah Tughlug berhasil menyelesaikan lantai ke lima dari Qutub Minar yang saat ini menjadi mahakarya arsitektur Mughal
Sebelum membangun Qutub Minar, pada tahun yang sama Aybak menginstruksikan untuk membangun masjid pertama di India yang diberi nama Quwwat-ul-Islam. Masjid seluas 1376 meter persegi ini dibangun berlantai batu dengan lorong berpilar di sekelilingnya. Dinding masjid setinggi 16 m sampai saat ini masih berdiri. Pembangunan komplek Qutub dibantu oleh tukang batu India yang kemudian menganut agama Islam.
Sisa bangunan masjid Quwwat-ul-Islam yang masih berdiri
Setelah Aybak meninggal, masjid ini terus diperluas oleh penerusnya, Iltutmish yang berasal dari Turkestan. Iltutmish dijual oleh saudara laki lakinya sebagai budak ke seorang pedagang asal Bukhara. Sebagai budak Iltutmish dibawa ke Ghazni, Afghanistan hingga akhirnya dibeli oleh Aybak dan dibawa ke Delhi. Sepak terjangnya dalam menaklukan Delhi menarik perhatian Aybak hingga akhirnya Iltutmish menikahi putri Aybak dan setelah Aybak meninggal Iltutmish menjadi penerus kekuasaan mertuanya.
Iltutmish meninggal pada 1236 dan dimakamkan di dalam komplek Qutub. Makam berukuran 9 meter persegi dari luar terlihat seperti dinding batu yang sederhana. Interior dalamnya terlihat sangat indah dengan dekorasi pola geometris dan ukiran kaligrafi memenuhi semua permukaan dinding. Makam Iltutmish terletak ditengah tengah ruangan dan dipercaya dulunya memiliki atap kubah yang akhirnya runtuh karena terlalu berat. Terdapat juga mihrab pada dinding bagian barat yang terbuat dari batu marmer putih.
Iltutmish membangun makamnya sendiri sebelum ia meninggal pada tahun 1235
Alauddin Khalji seorang Pashtuns, suku yang banyak ditemui di Afghanistan, mewarisi kekuasaan semeninggalnya Iltutmish. Alauddin Khalji juga memperluas batas komplek Qutub dan membangun Alai Darwaja pada 1311 sebagai pintu masuk utama yang berada di sisi selatan menuju masjid Quwwat-ul-Islam.
Ukiran batu sandstone dan marmer pada dinding Alai Darwaja
Alauddin Khalji yang sangat ambisius membangun Minaret kedua, Alai Minar disebelah utara yang rencananya akan berukuran dua kali lebih tinggi dari Qutub Minar. Tapi sayangnya ia meninggal tanpa menyelesaikan minaretnya yang baru berdiri setinggi 25 meter. Alauddin Khalji dimakamkan di komplek Qutub bersebelahan dengan madrasah yang dibangunnya dan hingga kini tidak ada yang meneruskan proyek minaretnya.
Alai Minar yang tidak terselesaikan.
Apabila diperhatikan lebih detil, terdapat banyak kejanggalan pada bangunan di komplek Qutub. Detil desain bangunan yang bertentangan dengan desain bangunan Islam pada umumnya. Contohnya deretan pillar yang berada di sekeliling masjid Quwwat-ul-Islam dengan bentuk dan desain yang berbeda, tidak ada satupun kesamaan dengan pilar lainnya. ini menunjukan tidak adanya konsep kesatuan yang pada umumnya ditemukan banyak pengulangan desain yang sama pada bangunan Islam. Selain itu juga ditemukan relief pola bunga teratai yang biasanya ditemui di candi candi Hindu.
Pilar yang disusun dari reruntuhan batu candi Hindu
Relief yang biasanya ditemukan di candi Hindu
Yang paling aneh ditemukan detil ukiran berupa figur manusia. Tidak pernah ditemukan detil berupa figure manusia pada bangunan berarsitektur Islam dimanapun dan penggunaan figur seperti manusia dan hewan bertentangan dengan ajaran Islam.
Relief berfigur manusia di komplek Qutub
Lalu pertanyaannya kenapa penguasa saat itu membenarkan penggunaan detil desain yang tidak biasa pada bangunan berarsitektur Islam? Ditemukan prasasti yang menarik yang menjelaskan awal berdirinya komplek ini. Qutub Minar dibangun diatas pondasi candi Hindu dan material yang digunakan berasal dari reruntuhan 27 candi yang dihancurkan pada masa masuknya Islam ke India. Dengan waktu yang sangat terbatas dan mempercepat terciptanya kerajaan Islam di kawasan tersebut, Aybak menggunakan pasukan gajah perang untuk meruntuhkan candi candi yang dianggap musrik dan membangun masjid dan minaret dengan bongkahan batu candi. Sangat ironis memang. Masjid pertama di India yang dibangun sebagai bukti masuknya Islam ke India, secara estetika menunjukan bangunan yang tidak Islami. Qutub Minar tidak hanya menunjukan elemen budaya pemenang, tapi juga sekaligus mewariskan budaya yang mereka kalahkan.
http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/QrkU_POdxFs/minaret-dua-budaya
Post a Comment Blogger Facebook