Siapa sangka, kakek-nenek yang merupakan orangtua dari ayah-ibu kita, adalah fenomena baru. Manusia zaman dulu ternyata berumur sangat pendek, bahkan tidak sempat mengenal dua generasi sebelumnya.
Berdasarkan hasil studi terbaru, moyang manusia sekitar 30 ribu tahun lalu, memiliki rentang usia yang sangat pendek selama tiga generasi. Sederhananya, kebanyakan orang meninggal sebelum bisa bertemu cucunya.
Ilmuwan mengatakan, temuan baru ini menunjukkan, rentang kehidupan memang mengalami pertumbuhan, populasi makin meluas dan masyarakat mulai berjuang untuk bertahan hidup.
Namun muncul anggapan, panjang rentang hidup manusia awal, menjadi kunci utama yang memungkinkan mereka membentuk superioritas, dibandingkan para pesaingnya, yakni Neanderthals.
Laporan temuan riset jangka panjang yang diterbitkan majalah Scientific American ini mempelajari fosil proto-manusia yang membawa kembali kita ke tiga juta tahun silam.
Antropolog Caspari Rachel mengatakan, melalui pemeriksaan catatan gigi Neanderthal, tim Rachel membuktikan bahwa 30 ribu tahun silam, ‘tak ada manusia yang mampu melewati usia 30,’ usia di mana manusia menjadi kakek-nenek.
Hasil studi ini melibatkan sisa-sisa fosil dari 768 individu, dengan memperhitungkan rasio dewasa tua hingga dewasa muda, dalam masyarakat manusia purba ribuan tahun silam.
Dalam budaya Neanderthal, hanya ada empat orang dewasa yang bisa melewati usia 30 dari tiap 10 orang dewasa muda. Sedangkan harapan hidup rata-rata Neanderthal berkisar antara usia 15 hingga 30 tahun.
Namun, ketika peneliti beralih ke manusia Eropa dari Zaman Batu awal, peneliti menemukan rasio orang dewasa tua dan dewasa muda adalah 20 banding 10. Artinya, kini banyak orang yang bisa hidup untuk memiliki cucu.
Para ilmuwan menyimpulkan, “Ketahanan hidup dalam evolusi manusia dewasa ini mengalami keterlambatan “. Namun, hingga detik ini, para ilmuwan belum mampu menjelaskan fenomena ini.
Bagaimanapun, ada satu hal yang jelas, yakni rentang hidup membawa keuntungan besar bagi masyarakat manusia awal. Tak hanya kakek-nenek ini meningkatkan ‘sumber daya ekonomi dan sosial’, kelompok ini juga mewariskan ‘pengetahuan budaya,’ seperti teknik berburu tradisional pada keturunannya.
Akhirnya, “panjang umur menjadi prasyarat bagi perilaku unik dan kompleks yang memberi sinyal modernitas. Inovasi ini pada akhirnya mempromosikan pentingnya ketahanan hidup orang dewasa yang menuntun pada ekspansi populasi yang berdampak budaya dan genetik penting bagi penerus”.
Disimpulkan, manusia awal ‘lebih tua dan bijaksana’ dibanding saingannya. Hal ini memungkinkan mereka bersaing dan akhirnya memusnahkan rivalnya. Temuan ini menjelaskan cara populasi manusia pulih, setelah berkurang beberapa ribu tahun silam.
Sebuah studi terbaru mengklaim, kelompok yang kemudian mengisi Eropa dan Asia hanya berjumlah 1.200 orang di satu titik. Namun, karena kemajuan dalam panjang usia, pertumbuhan penduduk menjadi lebih cepat dan manusia bisa membangun dirinya. Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Berdasarkan hasil studi terbaru, moyang manusia sekitar 30 ribu tahun lalu, memiliki rentang usia yang sangat pendek selama tiga generasi. Sederhananya, kebanyakan orang meninggal sebelum bisa bertemu cucunya.
Ilmuwan mengatakan, temuan baru ini menunjukkan, rentang kehidupan memang mengalami pertumbuhan, populasi makin meluas dan masyarakat mulai berjuang untuk bertahan hidup.
Namun muncul anggapan, panjang rentang hidup manusia awal, menjadi kunci utama yang memungkinkan mereka membentuk superioritas, dibandingkan para pesaingnya, yakni Neanderthals.
Laporan temuan riset jangka panjang yang diterbitkan majalah Scientific American ini mempelajari fosil proto-manusia yang membawa kembali kita ke tiga juta tahun silam.
Antropolog Caspari Rachel mengatakan, melalui pemeriksaan catatan gigi Neanderthal, tim Rachel membuktikan bahwa 30 ribu tahun silam, ‘tak ada manusia yang mampu melewati usia 30,’ usia di mana manusia menjadi kakek-nenek.
Hasil studi ini melibatkan sisa-sisa fosil dari 768 individu, dengan memperhitungkan rasio dewasa tua hingga dewasa muda, dalam masyarakat manusia purba ribuan tahun silam.
Dalam budaya Neanderthal, hanya ada empat orang dewasa yang bisa melewati usia 30 dari tiap 10 orang dewasa muda. Sedangkan harapan hidup rata-rata Neanderthal berkisar antara usia 15 hingga 30 tahun.
Namun, ketika peneliti beralih ke manusia Eropa dari Zaman Batu awal, peneliti menemukan rasio orang dewasa tua dan dewasa muda adalah 20 banding 10. Artinya, kini banyak orang yang bisa hidup untuk memiliki cucu.
Para ilmuwan menyimpulkan, “Ketahanan hidup dalam evolusi manusia dewasa ini mengalami keterlambatan “. Namun, hingga detik ini, para ilmuwan belum mampu menjelaskan fenomena ini.
Bagaimanapun, ada satu hal yang jelas, yakni rentang hidup membawa keuntungan besar bagi masyarakat manusia awal. Tak hanya kakek-nenek ini meningkatkan ‘sumber daya ekonomi dan sosial’, kelompok ini juga mewariskan ‘pengetahuan budaya,’ seperti teknik berburu tradisional pada keturunannya.
Akhirnya, “panjang umur menjadi prasyarat bagi perilaku unik dan kompleks yang memberi sinyal modernitas. Inovasi ini pada akhirnya mempromosikan pentingnya ketahanan hidup orang dewasa yang menuntun pada ekspansi populasi yang berdampak budaya dan genetik penting bagi penerus”.
Disimpulkan, manusia awal ‘lebih tua dan bijaksana’ dibanding saingannya. Hal ini memungkinkan mereka bersaing dan akhirnya memusnahkan rivalnya. Temuan ini menjelaskan cara populasi manusia pulih, setelah berkurang beberapa ribu tahun silam.
Sebuah studi terbaru mengklaim, kelompok yang kemudian mengisi Eropa dan Asia hanya berjumlah 1.200 orang di satu titik. Namun, karena kemajuan dalam panjang usia, pertumbuhan penduduk menjadi lebih cepat dan manusia bisa membangun dirinya. Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Post a Comment Blogger Facebook