Bloomberg memeragakan penguatan rupiah terhadap dollar AS dengan benar. Garis putih menunjukkan penguatan rupiah terhadap dollar AS sejak awal Januari.
Pada akhir pekan ini (4/3), Rp 1 = 0,00007599. Akhir tahun lalu nilai Rp 1 = 0,00007249. Dengan demikian rupiah menguat sebesar 4,83 persen.
Bandingkan dengan penampakan di laman Bank Indonesia (BI). Judul di laman BI “Kurs tengah USD -IDR”. Berarti laman BI bukan mengukur nilai tukar rupiah melainkan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah. Pada 4 Maret, satu dollar AS = Rp 13.159.
BI menggunakan skala normal, ke arah bawah semakin turun, ke arah atas semakin naik. Memang, kenyataannya nilai dollar AS semakin melemah terhadap rupiah.
Kurs tengah USD – IDR (Sumber: Bank Indonesia)
Penampakan di laman BI juga benar adanya, tetapi terbalik dengan penampakan Bloomberg. BI yang milik Indonesia mengukur nilai dollar AS terhadap rupiah, sedangkan Bloomberg yang milik warga AS dan berkantor pusat di AS, mengukur nilai rupiah terhadap dollar AS.
BI boleh jadi membuat penampakan seperti itu untuk tujuan kepraktisan dan lebih komunikatif. Kalau menampakkan nilai rupiah terhadap dollar AS, angka di belakang koma bakal banyak dan diawali empat angka nol seperti terlihat di penampakan Bloomberg.
Cermati pula angka di skala yang tanpa koma atau titik, tetapi di angka kurs harian menggunakan koma. Peraga di bawah saya ambil dari laman BI versi bahasa Indonesia.
Kesan sepintas, tampilan di laman BI menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Kesan selanjutnya rupiah mengalami kemerosotan karena arahnya ke bawah.
Untuk mengatasi persolan kedua, saya menggunakan skala terbalik (inverted scale): ke arah atas berarti penguatan rupiah dan ke arah bawah pelemahan rupiah. Cara ini pun tidak menunjukkan pengukuran yang benar, tetapi setidaknya memberikan kesan sepintas yang konsisten dengan kelaziman: skala ke arah atas berarti nilai tukar rupiah menguat atau naik, skala ke arah bawah melemah atau turun. Cara Bloomberglahyang benar.
Kalau rencana redenominasi terlaksana, katakanlah Rp 10.000 menjadi Rp 1, maka BI mungkin akan mengikuti cara Bloomberg.
faisal basri
Post a Comment Blogger Facebook