Keinginan pemerintah AS untuk memaksa Apple memberikan akses pada iPhone 5c milik seorang pria yang diduga adalah teroris semakin menghangatkan diskusi publik. Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa Syed Farook diduga menjadi dalang dari penyerangan di San Bernardino, yang menewaskan 14 orang dan melukai 22 lainnya. Setelah berhasil dilumpuhkan, pihak berwajib menemukan iPhone 5c miliknya, yang diduga memiliki banyak informasi dan data untuk rencana-rencana terorisme, serta hubungannya dengan jaringan teroris lainnya.
Dalam surat terbuka yang ditulis oleh CEO Tim Cook, ia menyebutkan bahwa Apple tidak mungkin menuruti keinginan pihak pemerintah AS. Hal tersebut bisa membuat seseorang tahu tentang cara membuka iPhone, yang kemudian bisa digunakan untuk kepentingan jahat yang mengancam jutaan pengguna perangkat iOS. Selain itu menurut Cook iOS adalah sistem operasi yang istimewa, dan tidak ada software apa pun di dunia ini yang bisa membuka data-data di smartphone tersebut.
Tak diduga, pernyataan Apple ini didukung oleh rival berat mereka, Google. Melalui akun Twitternya, CEO Google, Sundar Pichai memberikan support kepada Apple untuk tidak membuka atau pun membuat software untuk iPhone 5c dari terduga teroris tersebut. Dalam lima kicauannya, Pichai menyebutkan bahwa Google menciptakan produk yang aman agar informasi pemiliknya tetap terjaga, tetapi akan memberikan data-data yang dibutuhkan oleh pihak berwajib ketika ada perintah langsung dari mereka. Namun, memaksa sebuah perusahaan untuk meretas perangkat mereka sendiri adalah sesuatu yang sangat berbahaya.
Sebuah dilema bagi Tim Cook dan warga Amerika Serikat pengguna iPhone. Dengan berpegang teguh pada prinsip mereka, maka mereka tidak bisa melacak gerakan terorisme. Sementara dengan memberikan akses "pintu belakang" pada orang lain, ada kemungkinan hal itu akan disalahgunakan dan mengancam jutaan pemilik iPhone.
Bila Anda menjadi seorang Tim Cook, apa yang harus dilakukan?
Post a Comment Blogger Facebook