Keberadaan sembilan ulama dan daiyah di tanah Jawa yang dikenal dengan Walisongo adalah sebuah fakta bukan mitos.
Dikarenakan sejarah Walisongo banyak sisinya yang gelap dan kabur karena ulah kaum kejawen, penjajah Belanda, dan sejarawan sekular, maka generasi sekarang banyak yang tak tahu hakikatnya.
Tulisan berikut adalah tulisan ahli sejarah. Ulasannya lebih layak diambil daripada siapapun yang bicara sejarah mereka dengan kebodohan dan hawa nafsu.
Bila dibaca ternyata sembilan ulama dan daiyah yang dikenal dengan Walisongo adalah kaum wahabi. Lihat saja pandangan Walisongo dalam masalah "takfir" sejalan dengan Wahabi.
Berikut kutipan dari tulisan:
Judul:
WEJANGAN AGAMA DARI ERA SEKITAR WALI JAWA
(Studi Naskah "Lontar Ferrara")
Ditulis oleh: Susiyanto
Lontar Ferrara adalah karya tulis yang memuat petuah keagamaan yang diyakini berasal dari Jaman Kawalen[3] tersebut. Naskah ini ditulis di atas daun "Tal" (Lontar) yang terdiri dari 23 lembar berukuran 40 x 3,4 cm dan saat ini tersimpan di Perpustakaan Umum Ariostea di Ferrara, Italia.[4] Oleh karena itu maka naskah ini sering diidentifikasi sebagai "Lontar Ferrara" atau "Kropak Ferrara". Naskah ini secara sistematik berisi tentang panduan hidup agar menjadi muslim yang kaffah dan pada saat yang sama juga bertujuan menarik para pemeluk Islam baru dan harapan agar masyarakat Jawa membebaskan diri dari penyembahan berhala. Naskah ini ditulis dalam kondisi dimana komunitas muslim masih berjumlah sedikit.
Bagian awal dari Lontar Ferrara yang bercerita tentang sarasehan para wali diperkirakan ditulis dari era sekitar awal abad XVIII. Sedangkan teks lainnya yang berisi tentang wejangan keagamaan dan ini merupakan bagian terbesar dari isi naskah, tidak diragukan mencerminkan abad XVI atau bahkan abad XV. Teks kedua ini banyak menggunakan kosa kata bahasa Jawa kuno, mirip dengan bahasa dalam kitab Pararaton. Teks kedua ini pun nampak merupakan salinan dari naskah lain yang lebih tua usianya.[5] Jelasnya dapat dikatakan bahwa sebagian besar isi Lontar Ferrara memberikan gambaran tentang prototype ajaran keagamaan yang dikembangkan di sekitar era Wali Sanga.
PERINGATAN TENTANG KAFIR
Perilaku kufur juga mendapatkan sorotan dalam Lontar Ferrara. Perilaku-perilaku ini ditempatkan sebagai semua perbuatan yang sengaja menghalangi agama Islam. Perilaku yang harus dihindari oleh seorang mukmin agar tidak terjerumus dalam kekafiran tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Ikut menyembah berhala (kaya wong anembah brahala)
2. Mengikuti pepujian atau upacara keagamaan orang kafir (atanapi milua ing pujiane wong kapir)
3. Ikut mengeluarkan sesaji (milua ababanten)
4. Merendahkan wahyu Allah, baik dengan menyangkal kebenaran maupun keberadaannya. Misalnya menganggap bahwa Al Quran yang terdiri dari 30 juz itu bukanlah wahyu dari Allah, menyelewengkan dalil Allah, atau memaki kebenaran kalam Allah (anginaa sastra Pangeran, den paidoa, atawa den alpaa, kang kuran tigang puluh jus iku, deng sengguha dudua andikaning Allah. Atawa anaha analibana dalil, ing Pangeran iku atawa anglewihana, andikaning Pangeran)
5. Memaki Allah dan Rasul utusan Allah atau Malaikat (yang angucapa ala ing Pangeran muwah ing sakehing utusaning Pangeran, atawa yang malaikat)
6. Menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal sebagaimana yang dibicarakan dalam empat madzhab (angalalena kang haram atawa ngramna kang halal kang saujaring patang madahab)
7. Menganggap sunat hal yang wajib dan menganggap wajib hal yang sunat (kang perlu den arani sunat, kang sunat diarani parlu)
8. Mengaku sebagai nabi atau rasul setelah Nabi Muhammad. Hal ini termasuk meyakini atau bahkan mengikuti orang yang mengaku sebagai Nabi setelah beliau (ana wong angakua utusaning Pangeran, ing sauwus ilanging Nabiyulllah, atawa ingajak manira atawa ing sajaman iki atawa angaku ingsun nabi atawa ikang adidepa ing ujare iku, sakabehe iku dadi kapir)
9. Menuduh kafir terhadap saudaranya yang muslim[18] (wong Islam den aranana kapir, nora ta atut saking pangucape kang angucap iku dadi kapir)
10. Senang apabila dianggap kafir atau berfikir sebagai orang kafir dan membantu semua perbuatan orang kafir (siang sapa suka ingaran kapir dadi kapir)
11. Bersahabat dengan orang kafir, memandang baik terhadap kekafiran, dan mengikuti semua perilaku kafir (lamun ana wong Islam asih ing kafir atawa aidep ing kafir, milu satingkahing kapir)
12. Jika ada orang kafir yang berjanji suatu saat akan masuk Islam kemudian mati tanpa sempat bersyahadat maka ia belum Islam (lamun ana wong kapir arep dadi Islam, ujare wong iku besuk ingsun Islam, nuli besukane mati durung ta asadat, nora dadi wong Islam iku)
13. Meremehkan sunnah Nabi. Hal ini dicontohkan ketika ada orang diminta untuk mencukur rambut, memotong kuku karena itu adalah perintah Rasulullah. Tetapi orang itu kemudian mengatakan bahwa dirinya menolak meskipun itu adalah dicontohkan oleh Nabi sekali pun. Penulis lontar ini menganggap bahwa itu merupakan perilaku kufur (ata wong akona akurisa adastara kaki sira, atugela kuku iku laku abcik, lakunira baginda Rasulullah, den saurana ta mangkene saki lapane nora ingsun agelem kadi ujarira iku, yen lakuni Rasulullah, pan ingsun ora arep, yen ingsun aidepa kupur wong iku)
14. Menghina semua Nabi (amadaa ing nabi kabeh, sakehe utusaning Pangeran)
15. Menghina sahabat Nabi (amadaa ing sabating Rasulullah)
16. Mengaku sebagai Tuhan dan berkeyakinan bahwa Allah tidak mengetahui segala sesuatu (sing sapa angucapa awake Pangeran kupur, utawa angucap ing Pangeran ora weruh, ingkang durung ana)
17. Mengatakan bahwa dirinya sudah bertemu Allah, bidadari surga dan memakan buah-buahan surga (angucap yen wus sanpe ing Pangeran utawa angucap ya wis atetamu lan widadari atawa angucapa yan wus amangan wowohaning suwarga kabeh iku kupur)
18. Melebihkan imam-imam dibandingkan para Nabi, menganggap para wali lebih agung dari Nabi, melebihkan mereka dari Nabi Muhammad (imam kang agung-agung iku, angalahaken para nabi, atawa wali den lewihakna saking nabi, den lewihakna saking baginda Muhammad, kapir)
19. Dan lain sebagainya.
Tulisan selengkapnya: http://susiyanto.com/wejangan-agama-dari-era-sekitar-wali-jawa/
*gambar atas: Kitab Surowiti karya Sunan Kalijaga (Dokumentasi: Susiyanto)
Radikalisme
ReplyDeleteMaksude apa boi ? Ra djelas kih :o
Delete