Namaku, Abu Muhammad Abdullah Yousef
Setelah menyelesaikan tugas saya di Royal Air Force , saya meninggalkan Inggris pada tahun 1976 untuk bekerja di negara Muslim
Setelah menyelesaikan tugas saya di Royal Air Force , saya meninggalkan Inggris pada tahun 1976 untuk bekerja di negara Muslim
Saya lahir di Inggris setelah Perang Dunia II.
Keluarga saya adalah Katolik. Ayah saya, asalnya adalah seorang Methodist, ia masuk Katolik ketika menikah dengan ibuku.
Kami dibesarkan dalam keluarga agama yang ketat dan bahkan saya bisa paham saat Misa dalam bahasa Latin sebelum aku bisa membaca atau menulis dalam bahasa Inggris.
Agama adalah salah satu mata pelajaran favorit saya di sekolah. Aku melakukannya dengan baik. Pada saat aku berumur sebelas tahun, aku mendapat beasiswa ke sekolah asrama yang dijalankan oleh imam Jesuit dan orang tua saya berharap bahwa mereka akan memiliki seorang imam dalam keluarga – impian setiap orang tua Katolik.
Namun di sekolah, saya mulai memperhatikan inkonsistensi antara apa yang diajarkan dalam pelajaran agama Katolik dan apa yang diajarkan di kelas sejarah. Ketika saya mulai mempertanyakan guru tentang perbedaan dalam sejarah dan pelajaran agama , saya diberitahu bahwa saya hanya belajar sejarah sebagai subjek untuk lulus ujian tetapi dengan agama, saya harus memiliki iman.
Pada waktu itu, ada perubahan Paus. Paus Pius XXII meninggal pada tahun 1958 dan Paus Yohanes XXIII terpilih sebagai penggantinya. Umat Katolik mengajarkan bahwa Paus adalah manusia sempurna (tidak ada salah) namun, aturan yang dibuat sering berubah / diperbarui oleh setiap ada Paus baru.
Rasanya tidak masuk akal bagi saya bahwa beberapa hal harus diubah jika Paus sebelumnya tidak mampu membuat kesalahan. Pada abad 14 dan 15 bahkan ada periode ketika ada dua Paus, satu di Perancis dan satu di Roma. Masing-masing dari Paus tersebut bertentangan dan terus-menerus menetapkan peraturan terhadap satu sama lain.
Bahkan pernah terjadi waktu yang sangat singkat ada tiga Paus. Bagaimana dua atau bahkan tiga Paus, bisa menjadi sempurna jika mereka terus-menerus memerintah terhadap satu sama lain? Semakin saya belajar, semakin saya menjadi gelisah. Saya mempertanyakan segalanya; jika memang sesuatu itu benar, seharusnya mudah untuk dijelaskan.
Para guru menjadi lebih frustrasi dengan pertanyaan saya dan akhirnya mereka memukuli saya dengan tongkat karena mereka tidak bisa memberikan jawaban yang tepat. Berulang kali, saya diberitahu saya hanya harus memiliki iman.
Suatu kali, setelah dipukuli, saya lari dan ketika saya tiba di rumah saya dipukuli lagi oleh ayah saya karena saya meninggalkan sekolah. Dia bersikeras bahwa saya harus kembali, tapi aku mengatakan kepadanya bahwa aku bertekad bahwa jika ia membawa saya kembali, saya akan melarikan diri lagi.
Tidak ada pilihan bagi saya selain meninggalkan sekolah dan pergi ke sekolah normal. Semua waktu itu saya masih di rumah, saya diminta untuk ke Gereja dengan seluruh keluarga saya, tapi hati saya tidak lagi merasa hadir di dalamnya. Pada saat itu, saya menjadi Agnostic … tidak yakin akan keyakinan saya, dan merasakan bahwa agama ini tidak benar.
Segera setelah aku bisa meninggalkan rumah. Saya bergabung dengan Royal Air Force ketika saya berusia 15 tahun dan tidak pergi lagi ke Gereja pada waktu itu. Saya bertemu dengan seorang gadis yang akan menjadi istri pada masa depan ketika saya pergi ke rumahnya berlibur dengan kakaknya.
Aku tidak pernah tahu seorang Muslim sebelum waktu itu.
Keluarganya memiliki Gereja Skotlandia (Gereja Protestan). Kami memutuskan untuk tidak mengadakan pernikahan di gereja, tetapi karena di bawah tekanan dari ayahnya, kami akhirnya mengunjungi pejabat gereja secara bersama-sama. Pejabat itu bertanya tentang keyakinan saya dan saya benar-benar jujur ungkapkan ketidakpercayaan terhadap agama yang saya anut .
Pejabat gereja itu seorang yang baik, orang yang mudah memahami dan kami memiliki beberapa pertemuan dengannya , sikapnya mengejutkan kami, ternyata dia menghargai kenyataan apa yang aku ceritakan . Meskipun saya tidak pernah setuju dengan pandangannya tentang agama, akhirnya dia setuju untuk menikahkan kami, dia memberikan kami Injil sebagai hadiah pernikahan. Kami memiliki pernikahan simple yang hanya dihadiri oleh pejabat gereja , saya dan istri saya, ayah dan dua orang saksi di gereja.
Setelah saya menyelesaikan tugas saya di RAF, saya meninggalkan Inggris pada tahun 1976 untuk bekerja di negara Muslim mengajar Electronics untuk perwira angkatan udara dan bintara. Aku tidak pernah tahu seorang Muslim sebelum waktu itu, dan saat itu aku punya pandangan sendiri tentang agama Islam ini (yang semuanya salah ,saya cepat-cepat menambahkan).
Perilaku para siswa benar-benar membuat saya terkesan. Mereka tidak pernah sholat , bahkan bisa dibilang umumnya mereka tidak mencerminkan seorang yang memiliki agama ; beberapa dari mereka bahkan penggemar minuman keras dan main perempuan.
Kebanyakan dari mereka memiliki sikap agak lesu dalam belajar, mereka selalu mengatakan “Siap” untuk semua instruksi saya, dan mereka memberi saya kesan bahwa mereka tidak benar-benar harus bekerja keras; Filosofi mereka adalah “apa pun bisa dilakukan “.
Saya mulai membaca Quran karena dua alasan: pertama, saya ingin menjadi seorang instruktur yang baik, dan berharap bahwa jika saya bisa masuk ke dalam pola pikir siswa maka saya akan mendapatkan poin sehingga saya dapat mengerti mereka dengan lebih baik dan mudah-mudahan menanamkan dalam diri mereka lebih antusias untuk studi mereka, dan kedua, saya ingin membuktikan bahwa agama Islam pun adalah agama yang salah.
Setelah siswa menemukan bahwa saya sedang membaca Quran, salah seorang siswa membawa seorang Sheikh ke kelas untuk berbicara dengan saya. Kami memiliki beberapa diskusi rinci, dan ia mempertanyakan saya tentang keyakinan saya. Pada akhir dari salah satu pembicaraan kami, Sheikh berkata kepada saya, “Yang anda yakini itulah pemahaman seorang Muslim, Anda hanya belum tahu itu”.
Saya semakin penasaran, dan beberapa bulan seterusnya saya terus membaca Al-Quran, dan semakin saya membaca, semakin saya terkesan oleh logika, konsistensi dan kemurnian Islam, dan semakin cinta dengan agama ini . Sisanya, seperti kata mereka, semuanya adalah sejarah … akhirnya , Aku mengucapkan kalimat syahadat di akhir tahun 1976.
Begitulah perjalananku menuju Islam…Agama yang sesuai dengan sejarah…
Post a Comment Blogger Facebook