GuidePedia

2
http://www.hujanpelangi.com/wp-content/uploads/2013/06/Peta-Pulau-Karimunjawa.jpg
Suasana sunset di Pelabuhan Kecil, Pulau Karimun Jawa
“Bukannya Bali lebih bagus ya?” sapa seorang pemandu wisata ketika saya menginjakkan kaki di Pulau Karimun.

Seru juga terdampar di sebuah kepulauan indah dan eksotis ini. Setidaknya bisa lepas dari hiruk pikuk dan padatnya lalu lintas kota Denpasar. Namun, pertanyaan di atas membuat saya meneguk liur. Kenapa ke Karimun? Kan Pulau Bali bagus, lebih terkenal dan di mata orang, Bali mempunyai daya tarik budaya tersendiri. Memang ada beberapa tempat yang belum saya kunjungi di Bali (orang Bali macam apa ini), terutama spot untuk menikmati keindahan pantai dan terumbu karangnya. Ya toh juga saya tinggal di sini jadi bisa kapan aja. Nah, kesempatan untuk ke tempat yang lebih jauh kan belum tentu bisa, harus cari waktu libur dan dapat ijin dari kantor. Ya maklumlah kerja di dunia perhotelan juga agak susah cari liburnya.

Karena waktu yang agak terbatas inilah saya berusaha untuk menyusun itinerary sebaik-baiknya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jadi biar pas dengan jatah libur di hari Sabtu dan Minggu, sisanya ambil jatah cuti. Sehingga saya putuskan untuk mengambil trip untuk mengeksplorasi Kepulauan Karimun dalam empat hari tiga malam. Mencari tiket murah dari Bali ke Jogjakarta terlebih dahulu. Mengingat kondisi yang tight budget cari pesawat Bali – Semarang agak mahal. So this time, gonna be another long trip.

Sampai di Jogja hari Kamis pagi, sedangkan kapal express yang sudah saya pesan dari Jepara ke Pulau Karimun adalah di hari Jumat pukul 14.00 WIB. Dari Jogja saya berangkat Kamis pukul 23.00 WIB, dengan bantuan jasa mobil travel seharga Rp. 100,000. Sampai di Dermaga Kartini Jumat pagi buta pukul 05.00 WIB. Ngantuk. Selama perjalanan hanya sempat tertidur beberapa jam karena kondisi jalan yang rusak dan bergelombang, terutama jalur Demak – Jepara.

Menungu itu memang membosankan. Mengisi waktu dengan luntang lantung di area dermaga Kartini, dari jam 5 pagi sampai jam 2 siang. Kadang mampir di warung yang menyediakan jasa toilet, juga colokan untuk mengisi ulang handphone. Daftar harga yang tertera:

*kencing : Rp. 2000
*berak : 3000
*mandi: 5000
*ces hp (maksudnya charge handphone): Rp. 2000

Sambil menunggu saya sms seseorang yang nantinya akan saya jumpai setibanya di Pulau Karimun, namanya lucu, Mas Penyu! Tiket untuk naik kapal express belum ada ditangan, jadi saya agak panik karena sudah menjelang keberangkatan. Jadi, Mas Penyu ternyata menitipkan tiket saya ke seorang temannya yang juga sedang bersama beberapa orang yang mau menyeberang ke Karimun. Saya nyelip diantara rombongan itu dan satu-satunya dari Bali. Semua pada nanya, kenapa saya nyasar ke tempat ini. Apakah saya orang Bali pertama yang berkunjung ke Pulau Karimun? Saya harus mengabadikan nama saya di Pulau Karimun!

Kapal express sangat penuh, karena saat keberangkatan itu terdapat rombongan VIP dari sebuah kecamatan di Solo. Saya duduk paling atas berhimpit dan berdesakan. Untungnya cuaca waktu itu cerah serta laut tidak bergelombang. Selama dua jam perjalanan laut, saya selamat sampai tujuan dan ketemu Mas Penyu yang sudah menunggu di pintu kedatangan. Fakta tentang Mas Penyu; tour guide yg pecicilan, gelap, suka heboh dan teriak-teriak sendiri nyapa sesama tour guide lainnya.

Saya bergabung dengan beberapa orang lainnya untuk bisa ikut menjelajahi pulau-pulau kecil di sekitar Karimun. Awalnya agak sedikit kaget karena mesti menginap di homestay yg hanya ada matras serta kipas angin. Yeah, I was suddenly feeling meh. But, it’s alright to save the budget. Toh juga cuma buat tidur, nanti seharian bakal keliling mengunjungi pulau-pulau. Lesson to learn: please lower your expectation before traveling. Low expectations = less disappointment.

Satu hal yang harus saya lakukan adalah beradaptasi dengan tempat baru secepat mungkin. Mengenal teman seperjalanan, serta orang lokal yang nantinya kita ajak untuk mengeksplorasi tempat tujuan. Berhubung Pulau Karimun merupakan pusat kepulauan jadi untuk bermalam terutama dengan harga yang terjangkau adalah dengan menginap di wisma atau pondok wisata di sekitar rumah penduduk. Biasanya harga kamar sudah termasuk makan pagi, siang dan malam. Tiba di wisma saya sudah disiapkan makan malam. Ikan goreng plus sayur kuah. Sederhana tapi ya bikin kenyang bahagia (ya lu laper keles). Efek capek dan kurang tidur mebuat saya langsung tertidur sehabis makan malam. Tur akan dimulai keesokan harinya.

Pukul 8 pagi Mas Penyu datang menghampiri saya di wisma bersama beberapa orang yang ikut dalam ekspedisi island hopping di hari pertama. Empat diantara mereka berasal dari Semarang, dua orang dari Surabaya dan tiga orang dari Malaysia. Dengan lantangnya Mas Penyu menyapa “Hey Bli! Ayooo kita siap berangkat!”penuh semangat memang. Seandainya Mas Penyu memimpin sholat di Mesjid, saya yakin dia tidak perlu pengeras suara lagi.

Berjalan kaki dari pondok wisata menuju ke pelabuhan kecil hanya lima menit saja. Perahu getek milik Mas Penyu sudah menunggu di pinggir dermaga bersama perahu-perahu lain. Dermaga dipenuhi beberapa wisatawan yang hendak melakukan tur di waktu yang sama.

“Udah pada kenalan belum nih? Kenalan dulu Bli, ini ade Kak Ros?” Mas Penyu menunjuk seorang perempuan berpakaian renang dengan motif hello kitty. Iya, dia salah satu dari wisatawan Malaysia yang saya bilang tadi. Kita pun saling berkenalan. New friends always fun!

Naik perahu getek meskipun agak berisik tapi seru. Melihat laut lepas, semilir angin membelai rambut dan menerpa wajah yang kusam ini. Kepulauan Karimun memang mempesona. Aktivitas pertama kita adalah langsung snorkeling di Pulau Menjangan Kecil. Di sini ikannya cantik serta terumbu karangnya yang indah. Here for the first time I met the Nemo! Setelah sekian lama gak snorkeling akhirnya bathin ini terpuaskan juga. Terakhir kali saya menikmati snorkeling yaitu di Amed. Tapi waktu itu masih amatir banget, berenang sambil megap-megap kemasukan air. Nah, sekarang udah berani tanpa pelampung dan malah langsung menyelam lebih dalam. Mas Penyu langsung beraksi dengan kamera underwater untuk mengabadikan momen. Narsis bareng ikan-ikan dan terumbu karang yang cantik itu wajib. Keren banget!


Me and Eva narsis dulu pas naik perahu getek


Pulau Menjangan Kecil dengan keindahan bawah lautnya yang super keren

Setelah cukup snorkeling selama kurang lebih dua jam, selanjutnya kita berangkat menuju Tanjung Gelam untuk makan siang. Udah lumayan keroncongan ini perut. Mas Penyu dan asistennya membakar ikan untuk makan siang. Sambil menunggu saya lebih suka mengambil foto. Dokumentasi pemandangan alam selama perjalanan buat saya itu penting. Selain berfoto selfie.

Perut kenyang, semilir angin disepanjang garis pantai justru membuat mata mengantuk. Namun Mas Penyu hanya memberi kita sedikit kesempatan untuk bergegas dan kembali melakukan aktivitas snorkeling. Tancap Maaas! Kali ini kita menuju Kemojan. Saya yang sudah lama memimpikan semua ini merasa begitu excited.Mendekati perairan Kemojan ternyata kita disambut dengan hujan deras. Perahu getek kita terombang-ambing. Beberapa penumpang yang cewek-cewek memilih masuk ke bagian bawah deck perahu untuk berteduh dari terpaan angin kencang serta hujan yang deras. Saya pun ikut masuk (lah situ cewek?). Kondisi menjadi kurang kondusif tapi Mas Penyu tetap menarik kemudi. Suara mesin di bagian bawah ini ternyata memekakkan telinga. Beruntung hujan reda saat kita tepat memasuki perairan lepas Pantai Kemojan. Yay! Now it’s time to jump!

Beberapa menit saya melakukan snorkeling, nasib berkata lain. Mungkin belum berjodoh dengan keindahan bawah laut pantai ini. Kaki kanan saya keram. Saya butuh bantuan.

“Mas Penyu! Saya keram! Bantuin balik ke perahu tolong..”saya berusaha bergerak dengan satu kaki dan tangan yang berusaha meraih Mas Penyu yang sedang mengambil foto.

“Ntar ntar lagi foto bentar…”
“Maaaas ini saya ntar kelelep lho!” suara saya mulai mengencang. Semua pada menoleh. Mas Penyu pun langsung memegang lengan saya dan menyeret sampai ke perahu. Semua bengong. Menatap iba. Sampai di atas perahu semua peralatan saya lempar, kemudian meluruskan kaki nanan. Kali ini hanya bisa menyaksikan dari atas perahu. Hmmmm nasib.

Seharian di laut, menjelang sore kita balik ke wisma. Badan saya mulai terasa tidak enak. Meriang dan leher tidak bisa menoleh kanan kiri. Bagian dada keluar keringat dingin. Seusai mandi dan makan malam (lauknya lagi-lagi ikan) saya minum panadol dan memutuskan untuk istirahat lebih awal. Masih ada hari kedua untuk island hopping, jadi kondisi harus kembali stabil. Tidak boleh sakit dan tergolek lemas di kamar hanya berbekal kipas angin.

Kepulauan yang eksotis ini tidak bisa dikupas hanya dalam waktu satu hari saja. Bahkan dua hari saya diajak island hopping bareng Mas Penyu, itu pun masih ada yang belum sempat kita samperin. Karena beberapa pulau seperti Pulau Kecil dan Pulau Tengah memerlukan jarak tempuh satu jam. Mas Penyu memutuskan untuk skip, karena alasan cuaca yang sedikit berangin.

Jadi di hari ke dua kita melanjutan island hopping dan snorkeling. Badan saya sudah sehat kembali, untungnya. Kali ini kita menuju ke perairan Pulau Cemara Kecil. Stunningbanget deh pokoknya. Habis snorkeling kita menuju Tanjung Gelam untuk makan siang. Kemudian snorkeling lagi. Kali ini menuju ke perairan antara dermaga kecil dan Pulau Menjangan Besar. Di sini lebih dalam dengan ikan-ikan yang lebih besar dan terumbu karang yang megah. Mas Penyu beraksi dengan kamera underwater yang siap menjepret kaum anak muda narsis ini. Hasil foto di sini bagus banget karena intensitas cahaya yang masuk ke dalam air lebih banyak. Hasilnya keren!


Perairan Kemojan


Cantik sekali pemandangannya


Don't want to leave this stunning place!

Trip terakhir adalah kita berkunjung ke penangkaran hiu yang berlokasi di pinggiran Pulau Menjangan Besar. Untuk berenang bareng hiu-hiu cukup bayar Rp.15,000. Hmm..tapi kaki saya habis luka tergores karang. Jadi maaf ya saya skip dulu, daripada si hiu nyium darah di kaki saya terus saya pulang tanpa kaki, ew!


Berenang sama Hiu man!! @Pulau Menjangan Besar, Karimun.

Puas menyaksikan hiu kita balik ke dermaga kecil. Yang lain pada langsung pulang ke wisma. Jam 5 sore langit di pelabuhan kecil mulai terlihat indah. Saya paling suka pantai dan matahari senja. Pelabuhan Kecil di Pulau Karimun ini sudah menggantikan pantai Seminyak favorit saya untuk menyaksikan matahari tebernam. Dermaga, ketika beberapa perahu kecil lewat dengan latar belakang langit jingga serta garis pantai yang mulai berwarna sendu. Indah. Damai. Adem. Sayangnya gak ada pacar buat menikmati momen spektakuler ini (kode). Menyaksikan matahari terbenam sampai menjelang malam, setelah itu saya menuju ke alun-alun untuk makan malam. Menu kali ini adalah siomay. Saya tahu kalau langsung balik dan makan malam di wisma, menunya pasti ikan lagi. Namun, di alun-alun juga kebanyakan menjual menu seafood. Mau beli ayam goreng tidak ada yang jual L


Suasana sunset sama perahu kecil ini mengingatkan film Life of Pi


Sunset yang cantik di dermaga. Coba ini dermaga hatimu.


Sunset in Karimun Java


Sunset in Karimun Java is so so beautiful


Karimun Java, perfection!!

Di hari terakhir berhubung tidak lagi ada tur dan kapal express untuk balik ke Jepara datang jam 2 siang, jadi saya memutuskan untuk menyewa motor dan berkeliling daerah Pulau Karimun. Harga sewa motor Rp. 50,000 dari jam 8 pagi sampai 12 siang. Dari wisma menuju ke mangrove lumayan jauh dengan kondisi jalan beraspal tapi banyak lubang dimana-mana. Sekitar 35 menit naik motor ala off road akhirnya sampai di pelestrian hutan mangrove. Harga tiket masuk untuk trekking mangrove hanya Rp.2000. Tempatnya asik. Saya datangnya kepagian. Suasana begitu sepi dan yang terdengar hanya suara burung dan nyamuk. Belum ada wisatawan lain. Kata petugasnya sih kebanyakn wisatawan berkunjung menjelang sore untuk melihat sunset. Nah, tempat ini juga sering dipakai buat foto prewedding. Mendekati area pantai memang sangat bagus dan dilengkapi dengan observatory deck. Gorgeous view!


Trekking di hutan mangrove

Empat hari di Karimun sangatlah berkesan. Melipir dari Bali dan terdampar di kepulauan yang juga tak kalah indahnya. Snorkeling, mengabadikan foto pemandangan yang bagaikan lukisan, dan juga melihat hiu. Air pantai yang hijau emerald ditemani pasir putih yang halus. Saking indahnya alam bahari Kepulauan Karimun, membuat saya berpikir untuk tinggal di sini mencari kedamaian jiwa dan raga. Namun, tiba-tiba terdengar suara notifikasi email. Tagihan kartu kredit datang, yang akhirnya membuat saya tersadar bahwa ini hanya cukup menjadi sebuah kisah perjalanan yang tidak akan pernah terlupakan.


Narsis pas snorkeling itu wajib


Suka sekali snorkeling di Pulau Karimun, alam bawah lautnya keren!


Neh kan narsisnya nagih


Ikannya cantik-cantik


Betah kalo mau sunbathing di sini


Pantai Tanjung Gelam, dateng ke sini buat makan siang bakar ikan


Rayuan pohon kelapa di Tanjung Gelam, Pulau Karimun


Air lautnya bening emerald. Pasir putih. Kurang apalagi coba..

 by Putu Wiwid Budiastra

Post a Comment Blogger

  1. itu kn satu prahu sama saya mb eva, bareng bu dokter femmy jg itu di belakang mb eva

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pulaunya bagus banget ya mboi ? :p

      Delete

Beli yuk ?

 
Top