GuidePedia

0

 
 
Di tengah kontroversi pernyataan Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana yang menolak penutupan Dolly dan bahwa penolakan itu adalah konsep PDIP, media sosial diramaikan dengan berita perzinaan massal pengurus PDIP, yang ternyata bersumber dari berita Detik.com.

Sebenarnya, berita itu sudah lama, yakni terjadi pada tahun 2005 lalu. Namun, bersamaan dengan sikap Wisnu yang tidak menyetujui langkah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menutup lokalisasi Dolly, berita itu diangkat kembali oleh pengguna media sosial dan dihubungkan dengan alasan mengapa PDIP menolak penutupan Dolly.

Berikut berita lengkap dari Detik.com yang telah banyak dibagikan di media sosial pada pekan ini:


Kongres PDIP Untungkan PSK
Kongres PDIP di Bali membawa berkah. Setidaknya, untuk para PSK (penjaja seks komersial). Para wanita malam itu mendapatkan rupiah lebih banyak dibanding hari biasa, karena banyaknya penggembira dan utusan kongres PDIP yang melakukan transaksi.

Sejak hari pertama kongres, sebagian penggembira dan utusan kongres PDIP memang tampak menyerbu kawasan PSK tak resmi di beberapa kawasan Sanur, Bali. Antara lain di Padang Galak, Pasiran, Belanjong, dan Semawang. Kawasan PSK ini terkenal dengan tarif hemat.

Sementara beberapa utusan kongres PDIP yang berkantong tebal memilih mendatangi kawasan PSK di kawasan wisata Kuta. Tempat ini dikenal sebagai kawasan PSK yang bertarif mahal. Para penggembira kongres PDIP yang bermalam di lapangan Matahari Terbit, biasanya menghabiskan malam-malam indahnya di Pulau Dewata ini dengan mendatangi rumah-rumah PSK di Padang Galak, yang berada di pinggir pantai Sanur itu. Mereka minum-minum, ngobrol, dan juga yang sampai melakukan transaksi dengan PSK. Umumnya, mereka mencari ayam kampung (gadis Bali). Sayang, gadis Bali susah didapatkan. Soalnya, sebagian besar PSK di daerah ini memang berasal dari daerah Banyuwangi dan sejumlah daerah dari Jawa Timur lainnya.

Menurut seorang PSK di Padang Galak, Susi, kepada detikcom, Kamis (31/3/2005), dirinya telah melayani tiga orang yang merupakan tiga penggembira kongres PDIP. Sebenarnya banyak penggembira PDIP yang mendatangi dirinya. Tapi, banyak penggembira yang tidak membayar, karena pura-pura mabuk. Maklum, penggembira memang tidak berduit banyak.

Di kawasan PSK Padang Galak dan Pasiran, biasanya penggembira kongres berdatangan secara perorangan atau bergerombol. Karena sama-sama orang Jawa, transaksi pun lebih mudah. Sementara penggembira di kawasan by pass Sanur memilih menyerbu beberapa rumah bordil di kawasan Semawang dan Belanjong. Mereka tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan para wanita malam itu. Setiap rumah yang memiliki alamat berakhir huruf X, maka itu dipastikan rumah bordil. Salah seorang PSK di Semawang, Linda, mengaku melakukan transaksi dengan sejumlah penggembira dan utusan kongres. Bahkan, dia mengaku juga mendapat order untuk datang ke hotel tempat menginap para utusan. "Pokoknya ini berkahlah, karena lebih ramai dari hari-hari biasa," ungkapnya.

Sedangkan beberapa satgas Kongres PDIP yang berpakaian ala pecalang juga ketiban rezeki dari sejumlah utusan kongres. Seorang satgas, Putu Wardana, mengaku sempat beberapa kali menerima order dari para utusan kongres untuk mencarikan rumah bordil itu. Putu pun mendapatkan rupiah yang lumayan. Sebagian utusan juga mencari kawasan PSK elit yang berada di kawasan Kuta. Bahkan, sejumlah utusan masih mengenakan ID card kongres saat mendatangi kawasan PSK elit di Kuta itu.
 
 
SumberLihat yg lebih 'seru' di sini !

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top