GuidePedia

0

Meski sempat mengalami kemunduran setelah runtuhnya beberapa dinasti Islam, Islam berkembang cukup baik di beberapa belahan dunia lain pada awal abad 20. Jepang merupakan salah satu negara terakhir di Asia Timur yang merasakan Islam pada pengujung berakhirnya Dinasti Turki Ottoman.

Berbagai catatan sejarah menceritakan adanya hubungan erat antara Jepang dan Turki Ottoman yang membuka pintu masuknya Islam di negeri Matahari Terbit tersebut. Salah satunya diungkapkan peneliti sejarah Islam Jepang Prof Salih Mahdi S al-Samarrai, Ketua Islamic Center Jepang.

Dalam penelitiannya yang berjudul History of Islam in Japan, Salih mengungkap sosok Abdul Haleem Noda. Nama Abdul Haleem Noda disebut- sebut sebagai Muslim Jepang pertama.

Ia adalah wartawan muda yang hidup pada era restorasi Meiji. Tidak banyak catatan riwayat hidup dari tokoh kelahiran 1868 ini. Tapi, ungkap Salih, pemilik nama lengkap Torajiro Noda ini merupakan bagian penting dari hubungan diplomatik Sultan Abdul Hamid II dari Turki Ottoman dengan Kaisar Meiji penguasa Jepang saat itu.

Menurut al-Samarrai, Sultan Abdul Hamid II mengirim kapal pelayar an diplomatik, Al Togrul, dengan 600 perwira dan prajurit di dalamnya. Pelayaran diplomatik tersebut dipimpin Laksamana Usman Pasha untuk bertemu Kaisar Jepang. Tapi, dalam pelayaran pulang ke Turki, kapal itu karam dihantam badai di laut Jepang, 550 awak kapal, termasuk seorang adik dari Sultan Abdul Hamid II meninggal.

Karamnya kapal tersebut menjadi kisah duka dua pemimpin negara tersebut. Kaisar Meiji mengutus seorang wartawan muda, Torajiro Noda, ke Istanbul untuk mengabarkan kabar duka tersebut ke Sultan Abdul Hamid II.

Sesampainya di Istanbul, Torajiro Noda diminta Sultan untuk tinggal sementara di Turki dan menjaga hubungan diplomatik dengan mengajarkan kebudayaan Jepang di Turki.

Di Istanbul inilah Torajiro bertemu dengan Abdullah Guillaume, seorang Muslim asal Turki yang tinggal di Liverpol, Inggris. Perkenalan tersebut mengantarkan Trajiro Noda untuk mulai mengenal Islam melalui diskusi dan kajian keilmuan. Termasuk, langkahnya mencari kebenaran hidup. Pergulatan dalam diskusi dan pen carian kebenaran itulah yang membawa Noda menemukan Islam.

Setelah memantapkan dirinya untuk memeluk Islam, Torajiro Noda mengganti namanya menjadi Abdul Haleem Noda. Ia pun memutuskan kembali ke Jepang dan memantapkan identitas barunya di negara Matahari Terbit tersebut.

Al-Samarrai yakin, dari penelitian yang ia lakukan, Noda bisa dinyatakan sebagai warga Jepang pertama yang memeluk Islam, lalu kembali dan menetap di tanah airnya. Tak hanya itu, al-Samarrai meyakini langkah Noda memeluk Islam sebagai gerbang berislamnya sejumlah warga Jepang di kemudian hari, meski keterkaitan Noda tidak secara langsung.

Figur

Tak heran bila Noda disebut- sebut menjadi figur penting di balik Islamnya sejumlah diplomat Jepang untuk Turki ketika itu. Beberapa delegasi Jepang yang diutus ke Turki pun mengikuti jejak Noda.

Di antaranya, Tajiro Yamada yang menggantikan posisi diplomatik Noda dan pergi ke Istanbul pada 1893. Sekembalinya dari Istanbul, Tajiro Yamada pun mengikuti jejak Noda memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Abdul Khalil Yamada. Ia pun tercatat sebagai orang asli Jepang kedua yang memeluk Islam.

Setelah Abdul Khalil Yamada, beberapa orang Jepang lain menyusul dua pendahulunya tersebut. Salah satu di antaranya adalah Ahmad Ariga, seorang Jepang yang membawa misi dagang ke Asia Selatan dan Timur Tengah pada awal 1900-an.
Petualangan Abdul Haleem Noda seolah menjadi lampu hijau cahaya Islam mulai merasuk ke negara Matahari Terbit ini.

Beberapa orang asli Jepang pun akhirnya mulai mengenal Islam. Termasuk, beberapa diplomat Jepang yang diutus ke Turki. Meski, dalam catatan al-Samarrai, tak sedikit Muslim yang tinggal di Jepang untuk misi dagang. Tetapi, sebagian besar mereka adalah pendatang dari Timur Tengah dan India.

Tak banyak informasi tentang riwayat Noda. Sejarah mencatat, Noda wafat pada 1904. Gelombang Islamisasi pada awal abad ke-19 inilah yang mendorong Muhammad Ali, salah satu utusan Sultan Abdul Hamid, mengunjungi Jepang pada 1902.

Ia membawa misi untuk membangun masjid pertama Jepang di Yokohama, meski akhirnya gagal akibat meletusnya perang antara Jepang dan Rusia.

Oleh Amri Amrullah
yy/republika
Sumber

lanjutin di sini !

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top