Meriem Abricot dahulunya seorang penganut Katolik Ortodoks. Namun, ketika ibu dan neneknya meninggal, Meriem mulai meninggalkan agama.
"Saya terlalu kecewa. Saya berhenti berdoa, namun tetap berkomunikasi dengan teman-teman yang masih percaya dengan agama," ucap dia seperti dilansir onislam.net, Sabtu (31/5).
"Jujur, saya selalu bertanya kepada mereka tentang kebiasaan itu. Jawabanya sederhana dan logis buat saya. Saya kagum," kata dia.
Pertemanan dengan Muslim membuat Meriem merasakan atmosfer ajaran Islam. Puncaknya, ketika ia melalui Ramadhan dengan teman Muslimnya itu. Meriem mulai belajar berpuasa, tidak mengkonsumsi babi apalagi mengkonsumsi alkohol.
"Tanpa says sadari, saya telah melakukan kebiasaan seorang Muslim," kenang dia
Tepat tahun ini, Meriem memutuskan menjadi Muslim setelah pendalaman dan diskusi yang panjang dengan temannya itu. Ia pun banyak membaca literatur Islam, dan tentunya Alquran. "Saya banyak mendapatkan informasi yang saya dibutuhkan di masjid. Di masjid pula, saya akhirnya memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat," kata dia.
Usai bersyadahat, banyak Muslim yang datang mengucapkan selamat. Pembimbingnya pun mengingatkan menjaga komitmen sebagai seorang Muslim merupakan hal yang tidak mudah. "Tidak mudah, tapi saya merasa didukung, dan ini yang membuat saya merasa nyaman," kata dia.
Sejak itu, mulailah Meriem mulai mempelajari bahasa Arab. Bahasa yang menurutnya mempermudah ia mempelajari Islam. Ia pun memberitahu keluarganya soal perubahan itu. Memang, Meriem sedari awal memahami bahwa keluarganya tidak akan dengan mudah menerima keislamannya. "Saya memahami itu, mereka tentu khawatir dengan pemberitaan media yang menyudutkan Muslim," ucapnya.
"Saya terlalu kecewa. Saya berhenti berdoa, namun tetap berkomunikasi dengan teman-teman yang masih percaya dengan agama," ucap dia seperti dilansir onislam.net, Sabtu (31/5).
Pertemuan Meriem dengan Islam bermula ketika ia berkenalan dengan imigran asal Maroko, Aljazair dan Tunisia. Yang menarik perhatian Meriem, mereka selalu mengkonsumsi makanan halal, tidak mengkonsumsi babi dan alkohol. Mereka pun melaksanakan shalat lima waktu.
"Jujur, saya selalu bertanya kepada mereka tentang kebiasaan itu. Jawabanya sederhana dan logis buat saya. Saya kagum," kata dia.
Pertemanan dengan Muslim membuat Meriem merasakan atmosfer ajaran Islam. Puncaknya, ketika ia melalui Ramadhan dengan teman Muslimnya itu. Meriem mulai belajar berpuasa, tidak mengkonsumsi babi apalagi mengkonsumsi alkohol.
"Tanpa says sadari, saya telah melakukan kebiasaan seorang Muslim," kenang dia
Tepat tahun ini, Meriem memutuskan menjadi Muslim setelah pendalaman dan diskusi yang panjang dengan temannya itu. Ia pun banyak membaca literatur Islam, dan tentunya Alquran. "Saya banyak mendapatkan informasi yang saya dibutuhkan di masjid. Di masjid pula, saya akhirnya memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat," kata dia.
Usai bersyadahat, banyak Muslim yang datang mengucapkan selamat. Pembimbingnya pun mengingatkan menjaga komitmen sebagai seorang Muslim merupakan hal yang tidak mudah. "Tidak mudah, tapi saya merasa didukung, dan ini yang membuat saya merasa nyaman," kata dia.
Sejak itu, mulailah Meriem mulai mempelajari bahasa Arab. Bahasa yang menurutnya mempermudah ia mempelajari Islam. Ia pun memberitahu keluarganya soal perubahan itu. Memang, Meriem sedari awal memahami bahwa keluarganya tidak akan dengan mudah menerima keislamannya. "Saya memahami itu, mereka tentu khawatir dengan pemberitaan media yang menyudutkan Muslim," ucapnya.
Post a Comment Blogger Facebook