BRASIL - Kabar makanan kadaluarsa di hotel Royal Tulip, Rio de Janeiro membuat heboh dunia perhotelan di Brasil.
Bagaimana tidak, hotel tersebut adalah hotel tempat menginap Steven Gerrard dan kawan-kawan selama berlaga di putaran final Piala Dunia Brasil 2014.
Pejabat kesehatan dan keselamatan Brasil yang menyita sejumlah makanan dari hotel itu menemukan 2,6kg daging ikan salmon, daging sapi dan mentega tak layak konsumsi. Tak hanya di tempat menginap timnas Inggris, kejadian serupa juga terjadi di Hotel Portobello tempat menginap timnas Italia.
Di hotel yang berada di luar kota Rio de Janeiro itu petugas menyita 50kg makanan yang dianggap tak layak. Di hotel bertipe resor di tepi pantai itu, petugas menemukan 25kg seafood dan margarin yang disajikan memasuki masa kadaluarsa.
Sementara 24kg lain yakni daging, saus, keju dan gula yang tak terdapat tanggal kadaluarsa.
Kabar ini tentu saja mengejutkan. Karena kedua hotel yang dipilih menjadi tempat menginap dua tim Eropa itu pasti bukan sembarang hotel. Royal Tulip, adalah hotel internasional yang terletak di pesisir timur Brasil menghadap Samudera Atlantik.
Persis di depan halaman adalah kawasan pantai Copacabana Rio de Janeiro yang terkenal itu. Walhasil pilihan FA (Football Association) yang menaungi Timnas Inggris dipertanyakan. Buru-buru FA memberi klarifikasi bahwa mereka sudah memeriksa hotel tempat tinggal Tim Inggris.
"Koki tim Inggris telah mengunjungi Royal Tulip hotel beberapa kali dan senang dengan kebersihan fasilitas hotel itu. Ia juga akan mensupervisi semua asupan makanan pemain," ujar FA.
Seiring dengan kian dekatnya jadwal pembukaan, otoritas Brasil menggelar semacam razia di 13 lokasi hotel, restauran, hotel, toko roti, pusat perbelanjaan. Hasilnya mengejutkan, delapan di antaranya ditemukan pelanggaran.
"Secara total, ada 218kg makanan tidak layak untuk konsumsi telah dibuang," kata Sekretariat Negara untuk Pembelaan dan Perlindungan Konsumen.
Pemerintah Brasil memang memperketat pengawasan seiring dengan persiapan para pelaku wisata menyambut turis maupun rombongan tim dari berbagai negara peserta Piala Dunia.
Tapi bukan hotel berbintang saja yang bersiap menyambut turis. Kawasan yang dicap kumuh di perkotaan, yang dikenal dengan sebutan "Favela" di Brasil juga bersiap meraup rezeki.
Ini tentu saja untuk menyambut para fan atau turis yang ingin menghemat ongkos hidup mereka di Brasil. Tentu saja karena biaya hidup yang tinggi di kota besar Brasil yakni Rio de Janeiro dan Sao Paulo.
Tanpa ada Piala Dunia saja, kamar hotel di Rio sudah termasuk mahal di antara kota-kota metropolitan di dunia. "Sekarang terus meningkat hingga level stratosfer menginap selama Piala Dunia," ungkap Lucy Bryson, penulis perjalanan asal Inggris.
Kini harga hotel-hotel kelas standar di kota Rio de Janeiro bisa menembus 450 dolar AS atau sekitar Rp5,2 juta per malam. Itu kelas kamar standar tanpa embel-embel fasilitas lain di sekitar pantai terkenal. Tentu saja kamar dengan pemandangan pantai akan jauh lebih mahal.
Beberapa hotel yang benar-benar mewah di kota ini sudah penuh dipesan. Bahkan ada tamu papan atas yang rela merogoh 2000 dolar AS atau sekitar Rp23 juta per malam demi menginap di hotel mewah.
Peluang ini ditangkap oleh warga di favela, yang sebagian besar berada di kawasan permukiman padat penduduk. Di balik citra kawasan kumuh, yang kerap diwarnai kekerasan dan narkoba, rupanya ada juga prospek wisata.
Elliot Rosenburg warga AS yang sudah jatuh cinta pada Brasil, jeli melihat celah bisnis ini. Bersama warga setempat dia mengelola agensi persewaan Favela Experince di Rio de Janeiro. Rosenburg menyediakan tempat tidur, kamar, dan seisi rumah untuk disewa.
Dalam website agensinya, Rosenburg memajang tarif mulai 14 dolar AS (sekitar Rp163 ribu) per orang per malam untuk kamar berisi 6 tempat tidur hingga 111 dolar AS per malam atau sekitar Rp1,3 juta untuk kamar yang lebih privat.
Tentu saja makin tinggi harga, makin tinggi pula fasilitas yang disajian. Misalnya untuk kamar apartemen seharga 47 dolar AS, tamu akan mendapat fasilitas pemandangan eksotisme pantai Ipanema, lokasi yang dekat dengan halte bus (cukup dua menit berjalan kaki), 15 menit menuju Leblon yang memilikipantai dan permukiman elite.
Dalam kamar ini ada juga fasilitas standar yakni koneksi wi-fi. Sementara untuk tarif 38 dolar AS, tamu akan diarahkan ke penginapan yang sedikit lebih jauh dari kawasan pantai.
Fasilitas lainnya juga tentu beda dengan apartemen, karena hanya rumah warga yang beberapa kamarnya dikosongkan untuk menerima tamu.
Untuk menuju Pantai Ipanema, masih harus naik bus sekitar 20 menit, jarak halte bus juga tak jauh, cukup denngan berjalan sekitar 2 menit. Menjelang Piala Dunia, Rosenburg sudah menerima banyak order.
"Karena tarif kami lebih murah 50 persen bahkan dibandingkan losmen, para tamu akan menghemat uang saat turut ikut berbaur dalam masyarakat Brasil yang dinamis dan ramah," ujarnya dikutip Fodors Travel.
Post a Comment Blogger Facebook