Penganut
Syi’ah senantiasa menjejalkan propaganda-propaganda persatuan antara
Ahlus Sunnah dan Syi’ah. Misalnya dengan menggunakan slogan-slogan Darut
Taqrib, Risalah Amman, fatwa Syaikh Al Azhar, dan sebagainya. Namun,
slogan-slogan itu sepertinya hanyalah bagian dari tindakan taqiyah
Syi’ah untuk menghancurkan Islam.
Syarat-syarat pendekatan yang berupa penghentian caci-maki pada shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sama sekali diabaikan oleh Syi’ah. Sebagaimana yang dilakukan pentolan Syi’ah di Indonesia, Jalaluddin Rahmat yang konon ahli komunikasi.
Syarat-syarat pendekatan yang berupa penghentian caci-maki pada shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sama sekali diabaikan oleh Syi’ah. Sebagaimana yang dilakukan pentolan Syi’ah di Indonesia, Jalaluddin Rahmat yang konon ahli komunikasi.
Dalam sebuah pengajian yang diisinya, ia mencela isteri Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ummul Mukminin ‘Aisyah adalah diantara shahabiyah yang paling dibenci oleh Syi’ah.
“Aisyah itu sangat pencemburu, kalau mau mencontoh istri yang pencemburu contohlah Aisyah,” kata Jalaluddin Rahmat dalam sebuah rekaman tahun 2012 lalu.
Ia menyebut Aisyah adalah pencemburu yang membuat makar.
“Begitu cemburunya sampai ada-lah beberapa perilaku Aisyah itu yang menyedihkan hati Nabi. Kadang-kadang cemburunya disusul dengan manuver-manuver, manuver itu apa bahasa…. bahasa Arabnya “makar”. Disusul dengan beberapa makar. Pernah datang seorang perempuan, kalau saya tidak salah namanya Juwairiyah. Dia adalah anak seorang pemimpin yang kemudian bergabung masuk Islam, dan pemimpin itu menghadiahkannya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Alihi wa Sallam.”
Ia juga menyebut Aisyah melakukan blasphemy, yakni ucapan orang kafir yang mencela Tuhan.
Jalaluddin Rahmat berkata, “Dalam Al Qur’an kan ada ayat: Dan kalau perempuan itu menghadiahkan dirinya kepdamu hai Nabi, Jadi bolehlah Nabi memilihnya kalau ia kehendaki. Waktu itu Aisyah membaca wahyu itu, kemudian dia datang menemui Nabi, “Betapa cepatnya Tuhanmu memenuhi hawa nafsumu.” Jadi itu dikatakannya kepada Nabi. Bayangkan! Jadi itu seorang Nabi mau berhadapan dengan seorang istri yang melakukan blasphemy. Jadi blasphemyitu, saya mohon maaf, saya emang agak ilmiah. Blasphemy itu ucapan-ucapan yang merendahkan Tuhan yang diucapkan sebetulnya oleh orang-orang kafir. Di rumah ada sebuah buku yang berjudul “Sejarah Blasphemy Sepanjang Zaman,” sejak zaman Yunani dulu sampai zaman modern, orang-orang yang mengecam dan mencaci tuhan. Tentu saya tidak ingin memasukkan Aisyah dalam salah satu riwayat itu, tapi dia itu berkata kepda Rasulullah karena cemburunya, “Betapa cepatnya Tuhan memenuhi hawa nafsumu.”
Ia mengatakan bahwa Aisyah melakukan makar terhadap tokoh bernama Juwairiyah itu, serta mengatakan makar perempuan perempuan itu lebih dahsyat dari Setan.
“Aisyah itu adalah orang yang sangat pencemburu, dan ketika ia datang, ditemuinya Juwiriyah itu dengan baik dia temui, dan ketika bertemu dengannya, berbaik-baikanlah, pura-pura baik, kemudian dia berkata, “Nantinya kalau kamu sudah menikah dengan Nabi dan misalnya Nabi mau mendekati kamu atau menyentuh kamu, Nabi itu paling seneng jika kamu mengucapkan doa ini: “A’udzu billahi minka… Aku berlindung kepada Allah daripada engkau”. Lalu setelah itu, begitu mendengar itu dan ketika berdua bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Rasulullah mau memegang tangannya, ia berkata seperti yang diajarkan Aisyah “Aku berlindung kepada Allah daripada engkau.” Dan kemudian Rasulullah mengirimkan Juwairiyah kepada keluarganya kembali dan katanya dia meninggal karena penderitaan hatinya, ditolak oleh Rasulullah , disuruh pergi, itu karena makarnya (Aisyah). Karena itu di dalam Al-Qur’an: “Inna kaidasy syaithani kana dha’ifa…Tipuan setan itu lemah”, tapi tentang perempuan “Inna kaidakunna la’azhim,” dalam surat Yusuf, “Sesungguhnya tipuan kalian itu dahsyat.” Perempuan-perempuan itu dahsyat dan setan aja lemah, tipuan perempuan jauh lebih dahsyat dari tipuan setan.”
Kemudian Jalaluddin Rahmat melanjutkan,
“Dan ini mungkin ini agak mengejutkan kepada Anda karena cerita ini tidak sama dengan cerita yang didengar oleh para ustadz yang lain, tapi mau diberitahukan atau tidak ya? Pokoknya di antara istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Alihi wa Sallam, saya lagi mencari kata-kata yang paaaling halus (begitu intonasi suaranya), …….. Aisyah itu perempuan yang tidak begitu cantik, jadi berbeda dengan riwayat kita bahwa Aisyah adalah istri Nabi yang paling cantik, kulitnya item, dan dia sering menghias wajahnya dengan akar kayu yang kemerah-merahan untuk memerahi , sebagaimana kebiasaan orang-orang kulit hitam sampai sekarang menghiasi mukanya dengan ….(tidak jelas)… Dan Aisyah senangnya dengan sejenis kayu pencelup yang kalau diusapkan dan digosokkan di sini (pipi) akan menjadi merah. Sehingga kayu itu disebut humaira, kayu yang kemerah-merahan dan Rasulullah memanggil Aisyah dengan tanda kemerah-merahan di wajahnya karena bekas goresan kayu itu, jadi dia memanggilnya: “Ya, Humaira.”
Tanggapan Atas Ceramah Jalaluddin Rahmat
Menanggapi ceramah Jalaluddin Rahmat yang menghina ‘Aisyah tersebut, pengamat Syi’ah dari Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Perwakilan Indonesia Timur, Ustadz Muhammad Istiqamah, mengatakan bahwa pernyataan itu sangat berbahaya.
“Cara seperti ini adalah sarana untuk merusak tatanan ajaran Islam, merusak citra sahabat, Ahlul Bait dan kehormatan istri Rasulullah, padahal beliau termasuk di antara para perawi hadis Nabi yang meriwayatkan ribuan hadis tentang ajaran Islam yang sangat penting. Hingga jika Aisyah dianggap tidak kredibel dan tidak dipercaya lagi bahkan dianggap kafir oleh orang Syiah hilanglah ribuan hadis yang menjadi syariat agama kita, hilanglah banyak ucapan-perbuatan nabi, bahkan akan hilang hadis yang menceritakan keutamaan Ali, Fathimah, Hasan dan Husain; Hadis Kisa’ yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha,” tulisnya seperti dimuat situs LPPI Makassar.
Ia juga menyatakan bahwa Jalaluddin Rahmat sengaja berdusta mengenai kisah Juwairiyah (seharusnya Juniyah) tersebut, padahal seharusnya riwayatnya adalah sebagai berikut:
Dari Hamzah bin Abu Sa’id bahwasanya Abu Sa’id pernah bersama nabi di sebuah kebun. Kemudian didatangkan padanya Juniyyah. Kemudian diantar ke kebun milik Umaimah binti Nu’man bin syarahbil, ia berada di atas kendaraannya. Kemudian Rasulullah menemuinya. Nabi bersabda: “Hibahkanlah dirimu untukku.” Ia menjawab: “Apakah seorang ratu menghibahkan dirinya kepada rakyat?” Kemudian nabi ingin meletakkan tangannya agar ia bersikap tenang, lalu wanita tadi berkata: “Saya berlindung kepada Allah darimu.” Rasulullah bersabda: “Engkau telah berlindung dengan sebuah doa perlindungan,” lalu Nabi keluar dan berkata kepada Abu Sa’id: “Wahai Abu Said, pulangkan ia kekeluarganya.”
Di dalam Zaadul Ma’ad dijelaskan bahwa Nabi belum menikahinya, nabi hanya ingin melamarnya, namun karena wanita itu tidak tahu siapa yang diajaknya bicara ia berkata kurang sopan. ( Zaadul Ma’ad, juz 5 hal. 289)
Di dalam riwayat tersebut tidak disebutkan nama Aisyah sama sekali.
“Mungkin inilah kebiasaan orang-orang Syiah, selalu mencari-cari jalan untuk bisa dijadikan alasan mencela dan menghina sahabat dan istri nabi, meskipun itu dengan berbohong. Bahkan saking kurang ajarnya, Jalaluddin Rakhmat menyamakan tipu daya Aisyah dengan tipu daya setan, bahkan katanya tipu daya wanita itu lebih besar dan lebih jahat,” kata Ustadz Muhammad.