Sama seperti saat berada di Sumur Jalatunda, saat di Kawah Sileri saya juga hanya sebentar saja. Cukup melihat kawahnya, mengambil beberapa foto lalu langsung naik lagi ke parkiran. Ngeriii motornya ditinggal lama-lama. Apalagi parkirannya jauh dari lokasi kawah. Dari Kawah Sileri saya langsung balik ke arah Kejajar lagi. Objek terakhir yang saya datangi adalah Candi Dwarawati. Candi ini terletak tidak jauh dari Candi Arjuna. Berada paling utara dari candi-candi lainnya, candi ini sepertinya bernasib paling mengenaskan. Mengenaskan disini bukan berarti kondisinya hancur ataupun rusak, tapi sangaatt jarang orang yang mau melihatnya. Lokasinya berada di tengah perkebunan kentang yang ada di Bukit Prahu. Untuk mencapai Candi Dwarawati Anda harus melewati rumah-rumah padat penduduk, lalu jalan terus saja sampai mentok. Tidak ada area parkir di Candi Dwarawati. Anda cukup meletakkan kendaraan Anda di tepi jalan atau menitipkan kepada penduduk sekitar kemudian jalan kaki ke arah candi. Jangan kaget kalau ada bau tidak sedap menusuk hidung Anda. Di sepanjang jalan banyak sekali pupuk-pupuk kandang yang diletakkan oleh para petani secara sembarangan. Sumpaahh mambuuu!! Jangan heran juga kalau motor Anda harus rela berdampingan dengan pupuk kandang ini.
Bentuk Candi Dwarawati kalau dilihat sangat mirip dengan Candi Gatotkaca. Berbentuk dasar segi empat dengan ukuran yang kecil. Candinya juga cuma satu tok, nggak ada yang lain. Sama persis dengan Candi Gatotkaca. Sudah bisa dipastikan kalau Candi Dwarawati sama seperti candi-candi lain di Dieng yaitu termasuk candi bercorak Hindu. Di sekeliling candi ini berupa taman yang tertata cukup baik dan rapi. Bunga-bunga tumbuh dengan indah di sekeliling candi. Pagar juga sudah ada memutari candi untuk memisahkan antara lokasi candi dengan kebun kentang milik para warga. Tidak ada fasilitas lainnya yang tersedia di Candi Dwarawati. Bahkan untuk melihat candi ini juga tidak dikenakan biaya apapun.
Dari lokasi candi ini Anda akan melihat kesibukan warga Dieng yang sedang bertani. Aktifitas mereka ini mulai dari bertanam, memupuk dengan pupuk kandang yang mambu itu, sampai memanen kentangnya. Nggak bapak-bapak, nggak ibu-ibu semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Yah begini lah, nggak ada yang begitu istimewa dengan Candi Dwarawati. Tapi bagi yang suka dengan arkeologi, candi ini cukup sayang kalau dilewatkan. Sangat mungkin cerita Candi Dwarawati saling terhubung dengan candi-candi lain yang ada di Dataran Tinggi Dieng.
http://www.wijanarko.net/2011/09/candi-dwarawati-candi-kecil-di-tengah.html
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Post a Comment Blogger Facebook