Wisbenbae.blogspot.com - Beberapa kali gagal maju sebagai calon presiden, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra kini mencoba peruntungannya dengan maju di bursa Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Dia menjadi salah satu lawan yang bakal menghadapi calon petahana Basuki Tjahaja Purnama.
Jauh sebelum menjadi memutuskan maju di Pilgub DKI yang digelar pada 2017 mendatang, Yusril telah membawa segudang pengalaman sebagai kandidat dalam setiap pemilihan presiden. Sayangnya dia tak pernah mendapatkan kesempatan untuk duduk di kursi kepresidenan karena minimnya dukungan dari partai-partai politik besar.
Dikutip dari berbagai sumber, Yusril merupakan putra dari pasangan Idris Haji Zainal Abidin dan Nursiha Sandon. Dia memiliki darah dari Malaysia yang diturunkan ayahnya, yang merupakan pendatang dari Johor, Malaysia. Kakeknya merupakan bangsawan dari Kelurahan Johor, sedangkan ibunya berdarah Minangkabau.
Kakeknya merupakan seorang sutradara teater tradisional. Ayahnya adalah seorang penulis naskah dan novel.
Yusril memulai kariernya sebagai dosen Hukum Tata Negara, Teori Ilmu Hukum, dan Filsafat Hukum di Universitas Indonesia. Berkat kerja kerasnya, dia mendapatkan gelar Guru Besar Ilmu Hukum. Dia juga terlibat di banyak organisasi Muslim, seperti Muhammadiyah, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) maupun Dewan Dakwah Islamiyah. Dari sinilah ia banyak berkenalan dengan tokoh muslim nasional, terutama Mohammad Natsir yang banyak mempengaruhi pandangannya.
Pada 1996, Yusril dipercaya Presiden Soeharto sebagai penulis pidato presiden sampai tahun 1998. Sejak itu dia telah menulis pidato untuk presiden sebanyak 204 naskah. Semua itu berubah ketika Reformasi bergulir di tahun 1998, Yusril menjadi salah satu pihak yang mendukung perubahan politik di Indonesia. Yusril pula yang berperan besar dalam menuliskan pidato berhentinya Soeharto.
Bersama teman-temannya, Yusril mendirikan partai politik bernama Partai Bulan Bintang. Partai ini didirikan bersama 22 organisasi kemasyarakatan Islam. Dan untuk pertama kalinya, Yusril ditunjuk sebagai Ketua Umum selama tujuh tahun hingga digantikan MS Kaban pada 2005.
Dalam keikutsertaannya di Pemilu tahun 1999, Partai Bulan Bintang meraih suara sebesar 2,84 persen dan menempatkan 13 wakilnya di parlemen. Dia sempat mengutarakan niatnya untuk maju sebagai calon presiden.
Di sinilah kisah kegagalannya maju sebagai presiden akibat dijegal oleh Amien Rais yang ketika itu menjabat sebagai Ketua MPR. Padahal, namanya saat itu sangat mampu bersaing menghadapi Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.
Bagaimana kisahnya?
Dalam sebuah pertemuan di Jakarta, Yusril membeberkan pengalamannya di balik pengunduran dirinya. Partainya menjadi satu-satunya partai Islam yang enggan membentuk Poros Tengah bentukan Amien Rais, baik Yusril maupun MS Kaban memutuskan tak bergabung.
Tepat pada 7 Oktober 1999, Amien memberikan pengumuman, di mana Poros Tengah mendukung pencalonan Gus Dur sebagai calon presiden. Keputusan ini dikeluarkan setelah MPR menolak seluruh pertanggungjawaban Presiden Habibie.
Malam sebelum sidang istimewa yang digelar pada 20 Oktober, Habibie sudah menyatakan penolakannya untuk maju kembali. Sebab, MPR telah menolak mentah-mentah pertanggungjawabannya.
Tak ada tokoh lain yang bersedia maju, apalagi Ketua Umum DPP Golkar Akbar Tanjung, termasuk tokoh nasional lainnya seperti Ginanjar Kartasasmita dan Hamzah Haz mengaku tidak enak dengan Gus Dur. Hanya Yusril yang bersedia dan sudah melengkapi persyaratan capres seperti tertera dalam TAP MPR.
Jelang sidang, Yusril telah memiliki keyakinan besar bisa maju dan memenangi pemilihan presiden. Apalagi, kansnya cukup lebar karena lawan terberat hanya Megawati dan Gus Dur, dukungan juga didapat dari Habibie yang akan mengerahkan kekuatannya di Golkar dan Fraksi TNI.
Hingga waktu yang ditentukan, tidak ada yang masuk. Berkas Gus Dur dan Megawati tidak masuk. Yusril dan timnya yakin hanya ada capres tunggal dan otomatis secara aklamasi akan ditetapkan. Namun, beberapa saat sebelum sidang paripurna MPR tersebut, Yusril terus didesak mundur. Yusril sudah curiga saat itu, di pagi 20 Oktober 1999 sebelum sidang pemilihan Presiden.
Yusril didesak untuk mundur. Bahkan, sampai terpojok ke dinding. Bahkan, termasuk oleh sejumlah politisi PBB sendiri. Mereka mengancam akan memecah partainya jika ngotot maju.
Mendapat tekanan itu, Yusril akhirnya melunak. Dia memutuskan mundur. Padahal posisinya cukup menguntungkan, bisa mengalahkan Gus Dur dan maju ke tahap kedua menghadapi Mega.
Dia memilih membuang semua kesempatan tersebut demi keutuhan partainya, apalagi saat itu hanya dia yang sudah melengkapi berkas, sedang Mega dan Gus Dur tak pernah melengkapinya. Tapi, Amien sebagai Ketua MPR mengumumkan terdapat 3 calon yang maju.
Merasa ada yang tidak beres, dia mutuskan mundur dari pencalonannya dan menyerahkan seluruh suaranya kepada Gus Dur. Sebagai gantinya, dia diserahi tanggung jawab sebagai menteri kehakiman, hukum dan HAM sejak era Gus Dur sampai Susilo Bambang Yudhoyono.
Post a Comment Blogger Facebook