[Analis: Sigid Kusumowidagdo]
Kita masih ingat para ekonom, analis, bankir dalam dan luar negeri membutat prediksi yang penuh optimsme tentang ekonomi Indonesia di bawah pemerintah baru Joko Widodo-Jusuf Kalla di antaranya; nilai rupiah akan menguat ke Rp 10,000 per dolar, nvestasi akan meningkat pesat, pertumbuhan ekonomi akan bisa naik ke 7%, dsb.
Tetapi di Januari 2016 data-data resmi yang dikeluarkan Kementerian Keuangan RI menunjukkan pencapaian target-target utama ekonomi pemerintah sepanjang 2015, di mana kinerja pemerintah dapat dinilai penuh tidak mewujudkan optimisme di awal:
1. PERTUMBUHAN EKONOMI
Target 5.7% Tercapai 4.7%. Target pemerintah untuk 2016 5,3% (masih di bawah rata-rata negara berkembang Asia yang diperkirakan 6%).
2. DEFISIT APBN
Target: 1,9 % dari PDB (Produks Domerstik Bruto besar) tercapai 2,84%.
Makin tinggi angkanya menunjukan makin besar kekurangan penerimaan pemerintah.
Di APBN 2015 pemerintah membelanjakan Rp 1,810 Triliun dan penerimaan pemerintah lebih kecil yaitu Rp.1,492 Triliun. Jadi ada kekurangan dana sebesar Rp 318 Triliun..
3. PENDAPATAN NEGARA DARI PAJAK
Target; Rp1,294.25 Triliun. Tercapai Rp 1,005 Triliun (81,5% dari targert). Kurang Rp. 289 Triliun.
4. NILAI MATA UANG RUPIAH TERHADAP DOLAR AS
Target: Rata-rata Rp 12,500 sepanjang 2015. Tercapai: rata-rata Rp 13,392.
5. PRODUKSI MINYAK MENTAH
Target 825,000 barrel dengan harga per barrel US $ 60
Tercapai 779,000 barrel dengan harga per barrel US $ 50
6. INFLASI
Target 5 %. Tercapai 3.1 %.
Ini bisa dianggap positif. Tetapi perlu dbaca dengan hati-hati karena inflasi tinggi biasanya terjadi karena masyarakat banyak uang akibat perkembangan ekonomi yang baik dan barang-barang tidak mencukupi, harga-harga naik. Sedangkan Inflasi rendah terjadi jika permintaan masyarakat kurang karena daya belinya statis atau berkurang jadi harga-harga tidak naik atau bahkan harga barang-barang tertentu turun karena pembelinya berkurang.
Barang-barang yang menjadi ukuran inflasi banyak macamnya. Kalau kita lihat tahun 2015 harga-harga bahan makanan naik tinggi, tetapi kenapa tingkat inflasi tidak tinggi seperti yang diperkirakan? Bisa dikarenakan masyarakat mengutamakan kebutuhan pokok yaitu makanan dan mengurangi pembelian barang-barang yang bukan kebutuhan pokok.
7. YIELD SURAT UTANG NEGARA/OBLIGASI PEMERINTAH
Yield adalah bunga yang dibayar pemerintah untuk dana yang dipinjam pemerintah dari para investor (atau imbal hasil investasi bagi investor) yang ditargetkan 6.2 % tetapi tercapai lebih rendah sebesar 5.97 %. Seperti angka inflasi ini bisa dianggap positif. Akan tetapi Yield obligasi lebih rendah juga menunjukan prospek ekonomi negara (Indonesia) yang mengeluarkan obligasi itu dianggap lebih lemah dalam penilaian para investor. Yiled tinggi jika prospek ekonomi baik.
Data-data di atas harus mendorong pemerintah untuk mengindentifikasi kelemahan kebijakan-kebijakan internal pemerintah dan tidak hanya menyalahkan kebijakan Bank Sentral AS (US Federal Reserve), krisis Ekonomi di Eropa atau pelambatan ekonomi China.[]
Post a Comment Blogger Facebook