Latakia - Seorang relawan asal Indonesia berhasil mengumpulkan dana sumbangan sekitar US$1,6 juta atau lebih dari Rp22,7 miliar dalam dua tahun untuk warga Suriah yang menderita akibat konflik. Bantuan ini diantarkannya sendiri ke tengah medan perang di Suriah.
Adalah Fathi Nasrullah Attamimi, pria kelahiran 3 Juni 1984 yang menggagas donasi masyarakat Indonesia untuk Suriah. Bersama dengan kawan-kawannya, dia bekerja keras mengumpulkan dana itu sejak tahun 2013. Saat ini, Fathi dan dua orang relawan dari lembaga Misi Medis Suriah, MMS, yang dibentuknya sedang berada di provinsi Latakia, timur Suriah, membagikan dana bantuan masyarakat Indonesia berupa uang dan hewan kurban.
"Dana yang sudah dikumpulkan jika dalam kurs dolar, sejak Agustus 2013 sampai hari ini sekitar US$1,6 juta. Perolehan dana tiga bulan terakhir Alhamdulillah sekitar US$250 ribu (Rp3,5 miliar)," kata Fathi dalam wawancara khusus dengan CNN Indonesia, Selasa (6/10).
Setiap Idul Adha sejak tiga tahun terakhir, Fathi dan kawan-kawannya menyalurkan hewan kurban dari masyarakat Indonesia untuk Suriah. Tahun ini, ada 220 domba dan 1 sapi senilai US$45 ribu (Rp640 juta) yang disalurkan oleh MMS. "Alhamdulillah tahun kemarin jumlah domba yang muslim Indonesia salurkan melalui MMS, terbanyak nomor dua di seluruh pesisir Latakia," ujar ayah satu anak ini.
Dana yang terkumpul dari donatur di Indonesia digunakan Fathi untuk menyambung hidup warga di beberapa tempat Suriah. Contohnya, MMS rutin memberikan subsidi ke dua pabrik roti - di Latakia sebesar US$12 ribu per bulan dan Idlib sekitar US$3 ribu per bulan. Pabrik roti ini sangat penting bagi kebutuhan pangan warga Suriah di wilayah konflik.
"Roti dari Muslim Indonesia, sekali produksi 14 ribu lembar, cukup untuk sekitar 3.500-an warga dan dibagikan setiap dua hari," lanjut anak pertama dari 17 bersaudara ini.
Selain itu, berbagai proyek lainnya digarap oleh MMS dari dana masyarakat Indonesia. Di antaranya adalah pembangunan jalan yang aman di wilayah perbukitan, pembagian busana Muslim bagi guru dan murid, santunan korban luka dan janda akibat perang, pembuatan sanitasi di pengungsian, serta mengadakan lomba hafalan Al-Quran dan Hadits. MMS juga membuat berbagai permainan anak-anak untuk sekadar membuat mereka melupakan pedihnya perang.
"Sekarang sedang berjalan pembangunan pesantren Indonesia di Suriah," lanjut Fathi.
Salah seorang relawan yang bersama Fathi, Said Anshar, datang ke Suriah dengan biaya sendiri. Bahkan Said merogoh kocek US$10 ribu untuk membeli tanah di Latakia bagi pembangunan pesantren. Seorang relawan lainnya adalah dokter asal Indonesia yang kini ditugaskan di rumah sakit darurat.
"Semua yang terjadi hanya kehendak Allah dan semua yang di dunia hanya sesaat. Yang kita keluarkan untuk akhirat-lah yang abadi. Doakan kami agar bisa amanah dan istiqomah," kata Said kepada CNN Indonesia.
Bergerak sendiri
Gerakan donasi yang digagas Fathi awalnya dimulai pada tiga bulan pertama awal mula revolusi Suriah dimulai pada 2011. Saat itu dia mengirim surat ke puluhan lembaga, namun tidak selalu ditolak dengan berbagai alasan.
"Ada yang alasannya menunggu fatwa ulama, ada yang alasannya itu soal politik dalam negeri, ada yang alasannya jangan terlibat perang sektarian antar Muslim, ada yang alasannya lembaganya tidak cukup besar buat kerja bantuan internasional, ada pula yang malah terang-terangan mendukung rezim membantai pemberontak," kata Fathi.
Akhirnya, dia bergerak secara mandiri bersama kawan-kawannya, dan terkumpullah Rp20 juta. Uang ini dititipkan ke lembaga kemanusiaan Turki, IHH. Fathi saat itu untuk pertama kalinya ke Suriah untuk menyambangi beberapa kota, melakukan survei kebutuhan warga.
"Saya mewawancarai puluhan warga Suriah, merekam nada dan kegetiran mereka, menyimak hasil-hasil perang pada jasmani dan rohaninya, juga mengalami sendiri berbagai hal-hal yang biasa di medan perang, seperti ditembaki, dibom, kehilangan kawan seperjalanan, diinterogasi, dan segala haru biru lainnya. Hasil dari perjalanan itu saya tulis setiap harinya pada akun Facebook saya ini," terang Fathi.
Kampanye Facebook
Pulang dari Suriah, pria yang mengaku tidak memiliki ijazah pendidikan formal ini "bergerilya" mengumpulkan sumbangan. Mulai dari menyambangi warga kaya hingga tokoh masyarakat. Barulah pada 2013, Fathi melakukan kampanye online di media sosial dengan melancarkan Misi Medis Suriah. Dia memutuskan untuk jalan sendiri tanpa lembaga yang menaungi.
"Hitungan saya gampang : Kalau sukses ya lanjut, Kalau gagal ya bubar. Tidak perlu banyak orang terlibat, tidak perlu segala rapat, segala birokrasi. Malah saya tidak perlu tanya siapa pun. Lha, cuma saya sendirian yang kerja," lanjut dia.
Berbekal nomor rekening adiknya, Ikrimah, Fathi mengumpulkan donasi dengan kalimat pertamanya di Facebook: "Saya pernah ke Suriah dan berniat menggalang bantuan bagi muslim di sana. Saya membuka donasi pada rekening di bawah ini. Kalau terkumpul 100 juta dalam maksimal empat bulan, Insya Allah saya bisa berangkatkan dua dokter membawa obat-obatan ke Suriah. Mereka akan bertugas satu bulan di sana. Kalau sampai empat bulan belum terkumpul, seluruh dana berapa pun saya kirim untuk bantuan di sana. Percaya silakan transfer, tidak percaya tidak usah mencela."
Sejak saat itu, setiap hari dia menuliskan pengalamannya di Suriah, sambil menyisipkan nomor rekening Ikrimah. Hasilnya luar biasa, dalam tiga bulan saja telah terkumpul Rp1,5 miliar.
"Pada tiga bulan pertama kampanye, tanpa legalitas formal yayasan, tanpa tetek bengek segala macam, rekening pribadi, bukan resmi lembaga, dan saya bukan tokoh, apalagi terkenal, Alhamdulillah terkumpul Rp1,5 miliar, semuanya karunia Allah," ujar Fathi.
Fathi Attamimi dan Said Anshar, relawan Indonesia di depan lokasi pembangunan pesantren di Latakia, Suriah, atas dana dari masyarakat Indonesia. (Dok. Misi Medis Suriah)
Fathi telah tiga kali menyambangi Suriah untuk menyalurkan bantuan, yaitu tahun 2012, 2013 dan 2015. Dialaminya pahit getir peperangan, termasuk dihujani bom dan peluru. Dia kehilangan sahabat-sahabat yang dikenalnya di Suriah akibat pembunuhan rezim Bashar al-Assad.
Setahun lalu, akhirnya Fathi mendirikan yayasan dengan legalitas formal bernama Misi Medis Sosial dan Kemanusiaan. Namun sampai hari ini tidak ada pengurus aktifnya dan pengumpulan dana 99 persen dengan Facebook Misi Medis Suriah serta masih menggunakan rekening Ikrimah.
Bantuan masyarakat Indonesia tidak hanya ditransfer melalui rekening, tapi juga ada yang langsung diberikan. Tidak hanya uang, Fathi mengatakan, ada yang memberikan mobil, laptop, baju, emas, motor, sepatu hingga kamera.
"Visi kami sederhana, menjadi perpanjangan tangan bagi mereka yang mau berbuat baik. Sedangkan misinya menjadi lembaga bantuan yang tepat sasaran, militan, efektif, ramping, beroperasi secara internasional dan efisien," ujar Fathi.
Sumber: CNN Indonesia
Post a Comment Blogger Facebook